Mimpi Basah Anak Laki-laki

by
https://mentoringku.files.wordpress.com

Tahukah Anda, anak yang sudah menempuh akhil baligh biasanya sering dijadikan sasaran empuk industri pornografi internasional?

Wartapilihan.com, Jakarta –Anak laki-laki sering dijadikan sasaran industri pornografi karena penggunaan otak kiri yang dominan, serta alat kelamin yang ada di luar. Hal itu yang menyebabkan bisnis pornografi subur jika dijejalkan pada anak yang menginjak usia remaja. Hal ini disampaikan Elly Risman, seorang psikolog anak.

Di berbagai media seperti Komik, Games, PS, Internet, Handphone, Televisi, Film Bioskop, disadari maupun tidak banyak ditampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui tampilan yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak.

“Dengan berbagai rangsangan yang cukup banyak dari media-media tersebut, dan asupan gizi yang diterima anak-anak dari makanannya, hormon testosterone di dalam tubuh bergerak 20 kali lebih cepat. Sehingga, testis mulai memproduksi sperma,” ungkap Elly, di Fanpage Facebook Yayasan Kita dan Buah Hati, belum lama ini, Senin, (2/9/2017).

Oleh karena banyaknya sumber rangsangan, anak-anak dengan mudahnya mengeluarkan air maninya lebih cepat, bahkan kini tidak perlu lagi dengan ‘mimpi basah’. Maka dari itu, Elly menekankan agar orangtua menyiapkan anak menjelang masuk masa akhil baligh-nya. Hal itu menurutnya merupakan tantangan besar.

“Ayah, Bunda… Menyiapkan anak kita memasuki masa baligh adalah tantangan besar bagi kita sebagai orang tua. Kelihatannya sepele, namun sangat penting bagi mereka untuk mengatahui seputar masa baligh agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang memiliki seksualitas yang sehat, lurus dan benar,” Elly menambahkan.

Kendati banyak kendala yang akan dihadapi seperti rasa tabu dan saru, bingung untuk bagaimana memulainya, juga waktu yang tepat, dan lain sebagainya. “Memang tidak mudah untuk mendobrak kendala-kendala tersebut, namun jika kita tidak melakukannya sejak dini, bisa jadi mereka mendapatkan informasi-informasi yang salah dari sumber yang tidak jelas,” imbuh dia.

Menurut aktivis Yayasan Kita dan Buah Hati ini, para Ayah biasanya jarang menyiapkan anak laki-lakinya menghadapi mimpi basah. Padahal, hal ini merupakan tanggung jawab Ayah untuk membicarakannya kepada anak.

“Mengapa harus Ayah? Karena anak laki-laki yang berusia di atas 7 tahun, membutuhkan waktu yang lebih banyak dengan Ayahnya, dari pada dengan Ibunya. Dan jika bicara seputar mimpi basah, Ibu tentu tidak terlalu menguasai hal-hal seputar mimpi basah dan tidak pernah mengalaminya bukan? Namun, bila karena satu hal, Ayah tak sempat dan tidak punya waktu untuk itu, Ibu-lah yang harus mengambil tanggung jawab ini,” lanjut dia.

Cara Katakan ‘Mimpi Basah’ Pada Anak

Untuk pertama kali, Elly mencoba mendefinisikan mimpi basah, dan bedanya mani dengan madzi, dan apa yang harus dilakukan jika keluar cairan tersebut. Agar anak bisa membedakan antara mani dengan madzi, dapat dipersiapkan alat-alat. Untuk mani, dapat diaduk tepung sagu dengan air yang diberi sedikit bubuk kunyit sehingga jadi kekuning-kuningan.

“Untuk madzi, dapat dibeli lem khusus, seperti lem UHU,” ujarnya.

Berikutnya, Elly menjelaskan, perlu disiapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya. Yang harus disampaikan, pertama, saat ini anak telah tumbuh kembang jadi remaja, disertai dengan perubahan yang terjadi pada fisik mereka. “Contoh : “Nak.. Ayah lihat kamu sudah semakin besar saja ya.. Tuh coba lihat tungkai kakimu sudah semakin panjang, suaramu sudah agak berat. Wah, Anak Ayah sudah mau jadi remaja nih. Nah, Ayah mau bicarain sama kamu tentang hal penting menjelang seorang anak menjadi remaja atau istilahnya ia memasuki masa puber/baligh,” Elly mencontohkan.

Berbeda dengan anak-anak yang belum baligh, pendekatan yang dilakukan lebih soft. Caranya dengan menyentuh bahu atau kepala seperti yang dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. “Hal ini dapat menumbuhkan keakraban antara Ayah dengan anak. Jika sudah baligh, mereka tidak akan mau kita sentuh,” papar dia.

Dalam Islam, orang yang mimpi basah diwajibkan untuk mandi besar/mandi junub, yakni dengan membersihkan kemaluan dari cairan sperma yang masih menempel, mencuci kedua tangan, lalu berniat untuk bersuci, berwudhu kemudian mandi, minimal menyiram air ke bagian tubuh sebelah kanan tiga kali, dan ke bagian sebelah kiri sebanyak tiga kali, hingga seluruh anggota tubuh terkena air. “Cuci kaki sebanyak tiga kali. Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan,” Elly menambahkan.

Sedangkan tentang madzi, jika anak melihat gambar-gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak (gambar yang tak senonoh), maka bisa jadi, ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi. Kita perlu beritahukan kepada anak contoh cairannya, yaitu lem UHU.

Cara membersihkan madzi tersebut cukup dengan mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu. Kemudian, upayakan untuk ingatkan kepadanya, jika anak tidak melakukannya, anak tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al Qur’an. “Terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan,”

Hal penting yang harus diingat sebelum membicarakan masalah ini kepada anak ialah, orangtua berlatih dahulu bagaimana cara menyampaikannya. “Agar komunikasi yang akan kita lakukan tidak tegang, dan berjalan dengan hangat. Agar anak merasa nyaman dan ia dapat menerima pesan yang kita sampaikan dengan baik,” pungkasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *