Girlband tenar asal Korea, SNSD, akan diundang pada acara HUT RI ke-74. Pandangan KPAI?
Wartapilihan.com, Jakarta – Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Reza Indragiri Amriel mengatakan, daripada SNSD yang diundang, lebih baik undang Rhoma Irama. Pasalnya, Rhoma Irama justru lebih representatif dari segi keuletan, kedisiplinan, serta kekayaan budaya.
“Saya serius! Jangan undang SNSD. Apalagi utk Countdown to Asian Games dg audiens internasional. Pentas Rhoma Irama saja. Bang Haji malah lebih relevan: “Lari pagi, badan sehat semua… Satu dua, kiri kanan, senam pagi menyehatkan…” Ujar Indragiri kepada Warta Pilihan, Senin (31/7/2017).
Untuk diketahui, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Triawan Munaf mengatakan, lewat SNSD dapat mencontoh bagaimana Korea lewat keuletan dan kedisiplinan bisa mendunia dengan KPop-nya pada Jumat lalu, (28/7/2017). Maka itu, SNSD atau yang biasa disebut Girls Generation akan dihadirkan dalam acara “Countdown Asian Games 2018” atau “Selebrasia 2018”.
Namun, Reza mempertanyakan apakah benar sifat positif berupa keuletan dan kedisiplinan itu yang membuat para penggemar menyukai SNSD. “Anggaplah benar bahwa SNSD dilahirkan lewat dua sifat positif itu. Tapi apakah para penggemar KPop sungguh-sungguh menyukai grup-grup Korea dikarenakan dua alasan itu?” Tanya ahli psikologi forensik ini.
“Lebih gamblang lagi, apakah keuletan dan kedisiplinan adalah tabiat yang para fans lihat dan panuti ketika menonton idola mereka itu?” Lanjutnya.
Menurut Reza, ia sudah cukup berpikiran positif bahwa Kepala Bekraf ingin berkontribusi bagi revolusi mental. Tetapi penting juga agar para remaja menjejakkan kaki pada realita kehidupan. “Agar mental berrevolusi, masyarakat wabil khusus anak-anak muda harus bangun dan menjejakkan kaki mereka ke alam nyata,” ujarnya.
“Nah, apakah fitur-fitur superfisial KPop seperti tertulis di atas yang akan disemikan sebagai kepribadian kita. Utopis agaknya. Lha wong, The Beatles dan Koes Bersaudara saja dipandang sebagai kontrarevolusi akibat penampilan luar mereka,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini