PENDIDIKAN IDEAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

by

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Belum lagi usai kajian tentang Revolusi Industri 4.0, kini sudah masuk wacana baru tentang Revolusi Industri 5.0. Katanya, Revolusi industri 4.0 ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat di dunia IT. Kuncinya ada di beberapa kata seperti otomasi, analisis big data, teknologi robot, artificial intelligence (AI), hingga internet of things (IoT).

Sementara banyak yang masih beradaptasi dengan revolusi industri 4.0, wacana mengenai revolusi selanjutnya yakni Revolusi Industri 5.0 sudah mulai berjalan. Revolusi Industri 5.0 adalah konsep yang secara umum mengacu pada perkembangan teknologi yang terus meningkatkan otomatisasi dan digitalisasi dalam industri dan sektor produksi.

Konsep ini berfokus pada penggabungan antara teknologi dan manusia, serta kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan dalam lingkungan produksi. Revolusi Industri 5.0 lebih menitikberatkan pada integrasi antara teknologi canggih seperti AI, IoT, dan teknologi robot teknologi dengan keahlian manusia dan inovasi yang dapat mendorong perkembangan sistem produksi yang lebih efisien, fleksibel, berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan.

Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih adaptif terhadap perubahan permintaan pasar, lebih berfokus pada pengalaman pelanggan, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas. Secara keseluruhan, Revolusi Industri 5.0 diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi industri, pelanggan, pekerja dan masyarakat pada umumnya, seperti meningkatkan produktivitas, kualitas, dan keamanan produksi, serta menciptakan peluang kerja baru dan mengurangi dampak lingkungan yang negatif. (Sumber: https://www.talenta.co/).

*****

            Begitulah paparan singkat tentang Revolusi Industri 4.0 dan 5.0 dan dampaknya dalam berbagai bidang kehidupan. Bagaimana rumusan pendidikan ideal dalam menghadapi zaman baru seperti ini?

Patut dicatat, bahwa dalam kondisi apa pun, secara prinsip, konsep pendidikan ideal dalam pandangan Islam, tidak berubah. Sebab, fokus utamanya adalah mendidik manusia – yang memang tidak berubah sejak zaman Nabi Adam a.s. sampai hari Kiamat tiba. Manusia (Bani Adam) tetap manusia ciptaan Allah dengan kondisi jiwa dan raganya yang sama sepanjang zaman.

Karena itulah, maka konsep pendidikan ideal sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw, secara prinsip tidaklah berubah. Nabi Muhammad saw diutus untuk seluruh manusia sepanjang zaman. Beliau pun menjadi model ideal dalam pendidikan; baik diri beliau, keluarga beliau maupun masyarakat Madinah yang menjadi model dan contoh masyarakat terbaik.

Tugas Rasulullah saw sebagai Nabi adalah mendidik umat manusia agar beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun juga, dan menjalani hidup dengan baik di dunia dan akhirat. Itu tercermin dalam doa pamungkas: “Rabbanaa aatinaa fid-dunya hasanah wafil-akhirato hasanah wa-qinaa ‘adzaaban naar.”

            Tujuan pendidikan tertinggi adalah selamatnya individu dan keluarganya dari api neraka. “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!” (QS At-Tahrim: 6).

Untuk selamat dunia akhirat, ada dua cara yang harus dilakukan, yaitu mendidik anak-anak dan keluarga agar menjadi insan beradab dan berilmu yang manfaat! Itu saja! Maka, intisari pendidikan adalah penanaman adab dalam diri seseorang, agar seseorang menjadi semakin beradab. Artinya, dari waktu ke waktu dengan bertambahnya umur, dirinya menjadi semakin dekat dengan Allah.

Jadi, pendidikan adalah proses sepanjang waktu dan sepanjang hidup. Jangan sampai wacana Revolusi Industri 4.0 atau 5.0 dijadikan sebagai wacana utama dalam pendidikan. Sebab, soal Revolusi Industri itu adalah masalah sarana kehidupan. Tentu saja, sains dan teknologi wajib dikuasai oleh kaum muslim sesuai dengan tantangan dan keperluan hidup.

Sains dan teknologi diperlukan untuk membangun keunggulan individu, masyarakat atau suatu bangsa. Secepat apa pun perkembangan teknologi, pasti manusia bisa mengikuti, sebab itu merupakan produk akal manusia. Secanggih apa pun robot, tetaplah robot itu produksi manusia dan bisa ditaklukkan oleh manusia.

Dari hari ke hari, manusia semakin berat harus bersaing dengan robot dalam pendidikan dan kehidupan. Tetapi, bagaimana pun juga, robot tidak punya hati. Robot punya kecerdasan (buatan). Hidup manusia tidak hanya memerlukan ilmu (konwledge), tetapi juga perlu wisdom (hikmah/kebijakan).

Karena itu, di era Revolusi Industri yang terus bergerak cepat, pendidikan kita perlu menekankan aspek hikmah. Hikmah adalah anugerah Allah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Para santri dan pelajar jangan hanya dijejali dengan aneka rupa ilmu pengetahuan dan hafalan. Mereka perlu dididik dengan ilmu yang benar dan dengan metode serta adab yang benar, sehingga berhasil meraih hikmah.

Proses pendidikan ideal itulah yang disebut sebagai TA’DIB, dengan kurikulum intinya adalah “TZKIYATUN NAFS” (pensucian jiwa). InsyaAllah, dengan proses pendidikan yang ideal ini, maka manusia akan meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Semoga kita bisa menerapkannya. Amin. (Depok, 17 Juni 2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *