Strategi Ulama-Ulama Kita Mengislamkan Nusantara

by
Dr Adian Husaini menyampaikan ceramah di Masjid Salman ITB Bandung. Foto : Izzadina

Wartapilihan.com, Bandung – Cendekiawan Islam Dr Adian Husaini dalam ceramahnya di Masjid Salman ITB menjelaskan tentang strategi para ulama dulu mengislamkan Nusantara. “Negeri kita dulu 100 persen bukan Islam, sekarang hampir 100 persen Islam dengan strategi dakwah yang fantastis,”jelasnya dihadapan ratusan mahasiswa ITB, Senin kemarin (13/6).

Menurutnya dakwah Islam di Nusantara tanpa dukungan militer dan senjata. “Mereka akhirnya disatukan dengan satu agama dan satu bahasa,”jelasnya.

Adian menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan para ulama saat itu untuk menyebarkan dakwah adalah bahasa Melayu, bahasa yang digunakan sekelompok kecil masyarakat di Sumatera. Bukan bahasa Jawa yang digunakan kerajaan Hindu Majapahit. “Para ulama kemudian menulis ribuan buku dengan menggunakan Arab Melayu dan disebarluaskan ke seluruh penjuru Nusantara, hingga ke Filipina, Thailand dan lain-lain,”terangnya.

Komunikasi para ulama dengan bahasa Melayu inilah yang kemudian menjadikan bahasa Melayu ini tersebar luas. Di samping juga bantuan dari para pedagang Muslim yang banyak menguasai pelabuhan-pelabuhan di tanah air.

Penulis buku yang produktif ini juga menjelaskan bahwa para pendeta saat itu tidak mau menggunakan bahasa Melayu. “Karena menggunakan bahasa Melayu, berarti mengajarkan Islam.”

Di samping itu, Adian menjelaskan bahwa para wali yang menyebarkan Islam juga kualitasnya tinggi. “Mereka kualitasnya jenderal dan negarawan, di samping mereka adalah ulama,”jelasnya.

Ia memaparkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia, diduga kuat terjadi sejak zaman Rasulullah saw, seperti dipaparkan cendekiawan ulung Prof Naquib al Attas. “Karena utusan Rasulullah saat itu ada yang ke Cina, untuk ke Cina kan paling dekat lewat atau singgah di Nusantara ini,”paparnya.

Para orientalis berusaha membuat teori bahwa pengaruh Islam di tanah air tidak mendalam. “Mereka menyatakan bahwa pengaruh Islam di tanah air, seperti pelitur pada kayu.”

Padahal pengaruh Islam di Nusantara ini sangat mendalam, meski banyak yang tidak menyukainya. Hingga masyarakat Indonesia menjadi hampir 100 persen Islam.  Bahasa-bahasa islam juga banyak mempengaruhi rakyat Indonesia. “Ilmu, akal, adil adalah kosa-kosa kata Islam.”

Adian menjelaskan bahwa kini memang ada ada usaha-usaha untuk menyingkirkan perababan Islam dari tanah air. “Coba kita ke bandara, maka begitu kita keluar dari pintu bandara, kita hanya menemukan patung-patung. Tidak ada lukisan masjid, pesantren (kaligrafi) di sana.”

Mengutip pendapat tokoh Islam Dr Anwar Haryono, Adian menyatakan bahwa dakwah di Indonesia ini seperti air hujan. “Tidak bisa dibendung, air tetap akan mengalir. Ketika tahun 60an dakwah politik dibendung, muncul dakwah dalam bentuk lain,”jelasnya.

Di Bandung, tahun 80an jilbab juga dilarang. Bahkan ada anak sekolah SMA yang karena memakai jilbab, maka ia mendapat pelajaran di luar sekolah. Tapi kini jilbab tidak bisa dibendung.

Karena itu, menurut Adian, bagaimanapun kondisinya, keadaan umat Islam di Indonesia ini patut disyukuri. “Tidak pernah terjadi di negara lain, bagaimana dasar negara sekulerisme dan Islam diperdebatkan seperti di tanah air. Pak Natsir dan Soekarno telah berdebat sejak tahun 1920an.”

Karena itu, cendekiawan ini optimis bahwa situasi di Suriah, Yaman dan lain-lain tidak akan terjadi di Indonesia. Sebab, Indonesia telah terbiasa melakukan dialog dalam mengatasi permasalahan.

Adian juga menguraikan bagaimana keberhasilan dakwah Rasulullah oleh generasi pertama. “Setelah lima tahun Rasulullah meninggal, Umar menaklukkan Yerusalem. Tidak sampai 30 tahun, kekuatan Islam saat itu telah mengalahkan Romawi. Padahal sebelumnya mereka adalah bangsa yang tidak diperhitungkan dunia.”

Negara Madinah saat itu adalah adalah negara yang paling maju. “Negara taqwa. Dimana mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya dan budaya ilmu tumbuh. Mereka berlomba-lomba mencatat apa yang datang dari Rasulullah.”

Adian mengharapkan tahun 2045 Indonesia menjadi negara taqwa, sebagaimana amanah dari Undang-Undang Dasar 1945. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al A’raf 96). ||

Izzadina

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *