Hanya sekali Allah menggelari diri-Nya dengan al-Fattah dalam al-Qur’an, yakni dalam surat Saba/24 ayat 26. namun, derivasi dari kata ini banyak ditemukan dalam al-Qur’an.
Wartapilihan.com, Jakarta – Misalnya, “Sesungguhnya Kami telah memenangkan engkau dengan kemenangan yang jelas” (QS. Al-Fattah/48:1). “Di tangan-tangan Allah kunci-kunci pembuka ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia” (QS. al-Aman/6:59). “… Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan adil dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya” (QS. al-Araf/7:89). Hal ini disampaikannya oleh Ustadz Dr Syamsul Yakin, MA di Seri Asmaul Husna, hari ini (12/7/2017).
“Dari ayat-ayat di atas bisa dipahami bahwa Allah adalah pembuka kemenangan, pembuka segala yang ghaib, pemberi keputusan yang terbaik, dan pembuka anugerah dan rahmat bagi manusia,” ucap Ustadz Syamsul.
Ia menjelaskan, Allah juga pembuka pintu rezeki, seperti Allah kemukakan, “Katakanlah (wahai Muhammad) ‘Siapakah yang memberi kamu rezeki dari langit dan dari bumi?’ Katakanlah, ‘Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu yang berada di atas petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah ‘kamu tidak akan ditanya tentang dosa-dosa yang kami perbuat; kami (juga) tidak akan ditanya tentang apa-apa yang kamu perbuat’. Katakanlah. ‘Tuhan kita, akan mengumpulkan antara kita, kemudian memberi keputusan antara kita dengan benar, dan Dialah Maha Pemberi Putusan, lagi Maha Mengetahui”. (QS. Saba/34: 24-26)
“Semestinya kita kian mengerti bahwa kita tidak sendiri di dunia ini. Kita selalu dilindungi oleh yang Maha Pembuka. Bila saja kita menambatkan semua harapan, cita, dan problem hanya kepada-Nya, niscaya tidak ada kesulitan atau kekurangan apapun yang menimpa kita,” paparnya.
“Sang Maha Pembuka pasti akan memberi jalan bagi masalah keluarga kita yang mengalami disharmonis, menuntun kita untuk menemukan teman hidup sejati, membimbing kita untuk selalu taat, berlaku adil, mudah memaafkan dan meminta maaf,” pembina pesantren Sukmajaya Depok ini menjelaskan.
Ia menegaskan, kalau saat ini kita sedang gusar ihwal cita-cita kita yang belum sampai, dengan memohonkan dan menzikirkan al-Fattah, pastilah Allah akan menganugerahkan rahmat-Nya tanpa ada orang yang mampu menahannya. “Tetapi selama ini mengapa kita lebih suka termenung dan bingung, padahal di sisi kita ada al-Fattah?” Tandasnya.
“Saatnya kita kembali optimis dan menata kembali semua asa. Kita perbaiki semua kualitas keimanan kita kepada-Nya. Bagi orang-orang beriman dan menggantungkan harapannya kepada Allah, maka ketika ia terjun dalam dakwah, perbaikan sosial, peningkatan ekonomi maupun upaya pengentasan kemiskinan dan kebodohan, termasuk sedang bertarung merebut kekuasaan politik pastilah al-Fattah akan memberikan kemenangan yang jelas, akan membuka tabir yang selama ini tersembunyi, memunculkan sesuatu yang selama ini tidak pernah terdetak dalam hati,”
Ia menerangkan dengan mengutip Quran Surat At-Taubah ayat 20, Allah menjanjikan, “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, (akan mendapat) derajat yang lebih tinggi di sisi Allah, dan dialah orang-orang yang mendapat kemenangan” (QS. Al-Taubah/9: 20).
“Memang, kita kerap didera keraguan, jalan manakah sebaiknya yang kita pilih? Dalam kondisi seperti ini pertarungan antara iman dan bujuk rayu setan terjadi begitu hebatnya,”
“Saat seperti inilah kita mohon agar Allah memberikan kepada kita keputusan terbaik yang kita pilih, kita jalani. Sebab Allah adalah Maha Pemberi Keputusan dan mengetahui secara rinci setiap episode kehidupan kita ke depan,” ungkapnya.
Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini menegaskan, sebenarnya tidak ada masalah dalam hidup ini. Bahkan sebagai pribadi yang kerap berzikir tidak pantas kalau kita mengatakan kita punya masalah, sedang dirundung duka, didera problema, dan serba kekurangan. Karena ciri khas orang beriman dan menzikirkan al-Fattah adalah selalu ceria kendati diuji dan ditimpa musibah.
“Mari kita jadikan setiap episode kehidupan ini sebagai proses purgatorio (penyucian) diri menuju tempat yang dijanjikan yang disebut paradiso (surga). Yakni, tempat yang dipenuhi dengan jiwa-jiwa tenteram dan tenang,” tandasnya.
Allah berfirman: “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan kepuasan rasa lagi diridhoi-Nya. Dan masuklah ke haribaan kelompok hamba-hamba-Ku. Dan masukkanlah ke dalam surga-Ku” (QS. Al-Fajr/89: 27).
Eveline Ramadhini