Wartapilihan.com, Jakarta – Peluncuran film Bid’ah Cinta dari Kaninga Pictures diadakan secara meriah di XXI Episentrum, Kuningan, Jakarta Selatan (22/3). Nurman Hakim sebagai sang sutradara film menjelaskan perbedaan pandangan yang terjadi antar umat beragama dapat berpotensi konflik, sehingga film ini dibuat sebagai upaya edukasi terhadap masyarakat mengenai perbedaan.
“Kita penuh dengan kekhawatiran konflik itu akan meluas. Konflik itu pada level nasional,” ujar sutradara Nurman Hakim, di XXI Episentrum, Kuningan.
“Film harus merepresentasikan kondisi sosio-politik. Harus ada kesadaran itu, tidak hanya edukasi tapi juga sebagai sebuah hiburan. Dimasukkan (adegan) yang lucu supaya Anda betah menonton,” lanjutnya.
Setelah pemutaran film secara penuh, dilaksanakan diskusi film bertajuk “Kala Asmara Terbentur Paham Agama”. Acara yang diselenggarakan oleh Nurcholish Madjid Society ini hendak memberikan pemahaman terhadap masyarakat bahwa keragaman budaya dan agama adalah Rahmat bagi bangsa Indonesia.
Rumadi dari NU menjelaskan pentingnya menyikapi perbedaan agama dengan arif dan bijak hingga menjaga persaudaraan dalam agama dan persatuan sesama bangsa.
“Sunnatullah itu mesti kita sikapi dengan arif dan bijak sehingga tidak boleh mengancam persaudaraan dalam agama atau ukhuwah Islamiyyah dan juga persatuan sesama warga bangsa Indonesia,” ujarnya.
“Film ini berhasil menyuguhkan sesuatu yang serius tapi dengan cara yang santai. Orang yang berkonflik untuk urusan ini, mungkin untuk menertawakan dirinya sendiri,” Rumadi menambahkan.
Fazar Riza Ulhaq mewakili Maarif Institut juga menjelaskan hal senada yang disampaikan dari film produksi Kaninga Production ini mengenai perbedaan.
“Perbedaan tidak harus selalu berujung konflik. (Ia) bisa diselesaikan dengan diplomasi cinta,” papar Fazar.
Acara yang sudah dimulai sejak pukul 12.00 hingga 16.00 WIB ini meluncurkan sebuah film tentang perbedaan pandangan keagamaan antara dua sejoli, yaitu Kamal (Dimas Aditya) dan Khalida (Ayushita). Cerita dikemas dengan apik, mendidik namun mengandung humor yang cukup ironi.
“Film ini menjelaskan realitas sosial masa kini,” ujar Tsamara Amani, Mahasiswi Universitas Paramadina. |
Reporter: Eveline Ramadhini