Menikah berdampak positif bagi kesehatan, bukanlah mitos, namun realitas. Sejumlah studi menunjukkan bahwa ada banyak korelasi pernikahan dengan kesehatan. Ada sangat banyak pengaruh pernikahan dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan, bahkan membuat awet muda dan panjang usia.
Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan oleh Cahayadi Takariawan, konsultan keluarga. Ia mengatakan, ada aspek kesehatan yang meningkat. Salah satunya, memperbaiki kesehatan tulang.
Studi membuktikan, seperti dilansir di jurnal Osteoporosis International, dikutip dari womenshealthmag, bahwa mereka yang berbahagia dalam rumah tangganya memiliki kesehatan yang cukup cemerlang. Indikasinya tulang semakin menguat, kepadatan tulang juga bertambah.
“Data ini kemudian dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menikah, menikah tapi bercerai, pasangan tinggal terpisah, atau sudah janda dan duda, kesehatan dan kepadatan tulang mereka jauh lebih rendah ketimbang yang sudah menikah dan berbahagia di dalam pernikahannya,” kata Cahayadi, Sabtu, (27/10/2018), berdasarkan laman pakcah.id.
Pada perempuan, terdapat peningkatan kualitas tulang berkat dukungan dan semangat yang diberikan suami, serta kasih sayang kepadanya. Dan secara positif, kasih sayang membuat tulang lebih kuat.
“Penelitian ini juga menemukan bahwa stres sangat mempengaruhi kesehatan. Namun, dengan hubungan yang berkualitas antara suami dan istri, kesehatan jauh lebih mudah dijaga dan penyakit lebih mudah dicegah,” lanjut dia.
Tak hanya itu, tekanan menormalkan darah. Walaupun dalam pernikahan tentu ada masalah, namun berkorelasi positif dengan perbaikan tekanan darah.
Peneliti dari Universitas Brigham meneliti 99 pasangan, yang sebagiannya belum menikah. Hasilnya, kebanyakan pasangan yang belum menikah mengalami tekanan darah lebih tinggi.
“Sedangkan mereka yang menjalani kehidupan pernikahan bahagia memiliki tekanan darah yang normal,” tegasnya.
Menikah juga menghindarkan diri dari diabetes. Pernikahan juga memungkinkan terhindar dari penyakit diabetes.
Dalam jurnal Diabetes Care disebutkan, perempuan yang memiliki catatan glukosa darah tinggi melebihi batas normal lebih cenderung berakhir dengan diabetes jika mereka hidup sendirian dibandingkan jika mereka hidup bersama dengan pasangan.
“Menikah juga diyakini mampu mengurangi resiko stroke fatal, jika dibandingkan dengan orang yang tidak menikah,”
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Tel Aviv University juga menunjukkan pernikahan bahagia bisa membantu mencegah stroke fatal pada laki-laki. Ternyata laki-laki yang tidak menikah memiliki risiko 64 % lebih tinggi terkena stroke fatal dibandingkan dengan lelaki yang menikah.
“Pernikahan umumnya memberikan dukungan sosial dan juga emosional sehingga dapat mengurangi depresi serta kecemasan seseorang.
Bahkan studi lain menunjukkan orang yang sudah memiliki depresi akan mendapatkan dukungan psikologis dari pernikahannya. Hasil studi ini dilaporkan dalam Journal of Health and Social Behavior,” terang Cahayadi.
Para peneliti percaya, saat seseorang menikah, tingkat stres menurun karena adanya dukungan sosial dari pasangan. Dan seseorang yang memiliki pernikahan bahagia, otomatis memiliki fisik dan mental yang lebih sehat.
“Menurut Centers for Disease Control and Prevention, jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah menikah, bercerai atau janda, pasangan yang menikah cenderung jarang merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan.
Hal ini menyebabkan kesehatan yang membaik karena jauh dari rokok dan alkohol,”
Sebuah studi juga mengungkapkan bahwa mereka yang sudah menikah, memiliki jantung lebih sehat dibandingkan yang masih lajang.
Peneliti menganalisis 11.216 pasien yang dikumpulkan selama 18 tahun melalui kontak telepon atau kunjungan langsung. Rata-rata usia pasien tersebut adalah 64 tahun dengan perbandingan 55 % pasangan menikah dan 45 % lajang. Masuk dalam kategori lajang adalah mereka yang belum pernah menikah sama sekali atau sudah bercerai.
Hasilnya, mereka yang lajang atau sendiri cenderung lebih memiliki masalah jantung. Termasuk di antaranya kematian. Dipublikasikan oleh jurnal American Heart Journal, kecenderungan ini dimulai setelah pasien menjalani angioplasti. 1,1 % pasien yang belum menikah mengalami penurunan kondisi di rumah sakit, sementara yang sudah menikah penurunan kondisinya hanya 0,4 %.
Harry Reis, profesor psikologi dari School of Nursing at University of Rochester, menemukan bahwa pasien yang telah menikah 2,5 kali lebih memungkinkan hidup 15 tahun setelah operasi by pass arteri koroner.
“Dukungan dari pasangan membuat motivasi mengadopsi gaya hidup sehat bersama menjadi penyebabnya. Semua ini pada gilirannya nanti mempengaruhi proses fisik yang kemudian memperlambat peningkatan penyakit kardiovaskular,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini