Afghanistan Berduka: Gempa Mematikan Landa Provinsi Timur, Upaya Penyelamatan Terhambat Medan Sulit

by

Afghanistan kembali diterjang bencana. Sebuah gempa bumi berkekuatan 6.0 magnitudo melanda provinsi timur Kunar dan Nangarhar, menyebabkan setidaknya 800 orang tewas dan lebih dari 1.800 lainnya luka-luka. Namun, angka-angka ini dikhawatirkan akan terus meningkat seiring sulitnya tim penyelamat menjangkau daerah terpencil.

Wartapilihan.com, KABUL, AFGHANISTAN —Gempa yang terjadi pada Minggu malam tersebut memiliki pusat gempa yang sangat dangkal, hanya 8 km di bawah permukaan bumi, menjadikannya sangat merusak. Guncangan terasa hingga ke ibu kota Kabul dan negara tetangga, Pakistan.

Medan Berat Hambat Bantuan

Upaya pencarian dan penyelamatan korban memasuki hari kedua dengan kendala yang luar biasa. Lokasi terdampak berada di wilayah pegunungan yang terjal, dengan jalanan sempit yang sebagian besar kini tertutup oleh tanah longsor akibat gempa. Hal ini membuat tim penyelamat dan bantuan logistik sulit untuk menjangkau lokasi.

“Kami tidak bisa memprediksi secara akurat berapa banyak jenazah yang mungkin masih terjebak di bawah puing-puing,” kata Ehsanullah Ehsan, kepala manajemen bencana provinsi Kunar. “Upaya kami adalah menyelesaikan operasi ini secepat mungkin dan mulai mendistribusikan bantuan kepada keluarga-keluarga yang terdampak.”

Hingga kini, helikopter menjadi satu-satunya cara efektif untuk mengevakuasi korban luka ke rumah sakit. Namun, fasilitas medis pun kewalahan. Di sebuah rumah sakit utama dekat pusat gempa di Jalalabad, para staf medis berjuang menangani lonjakan pasien.

Yogita Limaye, koresponden BBC yang melaporkan dari Jalalabad, menggambarkan kondisi di rumah sakit tersebut sebagai “kacau”. Ia bertemu dengan Mir Zaman yang membawa putranya, Naseebullah, 3 tahun, ke rumah sakit setelah kehilangan dua anaknya yang lain dalam tragedi ini. “Gelap, tidak ada cahaya. Saya menggunakan sekop dan beliung untuk menggali mereka keluar. Tidak ada yang membantu karena semua orang terdampak,” cerita Mir Zaman, pilu.

Isu Sosial dan Bantuan Kemanusiaan

Bencana ini juga menyoroti kerentanan kelompok tertentu, terutama perempuan. Di wilayah Kunar yang sangat konservatif, terdapat kekhawatiran bahwa perempuan dan anak perempuan mungkin mengalami keterlambatan dalam mendapatkan perawatan medis karena alasan budaya. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa jumlah pasien laki-laki jauh lebih banyak daripada perempuan di rumah sakit.

“Perempuan dan anak perempuan menanggung beban krisis, seperti yang selalu terjadi,” kata Deepmala Mahla dari organisasi kemanusiaan CARE. Ia menekankan pentingnya kehadiran pekerja bantuan perempuan untuk dapat menjangkau dan mendistribusikan bantuan kepada korban perempuan.

Di sisi lain, beberapa laporan media lokal menyebutkan bahwa sebagian keluarga korban adalah pengungsi Afghanistan yang baru-baru ini dideportasi dari Pakistan. Tragedi ini menambah penderitaan mereka yang sudah kehilangan tempat tinggal di Pakistan.

Secara geografis, Afghanistan memang rentan terhadap gempa bumi karena berada di atas garis patahan tempat lempeng tektonik India dan Eurasia bertemu. Lokasi gempa kali ini berada di wilayah yang sebagian besar bangunannya tidak tahan gempa, terbuat dari kayu, bata lumpur, atau beton yang lemah, sehingga kerusakannya sangat parah.

Respons Internasional dan Tantangan Bantuan

Mengingat kondisi ekonomi Afghanistan yang sudah terpuruk akibat kekeringan parah dan pemotongan bantuan, tragedi ini datang pada saat yang paling buruk. Sejumlah negara dan organisasi internasional telah menjanjikan bantuan darurat. Inggris mengumumkan dana darurat sebesar £1 juta, dengan penekanan bahwa bantuan akan disalurkan melalui mitra mereka seperti PBB dan Palang Merah Internasional agar tidak jatuh ke tangan pemerintah Taliban.

India telah mengirimkan 1.000 tenda keluarga dan 15 ton makanan ke provinsi Kunar. PBB juga telah melepaskan dana awal sebesar $5 juta dari dana tanggap darurat global.

Namun, seorang dokter di Asadabad, Kunar, mengungkapkan bahwa meski banyak janji bantuan, belum ada yang tiba di lapangan. “Kami membutuhkan lebih banyak bantuan,” katanya. “Komunitas internasional harus mengesampingkan perbedaan dengan Taliban dan membantu warga Afghanistan.”

Di tengah bencana ini, tim kriket nasional Afghanistan menunjukkan solidaritas dengan mengheningkan cipta dan menyumbangkan seluruh honor pertandingan mereka untuk korban.

Waspada Misinformasi

Di tengah upaya penanganan bencana, beredar pula gambar-gambar palsu yang dibuat dengan kecerdasan buatan (AI) di media sosial. BBC Verify menemukan dua gambar yang dibagikan secara luas sebagai bukti kehancuran akibat gempa, padahal sebenarnya merupakan hasil rekayasa. Hal ini menunjukkan pentingnya berhati-hati dalam menyebarkan informasi di tengah situasi krisis.

 

Artikel ini disusun berdasarkan laporan langsung dari BBC News Live dan berbagai sumber terkait per tanggal 2 September.