Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi yang baru saja dilantik Rabu kemarin memberikan pernyataan tentang bolehnya hoaks asal membangun. Pernyataan ini undang reaksi masyarakat luas.
Wartapilihan.com, Jakarta –-“Tentu hoax ini kita lihat, ada yang positif dan negatif. Saya imbau kepada kawan-kawan, putra-putri bangsa indonesia ini, mari sebenarnya kalau hoax itu hoax membangun ya silakan saja,” kata Djoko, kepada awak media, Senin kemarin paska dirinya dilantik menjadi kepala BSSN.
Sontak perkataan ini membuat tidak sedikit warga maya geram. Pasalnya, hoaks yang membangun dinilai aneh. Karena perkataan ini pula, masyarakat berbondong-bondong men-tweet tagar #HoaxMembangun yang ramai di Twitter dan Facebook.
Namun pada Rabu malam, ketika wartawan menanyakan kembali, akhirnya ia meminta maaf. Ia mengaku melontarkan pernyataan soal hoax yang membangun hanya untuk mengetes reaksi publik.
“Itu hanya sebuah gaya, saya ingin mengetahui kepekaan kawan-kawan terhadap kalimat ini. Ternyata pekanya luar biasa, saya bangga. Tapi tanggapannya terlalu serius,” kata Djoko, dikutip dari Kompas.com, Rabu malam.
Abimanyu Wahjoehidayat yang merupakan pakar telematika pun berkomentar. Ia mengatakan, hoaks yang membangun layaknya mencocokkan hal yang sama sekali tidak cocok. Pasalnya, pada dasarnya hoaks merupakan penggiringan opini publik yang memojokkan satu pihak dan pihak lain.
“Semestinya tugas BSSN bukan hanya mengurangi hoaks, tetapi juga melakukan pencegahan. Mana berita yang hoaks, mana yang tidak. Harusnya lebih fokus kepada masalah cyber, penanggulangan, juga pemulihan program proteksi,” tutur Abimanyu, Kamis, (4/1/2018).
Ia menerangkan, hal itu sangat patut dilakukan oleh pasal perilaku orang sosial media yang sekarang ini sangat cepat reaksinya. “Sekali salah omong, masyarakat akan cepat reaksinya,”
“Terlebih kalau yang diberitakan hoaks, misalnya. Bisa jadi ada orang yang tertawa karena lucu, tapi ada juga yang bisa kaget. Reaksi 240 juta orang bisa berbeda-beda lho, berbahaya,” lanjutnya.
Sementara itu, Prof Hendri Subaktio selaku Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga mengatakan, BSSN semestinya lebih konsentrasi terhadap serangan cyber, bukan melulu pada hoaks. Pasalnya, terjadi sebanyak 205 juta serangan pada tahun 2017.
“Hoaks bukan urusan BSSN, tetapi urusan penegak hukum (polisi). Tugas BSSN seharusnya lebih konsentrasi ke serangan cyber, karena pada tahun 2017 saja ada 205 juta serangan. BSSN hanya persoalan mengkoordinasikan saja (dalam hal hoaks),” kata Prof Hendri.
Ia menekankan agar fokus ke serangan cyber karena dapat berdampak pada ekonomi, khususnya ekonomi digital yang sekarang sedang berkembang pesat. “Jika diserang, dapat merusak sistem di Indonesia; ekonomi kita bisa berguncang,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini