Aspal Berbahan Plastik

by

Pada tahun 2006 pemerintah India mematenkan produk aspal berbahan utama plastik. Juga Belanda. Bagaimana dengan Indonesia?

Wartapilihan.com, Jakarta –Tahun 2016, di India, lebih dari 5.000 km jalan raya terbuat dari material plastik. Di tengah permasalahan plastik yang rumit, seorang Profesor pada bidang kimia dari India, Rajagopalan Vasuvedan berhasil menemukan formula untuk membuat aspal dari plastik menggantikan bahan utama berupa bitumen. Hasil dari beberapa penelitian, aspal yang berbahan utama plastik lebih kuat dan lebih stabil dibandingkan aspal pada umumnya. Selain itu, harganya yang murah dan mudah didapatkan menjadi salah satu pertimbangan yang baik bagi lingkungan.

Demikian juga di Belanda, kota Rotterdam. Sejak 2015, perusahaan VolkerWessel membuat terobosan teknologi dengan membuat jalan yang dilebur dari botol plastik bekas. Menurut VolkerWessel, plastik merupakan bahan elastis sehingga rongga-rongga di bawahnya dapat diisi dengan jalur komunikasi, pipa atau saluran air. Aspal murni, menurutnya, tidak tahan dengan cuaca panas sehingga perlu perawatan yang lebih intens, sedangkan plastik diklaim lebih tahan suhu panas hingga 80 derajat Celcius.

Mengikuti jejak India dan Belanda, Indonesia akan membangun aspal dengan bahan alternatif berupa plastik. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Nani Hendiarti menjelaskan, proses ini terbilang jauh lebih ekonomis karena dapat menghemat hingga 6,5% daripada aspal murni yang berbahan bitumen. Teknologi ini disebut sebagai plastic tar road (jalan raya plastik) yang berkomposisi 50 ton sampah plastik pada tiap 1 km jalan. Cara membuat aspal dengan daur ulang plastik ialah dengan melebur dan mencacah sampah dalam aspal panas.

Pada 7-10 Maret 2017 lalu, delegasi Kementerian mengunjungi Prof R Vasudevan di Thiagarajar College. Rencananya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat (PU-PR), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Lingkungan Hidup terkait regulasi dan data sampah. ||

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *