Wartapilihan.com, Yangon – Ribuan pelayat berkumpul pada Senin (30/1) untuk mengubur seorang pengacara Muslim senior dan penasihat Aung San Suu Kyi yang ditembak mati di luar bandara Yangon. Partai yang sedang berkuasa Liga Nasional Demokrasi (NLD) mengatakan, kejadian tersebut merupakan pembunuhan politik.
Ko Ni, penasihat hukum untuk Liga Nasional Demokrasi (NLD), ditembak di kepalanya pada Minggu (29/1) saat ia menunggu di luar bandara bersama cucunya.
Pembunuhan tersebut membuat gelombang-kejut terhadap komunitas Muslim dan partai penguasa. Pembunuhan politik jarang terjadi di negara tersebut.
Polisi belum mengetahui alasan pembunuhan itu. Ko Ni (63) adalah seorang tokoh Muslim terkemuka yang lantang menentang sentimen anti-Islam dari kelompok Buddhis garis keras dan mengkritik penguasaan militer yang begitu kuat.
Kerabat bersama tokoh-tokoh senior NLD, imam, biarawan Buddha, dan masyarakat berdesakan di pemakaman Muslim di pinggiran Kota Yangon pada Senin (30/1) sore.
“Ini adalah tragedi yang sangat kejam dan buruk,” kata Moe Zaw (37), seorang pelayat Muslim, kepada AFP (30/1).
NLD dan keluarga Ko Ni diduga menjadi target karena politiknya.
“Kami sangat mengecam pembunuhan Ko Ni karena ini adalah tindakan teroris terhadap kebijakan NLD,” kata NLD dalam sebuah pernyataan.
Seorang sopir taksi yang mencoba untuk menghentika pria bersenjata itu juga tewas. Penyerang, disebut oleh polisi sebagai Kyi Lin (53), ditangkap di tempat kejadian.
Sebuah foto mengerikan beredar di media sosial yang menunjukkan pembunuh sedang membidik Ko NI dari belakang yang sedang memegang cucunya.
Putri Ko NI, Yin Nwe Khaing mengatakan, ia membawa putranya untuk menyambut kakeknya di bandara. Ia menambahkan, ayahnya telah membuat musuh karena menjadi suara Muslim terkemuka.
“Seperti kami dari agama yang berbeda, ada banyak orang yang tidak suka dan benci. Saya berpikir, itu juga bisa menjadi alasan (untuk pembunuhan),” katanya kepada DVB TV.
Sentimen Anti-Muslim
Ko Ni barus saja kembali dari kunjungan delegasi pemerintahan ke Indonesia tempat pimpinan regional membahas ketegangan di negara bagian Rakhine.
Militer Myanmar telah melancarakan kekerasan terhadap komunitas Rohingya, terutama Muslim, yang menyebabkan puluhan ribu orang melarikan diri dari daerah itu.
Ko Ni sebelumnya mengkritik hukum agama yang dikemukakan oleh nasionalis Buddhis.
Wilayah perbatasan Myanmar telah lama bergolak selama beberapa dekade dengan pemberontakan etnis minoritas, tetapi jarang ada tokoh politik terkemuka di bunuh di Yangon.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Myanmar telah menyaksikan gelombang sentimen anti-Muslim yang di embuskan oleh nasionalis Buddhis.
Setidaknya, sekitar lima persen dari populasi Myanmar adalah Muslim.
Aung San Suu Kyi menghadapi kecaman internasional atas kegagalananya untuk mengkritik tindakan keras terhadap Rohingya di negara bagian Rakhine.
Sejak terjadinya tindak kekerasan pada bulan Oktober, setidaknya 66 ribu orang melarikan diri ke Bangladesh, pasukan keamanan dikatakan melakukan pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan massal.
Su Kyi dan pihak militer membantah tuduhan pelanggaran tersebut.
Pemimpin senior NLD, Tin Oo, mengunjungi keluarga korban sebelum pemakaman.
“Kehilangan orang seperti dirinya merupakan kehilangan bagi negara, bagi pasukan demokrasi, dan bagi kita (partai),” kata Tin Oo kepada wartawan (30/1). Ia menggambarkan pembunuhan tersebut sebagai “assassinasi”.
International Crisis Group, sebuah think-tank, sebelumnya telah memberikan peringatan atas meningkatnya intoleransi agama di Myanmar. Dikatakan, pembunuhan “menggarisbawahi urgensi pemerintah Myanmar dan masyarakat untuk bersama-sama mengutuk segala bentuk kebencian.
Sumber: AFP