Adian Husaini: Titik Temu Masalah Kebangsaan dan Ke-Islaman Selalu Melalui Dialog

by

Jika berbicara konsep moderasi, umat Islam memiliki konsep teologis kuat pada ungkapan “ummatan wasatha” (umat pertengahan/unggul).

Wartapilihan.com, Jakarta — Cendikiawan muslim Dr. Adian Husaini menyatakan, Indonesia dengan beragam agama, aliran ideologi, dan kepercayaan, memiliki tradisi dialog ilmiah yang panjang, sehingga tak berujung pada peperangan dan perpecahan, seperti yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah. Para pendiri bangsa Indonesia memiliki tradisi dialog intelektual, bahkan sejak sebelum Indonesia didirikan.

Di antaranya, perdebatan antara Mohammad Natsir dengan Soekarno, dalam Polemik Kebudayaan tahun 1935, perdebatan di BPUPK hingga perdebatan dasar negara dalam Majelis Konstituante. Tradisi dialog ini menjadi kunci mengatasi kebuntuan perdebatan tentang masalah kebangsaan dan kenegaraan. Juga, sekaligus menghindarkan diri dari perpecahan.

“Uniknya, para tokoh nasionalis Islam dan sekuker dapat ketemu dalam satu titik kompromi dan mencapai kesepakatan dalam kehidupan berbangsa. Nah, buku ini berhasil masuk ke wilayah itu dan menghindari kontroversi yang sangat tajam,” katanya dalam diskusi dan peluncuran buku Moderasi Beragama di gedung Kemenag, Jakarta, kemarin (8/10).

Dan jika berbicara tentang konsep moderasi, kata Adian, umat Islam memiliki konsep teologis kuat di ayat yang berbunyi, wa kadzaalika ja’alnaakum ummatan wasatha… (Dan Kami jadikan kalian umat pertengahan, umat yang tidak ekstrim, QS 2:143). Namun, menurutnya, makna ayat tersebut bukan hanya mendudukkan umat Islam dalam makna biasa-biasa saja, melainkan juga harus menjadi umat yang unggul.

Maka itu, ia merekomendasikan agar masing-masing individu memperkuat ketahanan keluarga untuk menanamkan konsepsi wasathiyah. Dengan begitu, konsep ini dapat dioperasionalkan lebih baik.

“Sayangnya, Perguruan Tinggi kita tidak punya prodi khusus pendidikan keluarga sakinah. Padahal, keluarga adalah unsur utama tegaknya suatu bangsa bahkan peradaban,” ujarnya

Dr Adian menyatakan, istilah moderat yang ramai digunakan belakangan ini dinilai diadopsi dari Amerika. Gampangannya, kata Adian “Maka, kalau mau nggak dimusuhi Amerika, jadilah muslim moderat,” kata dia.

Dalam buku yang disusun oleh Badan Litbang Kemenag ini, ia mengapresiasi definisi moderat. Bahwa, moderat adalah tidak berfaham liberal dan tidak ultra konservatif. Definisi ini keluar dari istilah liberal yang dibangun oleh beberapa pemikir Amerika, seperti Samuel Huntington dan Daniel Pipes.

“Dalam bukunya, Who Are We, yang terbit tahun 2004, Huntington menyatakan bahwa pencarian musuh kami sudah selesai. Jika dulu musuh kami adalah Komunis militan, sekarang musuh kami adalah muslim militan,” ujar pendiri Pesantren At-Taqwa, Depok, ini.

Adi Prawiranegara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *