Buang air besar disertai darah tidak hanya gejala penyakit wasir atau ambeien, tetapi bisa jadi merupakan salah satu gejala kanker usus.
Wartapilihan.com, Jakarta – Menurut Dr. Yusra Firdaus, gejala yang dialami seperti BAB dengan darah ada penyebab umum, salah satunya adalah kanker usus. Kanker usus didefinisikan sebagai salah satu kanker yang paling umum ditemui.
Dr. Yusra mengatakan, faktor risiko dari kanker usus meliputi rendahnya konsumsi sayur dan tingginya konsumsi daging merah. Rokok juga meningkatkan risiko terjadinya kanker usus.
“Gejala dari kanker usus meliputi BAB berdarah, perubahan konsistensi feses, kesulitan buang air besar, dan penurunan berat badan,” tutur Yusra, berdasarkan laman hellosehat.com.
Sesuai dengan penelitian yang dilaporkan di Jurnal of Clinical Oncology pada bulan April 2013 menyatakan bahwa perokok memiliki risiko kematian yang tinggi atau rendahnya remisi dari kanker kolon (usus besar) setelah operasi kolon dibandingkan dengan individu yang tidak merokok.
“Penelitian ini dilakukan oleh Amanda Phipps, dari Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle yang melibatkan 2000 orang yang telah melakukan reseksi kolon atau operasi kolon, di mana pada hasil penelitian didapatkan bahwa 74% orang yang tidak merokok tetap bebas dari kanker 3 tahun setelah operasi dibandingkan 70% dari orang yang merokok,” terang dia.
Sedangkan menurut American Cancer Society (ACS), beberapa bahan dalam rokok dapat menyatu dengan ludah seseorang yang nantinya dapat menyebabkan kanker kolon (kanker usus besar) atau kanker lainnya. ACS mengestimasi sebanyak 102.500 orang Amerika Serikat akan didiagnosis dengan kanker kolon dan rektum pada tahun 2013, dan sebanyak 40.000 penderita tersebut akan meninggal akibat penyakit tersebut.
Sementara itu, menurut dr. Ahmad Muhlisin, penyebab lainnya adalah wasir yang merupakan pembesaran pembuluh darah vena yang menjadi rapuh pada daerah rektum (sisi dalam dari anus) sehingga mudah berdarah.
“Buang air besar berdarah dapat disertai rasa sakit ataupun tidak, biasanya darah sampai menetes setelah tinja keluar. Terdapat robekan pada lapisan anus bagian dalam sehingga ketika feses keluar darah ikut keluar. Biasanya disertai rasa sakit atau panas ketika buang air besar,” tutur Ahmad, berdasarkan laman mediskus.com.
Kedua penyebab di atas menyebabkan darah yang keluar berwarna merah segar. Sedangkan darah yang berwarna hitam berasal dari pencernaan bagian atas yaitu lambung ke atas
Maka dari itu, Ahmad menyarankan agar memperbanyak minum air putih minimal 8 gelas perhari, perbanyak Makanana berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan.
“Buah terbaik yaitu pepaya. Berolahraga selama setidaknya setengah jam sehari, lima hari dalam seminggu, untuk menjaga tubuh tetap bugar dan sehat. Hindari makanan pedas, hindari juga makanan atau minuman beralkohol dan ber kafein, juga olahan dan junk food,” tegas dia.
Jika dengan cara di atas buang air besar tetap berlanjut, kata Ahmad, setidaknya selama 3 hari maka periksakan ke dokter.
“Kecuali darah yang keluar begitu banyak dan Anda merasa lemas, maka tidak perlu menunggu sampai 3 hari, tapi langsung saja pergi ke UGD Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat,” pungkas dia.
Di sisi lain, dr. Kevin Adrian menyarankan agar memperhatikan warna darah yang muncul. Pasalnya, warna yang terdapat pada tinja kerap dikaitkan dengan lokasi perdarahan yang terjadi di saluran pencernaan. Pada perdarahan yang terjadi di sekitar anus, maka buang air besar berdarah cenderung berwarna merah cerah.
“Sedangkan, perdarahan di usus besar akan membuat warna tinja menjadi merah tua. Kemudian, perdarahan yang terjadi di usus kecil, lambung dan saluran cerna bagian atas lainnya, akan menimbulkan efek warna tinja yang berubah menjadi merah kehitaman,” terang Kevin, berdasarkan laman alodokter.com.
Jika merasa warna tinja tidak seperti biasanya, Kevin menyarankan agar melakukan pemeriksaan ke dokter guna mengetahui penyebab buang air besar berdarah tersebut. Dokter akan mengumpulkan data riwayat penyakit yang dialami, menilai faktor risiko yang dimiliki, dan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
“Kemudian dokter juga mungkin akan menganjurkan pemeriksaan dengan mengambil sampel tinja yang mengandung darah untuk dilakukan analisa laboratorium,”
Selain pemeriksaan tinja, Kevin menerangkan, terdapat pemeriksaan penunjang lain seperti endoskopi berupa kolonoskopi maupun esophago-gastro-duodenoscopy (EGD) untuk melihat struktur dan kondisi saluran pencernaan, pemeriksaan darah, atau pemeriksaan lainnya mungkin akan direkomendasikan berdasarkan riwayat kesehatan dan hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.
Eveline Ramadhini