WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Sekretaris Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Avid Sholihin menyampaikan, cara-cara intervensi kedaulatan yang dilakukan pihak asing untuk merusak kedaulatan Indonesia salah satunya dengan menyuarakan Hak Asasi Manusia (HAM) atas resistensi persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.
“Kita selaku umat Islam harus waspada karena orang kafir selalu memerangi umat Islam, seperti Allah jelaskan dalam Al Baqarah ayat 120. Cara pihak asing untuk melakukan intervensi terhadap kedaulatan Indonesia antara lain melalui pendanaan kepada LSM yang vokal terhadap isu HAM,” kata Avid Solihin saat ditemui Warta Pilihan di Menara Dakwah, Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Rabu (24/5).
Di antara intervensi tersebut, lanjut Avid, dapat dilihat pada waktu era Presiden ke-6, Presiden SBY, saat itu mendapat gelar Knight Grand Cross in the Order of Bath oleh Ratu Inggris. Banyak spekulasi bahwa gelar tersebut terkait jasa besar SBY melakukan pembelaan terhadap Ahmadiyah yang dipelihara Inggris.
“Yang harus digarisbawahi dari Ahmadiyah ini adalah sinyalemen bahwa para pendukung Ahmadiyah adalah negara-negara asing. Mengapa presiden saat itu tidak menggunakan hak preogratifnya untuk membubarkan Ahmadiyah, dengan demikian timbul pertanyaan untuk siapa pemerintah masih memelihara Ahmadiyah, untuk Indonesia atau asing dan kompradornya?,” tanya Avid Sholihin.
Selain itu, Avid Sholihin melihat intervensi asing dalam penanganan terorisme di Indonesia selalu diarahkan kepada Islam dan umat Islam. Masjid dan Pesantren dituduh sebagai pusat penyebaran paham radikalis dan teroris. Sehingga, pemerintah memiliki alasan kurikulum Pesantren harus direvisi dan masjid harus dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah.
“Kaafirin dan munafikiin mereka bekerjasama melakukan upaya-upaya deislamisasi pusat-pusat penyebaran ajaran Islam. Peristiwa ini terjadi pada masa Belanda yaitu adanya Badan Pengawas Penyiaran Agama Islam, sehingga muncul asumsi bahwa Islam adalah agama radikal dan teroris,” ungkap Avid.
Lebih lanjut, Wakil Sekum Dewan Da’wah pada kepemimpinan Ust Syuhada Bahri ini mengatakan, proyek liberalisasi agama yang dimotori oleh kelompok liberal sejak berapa tahun lalu mendapatkan dukungan penuh dari asing dan diopinikanlah paham kebebasan beragama. Tidak aneh, kelompok liberal dan asing berkepentingan untuk membela dan mempertahankan ajaran kelompok yang mengaku Islam tetapi ajarannya menyimpang dari ajaran Islam.
“Kasus terbaru, kita bisa melihat polisi melakukan penggerebekan terhadap 141 gay di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah itu, pasti ada kelompok LSM yang membela kasus tersebut dengan berdalih pada HAM,” papar Avid.
Terakhir, intervensi yang dilakukan oleh asing yaitu dengan upaya politik belah bambu (pecah belah) umat Islam. Sebagai bangsa yang berdaulat, tidak seharusnya membiarkan NKRI yang telah diperjuangkan oleh umat Islam Indonesia, sejumlah tokoh Islam Indonesia menjadi lahan intervensi asing yang notabenenya kaum Yahudi.
“Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa berpegang teguh pada tali agama Allah yang dijelaskan dalam Ali Imran ayat 103. Pak Natsir Allahu Yarham pernah mengatakan, makna luruskan shaf adalah samakan pandangan dan rapatkan barisan yaitu menguatkan persatuan umat sehingga tidak mudah dipecah belah,” pungkasnya.
Reporter: Ahmad Zuhdi