Gerakan Salafi Wahabi mengharamkan musik. Bagaimana wajah peradaban Islam bila musik diharamkan?
Wartapilihan.com – Gerakan Salafi Wahabi yang dibentuk ‘Kerajaan Saudi dan ulamanya’ memang perlu dikritisi. Mereka mengharamkan musik, mewajibkan jenggot, menganjurkan celana di atas tumit dan lain-lain.
Bila Wahabi mengharamkan musik, maka mereka harusnya konsisten mengharamkan segala suara dari luar manusia. Misalnya bunyi kodok, bunyi gemerincingnya air, bunyi pertemuan suara bambu dan lain-lain.
Memang dalam masalah ini ulama berbeda pendapat. Tapi, bukankah kita disuruh Allah untuk memilih pendapat yang terbaik? Dalam surat az Zumar, Allah mengingatkan, “(Ulil Albab) Mereka yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik.”
Musik pada dasarnya kumpulan nada. Suara kita adalah nada, piring pecah, sendok bertemu piring adalah nada. Bila musik diharamkan, maka semua itu harus diharamkan. Karena itu Rasulullah saw tidak melarang istrinya Aisyah ketika suatu saat ingin menikmati hiburan musik. (Lihat https://www.wartapilihan.com/seni-musik-dalam-pandangan-islam/ )
Tentu dalam hal ini, tidak boleh berlebihan. Bila mendengarkan musik terus menerus seharian, maka akibatnya juga buruk. Musik hanya untuk hiburan sesaat saja. Untuk merefreshing otak yang seharian bekerja keras. Di samping itu harus diperhatikan pula syair yang mengiringi musik itu. Kalau syair yang dinyanyikan hanya berisi cinta lawan jenis, pornografi, horor dan lain-lain, maka akibatnya bisa buruk. Karena itu, dalam Islam musik dan syairnya diperhatikan. Musik diperbolehkan asal untuk mendidik Muslim menjadi lebih baik (shalih).
Bagaimana dengan jenggot? Memang ada beberapa hadits yang bila dibaca seolah-olah menjadi wajib. Padahal intinya dalam hadits itu Rasulullah saw meminta kita berbeda dengan Yahudi (dan Nashrani). Jadi kalau kita berjenggot tapi tingkah laku kita culas seperti Yahudi, untuk apa?
Hukum berjenggot ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan wajib, sunnah dan mubah. Saya sendiri lebih mengikuti ulama yang mengatakan mubah. Karena perbedaan dengan Yahudi bukanlah dalam hal fisik. Kita berbeda dengan Yahudi adalah dalam hal ideologi dan dalam hal prinsip hidup. Ideologi Yahudi (lihat di Israel banyak Yahudi berjenggot). Kita berbeda dengan Yahudi dalam hal untuk mencapai tujuan tidak menghalalkan segala cara. Lihatlah pendirian negara Yahudi Israel 1948, yang didahului dengan pembantaian kaum Muslim di Palestina. Dan pembantaian, pengusiran terus dilakukan ‘hingga kini’.
Begitu pula bila kita membaca hadits Rasulullah tentang celana di atas lutut. Intinya disitu adalah Rasulullah menyatakan agar kita tidak sombong. Kalau kita memakai celana di atas tumit kemudian sombong untuk apa? Padahal sombong sangat ditentang oleh Rasulullah saw. Hanya Allah SWT yang boleh sombong. Kita, makhlukNya harus tawadhu (rendah hati) dalam hidup ini. Bila Allah mencabut nyawa atau ‘menghilangkan kewarasan kita’, kita bisa apa?
Apakah Gerakan Salafi Wahabi ini ada kaitannya dengan politik Amerika? Bisa saja. Karena Amerika sangat dekat dengan pemerintah Saudi. Amerika tentu senang melihat kaum non Muslim tidak salut terhadap ‘Islam gaya Saudi/Wahabi’.
Sebagian mungkin bilang, itu Hamka pro Wahabi? Beda yang dimaksud Hamka Salafi Wahabi dengan Wahabi. Hamka adalah Muhammadiyah dan Muhammadiyah tentu beda dengan Salafi Wahabi.
Hubungan gelap antara akrab pemerintah Amerika dan Saudi bukan tidak mungkin juga berimbas ke hubungan pendidikan, kebudayaan dan lain-lain selain hubungan militer. Dan Amerika sangat jago dalam hal seperti ini. Karena itu Amerika terus menjaga agar Saudi tetap bentuknya kerajaan, karena hal itu menguntungkan mereka. Pangeran-pangeran atau putri-putri kerajaan Saudi sering ke luar negeri dan tidak menampakkan kehidupan Islami bila mereka di luar Saudi.
Maka hati-hati terhadap gerakan Salafi Wahabi. Seolah-olah menampilkan Al Quran dan Hadits, tapi sejatinya membuat penafsiran yang keliru terhadap Al Quran dan Hadits.
Islam –yang sumbernya Al Quran, Hadits dan ijtihad ulama/cendekiawan yang shalih – adalah sebuah peradaban yang mulia. Ia dibawa Rasulullah saw untuk kesejahteraan manusia, baik lahir maupun batin. Ia bukan sekedar hukum fiqih, ia bukan sekedar halal haram. Ia adalah sistem budaya, sistem politik, sistem sosial, sistem ekonomi, sistem keamanan dan lain-lain.
Ia adalah sistem akhlak tertinggi. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia,” sabda Rasulullah saw. Wallahu azizun hakim. II
Izzadina