Pahlawan Di Masa Kini

by
https://www.radarmalang.id

Banyak cara yang dapat dilakukan agar menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara. Di zaman era media sosial ini, pemuda dapat menjadi inspirasi bagi lingkungannya, bahkan bagi dunia.

Wartapilihan.com, Jakarta –-Mengenang pengorbanan para pahlawan demi kemerdekaan adalah memori kolektif yang harus selalu terjaga. Pasalnya, para pahlawan ialah teladan bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Para pemuda yang kelak akan jadi pilar pemimpin bagi negara tentu memiliki perannya di masa kini. Kemudahan komunikasi serta kemelekan teknologi dapat jadi modal penting bagi bekal mewujudkan bangsa yang kuat dan bermartabat. Tapi, di sisi lain, kemudahan tersebut dapat memecah-belah bangsa, salah satunya karena berita hoax atau ujaran kebencian.

Menurut Dirjen IKP Kemkominfo, tugas generasi muda saat ini adalah bagaimana memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

“Seperti diketahui, saat ini persatuan dan kesatuan kita berlangsung sangat dinamis. Salah satunya akibat banyaknya beredarnya informasi-informasi di media sosial yang berisi hasutan, pemutaran fakta, hoax, dan lainnya,” ujar Niken, dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB9) bertajuk ‘Pahlawan Kekinian, Mengabdi dan Berkarya untuk Negeri’ di Aula Roeslan Abdul Gani Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Kamis (9/11/2017)

Jika kondisi yang kontra persatuan ini terus dibiarkan, menurut Dirjen IKP, bisa mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara. Semua elemen bangsa harus betul-betul bisa menfaatkan media sosial untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

“Terlebih, saat peringatan Hari Pahlawan seperti ini. Kalau pahlawan dulu berjuang dan merebut kemerdekaan, kini kita tinggal mengisi kemerdekaan,” ulas Niken.

Generasi muda, menurut Dirjen IKP, bisa meneladani para pahlawan dengan melihat rekam jejak para pahlawan sehingga menginspirasi dan memotivasi untuk lebih banyak berkiprah. Sehingga bisa disebut sebagai “Pahlawan Masa Kini”. Contohnya, dengan mengerakan komunitasnya untuk berbuat lebih di lingkungan sosial.

“Contohnya bisa dilihat. Mulai dari aksi donor darah hingga kiprah dokter yang masuk keluar keliling kampung demi pengobatan masyarakat,” ujar Niken.

Sementara, lanjut Dirjen IKP, peran media adalah memberikan informasi, mendidik dan mencertahkan audiensi. Selain itu, media juga memiliki peran kontrol sosial. Terkait keteladanan para pahlawan, peran media juga cukup signifikan untuk mensosialisasikan niali-nilai dan semangat para pahlawan.

“Kominfo akan menggelar ‘Heroes Movement’ untuk membangkitkan para generasi muda untuk bergerak dengan terinspirasi dan termotivasi berlandaskan semangat kepahlawanan sehingga berani berkorban untuk orang lain, orang banyak. Inilah salah bentuk mengaplikasikan nilai-nilai kepahlawanan,” pungkas Niken.

Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, peringatan hari pahlawan bukanlah sekadar ritual penghormatan atas jasa-jasa pahlawan, namun harus menjadi pemantik perubahan cara berfikir, menggelorakan spirit perjuangan mengisi kemerdekaan dan memantapkan internalisasi nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari.

“Sekecil apapun yg bisa kita lakukan untuk yg terbaik bagi anak bangsa, sejatinya merupakan bentuk komitmen mempraktikkan nilai-nilai kepahlawanan,” kata Susanto, kepada Warta Pilihan, Jum’at, (10/11/2017).

Susanto mengatakan, pahlawan kita telah mengorbankan jiwa untuk kemerdekaan, perang menghadapi penjajah, rela mengorbankan semuanya demi mengusir penjajah dari bumi pertiwi.

Untuk bangsa saat ini, jika anak bangsa terus dijejali oleh budaya konsumerisme, materialisme, cara berfikir instan, fokus pada semata hasil menafikan proses, gaya hidup serba digital tanpa literasi, terus dimanjakan bukan didewasakan akan membahayakan.

“Hal ini bisa menimbulkan kerentanan yang tak terbendung bahwa suatu saat anak bangsa kita akan rapuh etos kerja, etos belajar, etos berinovasi, etos berdedikasi dan etos kebangsaannya,” lanjut dia.

“Ingat. 85 juta anak Indonesia akan menentukan nasib negara 40 hingga 70 tahun yg akan datang. Konsekuensinya, mentalitas harus dibentuk. Jiwa perjuangan dan nasiolisme harus terus ditanamkan, etos inovasi terus dirangsang dan dibiasakan. Siapapun anak bangsa itu dan darimanapun ia lahir. Inilah kelak yg akan jadi pahlawan pada zamannya,” tukasnya.

Susanto menerangkan, tidak mudah membentuk mentalitas pahlawan pada masa kini, karena gempuran masalah yang terus menghadang, yaitu perdagangan manusia, prostitusi online, kejahatan pornografi dan kejahatan narkoba yang terus menyerang bangsa.

“Jika hal ini jika tak dapat diatasi, langkah besar kita memimpinan pahlawan di kemudian hari, akan sirna. Apalagi ragam kejahatan dimaksud, menjadi bentuk penjajahan baru yg tak mudah dideteksi oleh orang terdekat anak,” tandas Susanto.

Maka, ia menekankan, spirit nasionalisme dan patriotisme harus ditanamkan sejak usia dini, terutama gempuran ekstrimisme, radikalisme, dan kejahatan berbasis cyber. “Ini bisa melemahkan dan menyusutkan kualitas anak bangsa kita, jika tdk dibentengi sejak awal. Selamat hari pahlawan, selamat menghadirkan pahlawan pada zamannya,” pungkasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *