Wartapilihan.com, Jakarta – Pakar Teknologi dan Informasi, Munawar, MMSI, M. Com., Ph.D menyarankan agar KPU memiliki sistem pengamanan berlapis untuk mencegah peretasan maupun serangan melalui port yang terbuka.
“Itu wajar. Saya punya server juga, tiap hari bisa di-scaning untuk melihat apakah ada celah untuk masuk. Apalagi KPU jadi perhatian publik,” terangnya kepada Warta Pilihan, Jum’at Sore, (17/02).
Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Esa Unggul ini juga mengatakan agar KPU perlu melakukan sistem audit forensik untuk mendapatkan kepercayaan publik. Sistem ini berfungsi untuk memastikan tidak ada celah layer keamanan yang bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
“Agar ke depan tidak lagi terjadi misinterpretasi, KPU melakukan audit forensik yang dilakukan oleh lembaga independen. Seperti halnya pada bidang keuangan, kita juga ada auditnya. Tidak hanya sekedar klaim bahwa (situs) ini aman,” tukasnya.
Lelaki kelahiran Blora Jawa Tengah ini menjelaskan, motif pelaku peretasan amatlah beragam. Salah satunya didorong rasa penasaran untuk mengecek tingkat keamanan situs. Namun ada hal yang lebih esensial di balik tindak peretasan ini, yaitu keinginan untuk menjatuhkan kredibilitas KPU sebagai lembaga penghitung suara.
“Tujuan paling utama adalah ingin mendelegitimasi kredibilitas KPU sehingga dianggap tidak kredibel, apalagi jika menghitung secara manual,” papar Munawar.
Sebagai anggota Komunitas Kejar (Koalisi Ekonomi Jaringan Rakyat-Komunitas IT) yang terbentuk pasca aksi 121, Munawar menjelaskan kelompok muslimcyber punya peran membantu menanggulangi serangan.
“Teman-teman muslim berjuang untuk menutup port yang terbuka itu. Ibaratnya port itu pintu yang gedor itu banyak. Ketika satu pintu tertutup, pintu yang lain kebuka,” jelas Munawar.
Reporter: Eveline Ramadhini