Menjadi ayah bagi generasi milenial merupakan tantangan besar. Kabar baiknya, kini makin banyak ayah yang peduli soal parenting atau teknik mengasuh anak dengan cara terbaik.
Wartapilihan.com, Jakarta –Di era sekarang, mulai banyak ayah yang pelan-pelan menyadari pentingnya pengasuhan anak yang sebetulnya lebih daripada sekedar sokongan finansial. Hal ini diungkapkan Sulfan Zayd, Manager Program Yayasan Kita dan Buah Hati.
“Selain lebih gaul dan technology minded, Ayah Milenial juga perlu mengasah lima kekuatan super di rumah,” ucap Sulfan, beberapa waktu lalu, di Fanpage Facebook Yayasan Kita dan Buah Hati.
Pertama, Sulfan mengatakan, dapat mengurangi ketegangan yang terjadi ketika di rumah. Para Ayah ketika di rumah acapkali terjebak dalam kebutuhan dan fikirannya sendiri, tekanan pekerjaan dan situasi di luar rumah, begitu beresonansi ketika tiba di hadapan anak.
“Terapkan strategi yang akan membantu Anda meninggalkan pekerjaan dan suasana hati negatif sebelum melangkah memasuki pintu rumah. Hadirkan secara utuh dan positif fikiran dan tubuh saat Anda bersama anak-anak Anda. Sediakan senyum lucu, bahu lapang dan dada yang hangat untuk anak-anak kita,” tutur Sulfan.
Cara praktisnya, menurut Sulfan, dapat mencari waktu jeda selama 10 hingga 30 menit sebelum tiba di rumah untuk mempersiapkan emosi positif di dalam diri.
Kedua, ayah perlu menggunakan maskulinitasnya. Aktivitas fisik, Sulfan mengatakan, merupakan bagian penting dari kekuatan pengasuhan seorang pria.
“Ciptakan aktivitas yang memerlukan ketangkasan fisik atau permainan agak gila, cek situasi agar tidak mengganggu jadwal lain yang perlu kondisi yang ‘kurang seru’,”
“Tips praktis, misal, sudah pernah ajari anak berdiri terbalik dengan tangan? Lomba makan kerupuk yang digantung juga ga perlu nunggu tanggal 17 Agustus, kan,” lanjut dia.
Ketiga, perlu membangun kesamaan dan kedekatan dengan anak untuk menciptakan rasa, perpektif dan alur berfikir sehingga menciptakan jejak emosi yang kelak akan ia rujuk ketika ingin berbagi dan mengungkapkan.
“Betapa bahagianya kita, ketika kita (orangtua) menjadi tempat rujukan tentang hal yang mereka butuhkan dan tempat menceritakan apa yang mereka hadapi, ketika dunia di luar sana adalah tempat yang begitu mengkhawatirkan,” imbuhnya.
Untuk mencari kesamaan, Sulfan memberikan tips untuk membaca, melakukan browsing internet yang familiar dengan kesukaan anak.
“Bicarakan sepakbola atau basket dengan anak laki-laki, atau kejutkan anak perempuan dengan menyanyikan dengan hafal lagu kesukaannya secara tak terduga,” terangnya.
Keempat, dapat dilakukan menemani secara berkala, bukan mengawasi belaka. Sulfan mengungkapkan, banyak ayah bersikap ngotot pada anak laki-laki mereka untuk mencapai keberhasilan dan kemampuan tertentu dan memiliki harapan jauh di atas tingkat minat dan kemampuan anak mereka sekarang.
“Ayah perlu mengingat bahwa dibutuhkan waktu bagi seorang anak laki-laki untuk menjadi seorang pria. Tahan godaan untuk mengubah setiap permainan dan setiap aktivitas bersama menjadi sebuah pelajaran,” tutur Sulfan.
Sulfan menekankan agar ayah membangun kepercayaan diri pada anak dengan memberi tantangan yang ‘bisa dicapai’ dan banyak memuji, sehingga ia terbiasa menerima tugas dan tantangan. “Dalam beberapa hal, arahkan dia agar menentukan sendiri target yang ingin dicapainya dan bagaimana mencapainya,” tandas dia.
Eveline Ramadhini