Tausiyah Akhir Pekan: Dai di Persimpangan Jalan

by

Setiap muslim adalah dai. Allah SWT telah memerintahkan kita untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Oleh: Al-Ustadz Kahfi Amin

Penasihat PW Persis DKI Jakarta

Dai adalah panggilan umum bagi setiap orang yang melakukan seruan kepada jalan Allah SWT dan sebaik-baiknya ucapan (seruan), sebagaimana firman-Nya:

 

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

 

Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS Fussilat: 33).

 

Dalam khittah jamiyah, tugas dai adalah meningkatkan pemahaman dan pengamalan bagi anggota Persatuan Islam pada khususnya dan umat bagi umumnya, sehingga terwujud barisan ulama, zuama, ashabun, dan hawariyyun. Maka setiap umat itu pada hakikatnya adalah dai.

 

Dari Hamad, dari ‘Asim, dari Abu wa’il ia berkata, Abdullah Bin Mas’ud berkata: Suatu hari Rasulullah membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’. Dan ‘Ashim meniru beliau dengan membuat garis lurus seraya berkata, ‘Ini adalah jalan Allah’.

 

Kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak), pada setiap jalan terdapat setan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca ayat وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ) yakni: garis yang pertama; (وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ), yakni garis-garis yang lain; (فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون) sebagaimana termaktub dalam surat Al-An’am ayat 153.

 

Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i dalam tafsirnya 1/ 385 no.194; Imam Ahmad dalam musnadnya 1/435,465; Imam Ad-Darimi dalam sunannya 1/67-68, bab dibencinya mendahulukan pendapat akal; Imam Ibnu Hibban dalam shahihnya (Al-Ihsan 1/181 no.7); Imam Al-Hakim dalam mustadrak 2/318 dari banyak jalur dari hammad bin Zaid. Imam Hakim berkata tentang hadis ini: Sanadnya shahih namun Imam Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Dan Syekh al-Albani menghasankan sanadnya dalam kitab dzilal al-Jannah 1/13.

 

Karena itu, dalam surat Ash-Shaff ayat 14 Allah SWT berfirman:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوٓا۟ أَنصَارَ ٱللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّۦنَ مَنْ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ قَالَ ٱلْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ۖ فَـَٔامَنَت طَّآئِفَةٌ مِّنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ وَكَفَرَت طَّآئِفَةٌ ۖ فَأَيَّدْنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ عَلَىٰ عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا۟ ظَٰهِرِينَ

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

 

Dalam menghadapi persimpangan-persimpangan, seperti persimpangan lampu merah, manusia seringkali menghadapi kondisi dehidrasi, kurang konsentrasi, dan sebagainya hingga membuat fokus perjalanan tidak sesuai rencana awal, bahkan dapat mencelakakan dirinya. Begitupun dengan seorang dai, ulama, dan zuama yang tujuan semula amar ma’ruf nahi munkar, bisa saja tidak fokus bahkan berbelok dari tujuan awalnya.

 

Jika kita perhatikan fenomena dai sejak era tahun 1980-an, ada dai yang sendiri, ada yang berjamaah, ada dai yang lurus, dan ada dai yang syubhat. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kita dalam surat Al-Hasyr ayat 18 dan 19 untuk selalu memperhatikan hari esok.

 

Dalam rumusan kualitas, kalau dikatakan apa yang terjadi, maka apa penyebabnya? Karena bisa saja kita sekarang dalam kondisi sangat terpuruk. Menurut Ikhwanul Muslimin, ada lima hal yang harus dipelihara sampai kematian datang. Dan lima ini seringkali dianggap remeh serta dilupakan.

 

Di antaranya pertama, tujuan hidup. Setiap muslim tentu sudah dididik tujuan hidupnya. Di dalam shalat saja, ada kalimat yang diajarkan nabi Ibrahim sebagai kalimat iftitah: inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn. Lā syarīka lah, wa biżālika umirtu wa ana awwalul-muslimīn.

 

Dalam konteks ibadah haji, bila diperhatikan kalimat talbiyah yang mengandung agar tidak mengerjakan kemusyrikan, namun bisa saja seseorang pada akhirnya secara tidak langsung terjatuh ke dalam kemusyrikan.

 

Oleh karenanya, Rasulullah kerap memberikan kalimat yang mengandung majazi. Misalnya: Siapa orang yang muflis? Begitupun seorang dai, bisa jadi ada dai yang muflis. Tetapi kalau dia memegang teguh tujuan hidupnya, maka dia akan selamat. Sebab kadang-kadang, kalau tujuan hidupnya sudah berubah, maka konsekuensinya fatal.

 

Kedua adalah suri teladan saat menjalani kehidupan. Maka siapa teladan kita sebenarnya? Jelas, yaitu Muhammad Rasulullah SAW. Sebagaimana kita selalu menyuarakan agar konsisten terhadap sunnah Rasulullah SAW. Jika kita sudah menjadikan Rasulullah sebagai teladan, maka kita juga menjadi teladan bagi umat muslim.

 

Ketiga, yaitu jihad. Kalau kita sudah melaksanakan jihad, maka akan terwujud ummatan wasatha. Kenapa hari 10 November disebut sebagai Hari Pahlawan? Ketika KH Hasyim Asyari memimpin pertemuan dan mengeluarkan resolusi jihad, maka semua orang berbondong-bondong menuju Surabaya. Menurut catatan Anies Baswedan, lebih dari 4.000 orang yang syahid dalam pertempuran Surabaya

 

Keempat semangat dalam menjalani pedoman dan terakhir, syahid sebagai dambaan akhir kehidupan dunia ini. Lima semangat inilah di antaranya yang harus dimiliki oleh dai, asatidz, dan ulama, sehingga akan selaras antara ilmu dan perbuatan. Ketika dua hal ini terwujud, dai tidak akan mengalami confused (kebingungan) ketika berada di persimpangan jalan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *