Wartapilihan.com, Swiss – Sebuah keluarga Muslim-Swiss telah bersumpah untuk membuat sekolah swasta sendiri untuk memisahkan anak laki-laki dengan anak perempuan setelah Pengadilan Eropa memutuskan bahwa pelajaran renang yang mencampur laki-laki dan perempuan merupakan pelajaran wajib.
Aziz Osmanoglu membawa kasus ke Pengadilan HAM Eropa setelah pihak berwenang Swiss bersikeras agar anak perempuannya harus berpartisipasi dalam pelajaran renang.
Pihak sekolah mengklaim, kelas renang penting untuk anak-anak dalam penyuksesan integrasi masyarakat Swiss sebagai bagian dari kurikulum penuh.
Setelah melalui proses hukum Swiss yang melelahkan, Osmanoglu membawa kasusnya ke ECHR (Pengadilan HAM Eropa) yang malah menguatkan keputusan sebelumnya.
“Kami tahu bahwa klub individu memiliki tujuan untuk membuka sekolah Muslim swasta sekarang,” kata Serhad Karatekin, perwakilan media Komisi Muslim di Kota Basel.
Osmanoglu tetap menolak untuk mengirimkan dua anak perempuannya untuk pelajaran renang yang dicampur. Langkah tersebut didukung oleh Komisi Muslim Basel.
Johannes Czwalina, seorang teolog dan konsultan bisnis dari Basel, mengatakan bahwa ia akan menyambut sekolah swasta Muslim dan akan melakukan sebisa mungkin satu sekolah dapat dibuka.
Czwalina mendapatkan ketenaran nasional di Swiss setelah ia membayar tagihan hukum dalam beberapa tahun terakhir.
Dia merasa bahwa hal tersebut adalah diskriminasi ketika seorang Muslim didenda karena tidak mengirimkan putrinya untuk pelajaran renang. Czwalina menawarkan diri untuk membayar denda mereka.
Otoritas Basel mendenda Osmanoglu sebesar 1.140 euro pada bulan Juli 2010 yang memicu kasus hukum yang berjalan panjang.
Czwalina mengatakan, tidak ada pembicaraan mengenai siswa ultra-agama Yahudi yang juga akan menolak untuk ambil bagian dalam kelas renang campuran.
“Jika siswa Yahudi tidak berada di bawah perlindungan sekolah mereka sendiri, akan ada banyak keluarga Yahudi yang terkena denda di Basel dibandingkan umat Islam,” ungkapnya.
Sementara itu, Pengadilan HAM Eropa (ECHR) mengatakan, kebebasan beragama kini mengganggu pelajaran. Hakim mengatakan dalam suara bulat bahwa gangguan tersebut bukan pelanggaran.
Pelajar Muslim kini harus ambil bagian dalam pelajaran renang campuran setalah Swiss memenangkan kasus di pengadilan di awal bulan ini.
Pengadilan HAM Eropa mengatakan dalam pernyataannya, penolakan kepada pelajaran renang campuran telah menjadi gangguan hak untuk kebebasan beragama.
Hukum yang terjalin dengan hak kebebasan beragama, bagaimanapun juga, dibuat untuk melindungi murid asing dari segala bentuk pengucilan sosial, kata Pengadilan HAM Eropa dalam pernyataannya.
Pengadilan mengatakan, sekolah penting untuk integrasi sosial. Untuk pengecualian, kata Pengadilan HAM Eropa, yang ‘dibenarkan hanya dalam keadaan yang sangat luar biasa’.
“Dengan demikian, minat anak-anak penuh untuk pendidikan sehingga pemfasilitasan integrasi sosial berjalan sukses sesuai adat istiadat yang ada,” kata pengadilan.
Pengadilan mengatakan, aturan yang sangat fleksibel telah ditawarkan. Termasuk memungkinkan anak perempuan mengganti pakaian di tempat khusus perempuan dan membiarkan mereka memakai burqini selama pelajaran renang, buka pakaian renang tradisional.
Pejabat pendidikan mengatakan, pembebasan dari pelajaran renang hanya tersedia untuk perempuan yang telah mencapai pubertas.
Putri warga negara Swiss tersebut belum mencapai pubertas ketika orang tua mereka melarang mengikuti pelajaran renang tersebut.
Pada tahun 2012, Pengadilan Tinggi Swiss di Lausssane memutuskan, kewajiban untuk ikut bagian dalam pelajaran renang campuran tidak melanggar kebebasan beragama. *Sumber: Dailymail
Reporter : Muja Adzim