Secara hukum menyatakan selamat kepada suatu aliran agama yang terbukti menodai Islam melanggar sila pertama Pancasila dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
Wartapilihan.com, Jakarta – Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qumas secara resmi atas nama Kementerian Agama mengucapkan selamat hari Nawruz kepada masyarakat Baha’i yang ada di Indonesia. Menag menyebut Baha’i sebagai agama yang menjadi bagian dari agama dan keyakinan yang perlu diakui dan didukung keberadaannya.
Anggota Lembaga Dakwah Khusus (LDK) MUI Pusat, ustaz Wildan Hasan menjelaskan, Baha’i adalah aliran dan gerakan keagamaan yang kontroversial. Sinkretik dan lahir dari sejarah yang kontroversial pula.
“Baha’i adalah sebuah aliran yang disebut-sebut lahir dari proyek musuh Islam dalam rangka merusak Islam dari dalam. Meskipun di kemudian hari mengaku sebagai agama tersendiri yang berbeda dan terpisah dari Islam,” kata ustaz Wildan kepada Warta Pilihan, Rabu (28/7).
Menurut kajian para Ulama, Baha’i hadir dari pemikiran seorang muslim yang tersesat sangat jauh dan menjadikannya kafir. Ajaran-ajarannya rusak dan menyesatkan.
“Tidak etis Menteri Agama mengucapkan selamat kepada entitas agama yang tidak resmi ada di Indonesia,” ujarnya.
Anggota Dewan Tafkir PP Persis ini mengingatkan, secara hukum menyatakan selamat kepada suatu aliran agama yang terbukti menodai Islam melanggar sila pertama Pancasila dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1. Menurut dia, secara politik apa yang dilakukan Menag mengurangi wibawa dan legitimasi pemerintah di hadapan umat Islam yang dipeluk mayoritas rakyat Indonesia.
“Secara syari’at Islam, haram hukumnya mengucapkan selamat dan turut berbahagia atau bahkan ikut merayakan hari raya orang kafir. Apalagi ada hadis yang khusus tentang larangan merayakan hari Nairuz,” katanya.
Waketum Pemuda Dewan Da’wah ini menegaskan, sebaiknya Menag tidak tergoda untuk menggoalkan ambisi pribadi di atas kepentingan mayoritas umat Islam. Bila benar Menag adalah seorang liberalis dan pluralis dalam pemahaman keagamaan, harus diketahui bahwa keyakinan dan pemahaman mayoritas umat Islam tidak sama dengan Menteri Agama.
“Banyak tugas penting dan kerja besar yang harus dikerjakan dan dituntaskan oleh Menag yang lebih bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara. Sebaiknya Menag fokus ke sana daripada terus memproduksi kontroversi yang tidak produktif,” kata Ketua MIUMI Bekasi ini menambahkan.