MENGAPA PANDEMI ENGGAN PERGI?

by

Sebanyak 1.000.000 pertama kasus penderita Covid-19 di Indonesia dicapai dalam waktu 331 hari (2 Maret 2020 sd 26 Januari 2021). Lalu 1.000.000 berikutnya dicapai hanya dalam waktu 151 hari (27 Januari 2021 sd 21 Juni 2021). Makin tahu, makin mengerti, makin paham, makin menyadari keberadaan virus ini, ditambah adanya vaksin, harusnya kasus ini makin mereda. Tapi mengapa malah tambah memburuk? Maka, kita semua patut introspeksi diri.

Wartapilihan.com, Bekasi— Beberapa hari ini di grup-grup WA yang saya ikuti, bertebaran informasi kematian akibat Covid dari anggota grup atau keluarga dekatnya. Bahkan pernah ada informasi dalam sehari satu grup dua kematian. Kita pun sudah capek menulis kalimat berbela sungkawa sehingga kebanyakan copy-paste atau kirim emoticon saja.

Kita iri dengan negara lain yang “sudah selesai” dalam menangani pandemi ini. Kita iri ketika menyaksikan pertandingan olah raga yang ditonton oleh ribuan orang berkerumun, kadang ada yang tidak memakai masker. Kapan kita bisa seperti mereka? Kita mungkin kurang sabar. Kita mungkin tidak punya uang utk membiayai hidup kalau lockdown diberlakukan. Kita banyak berdiskusi tapi minim aksi.

Namun pengamatan saya yang bukan pengamat ini, sepertinya kita belum sepakat dlm menghadapi satu musuh bersama ini. Sampai sekarang yang berpendapat pandemi ini adalah konspirasi juga masih ada. Bahkan beberpa dari kalangan intelektual. Tulisan tentang konspirasi ini masih bersliweran di grup medsos. Debat masalah vaksin juga belum selesai. Ibadah yang dibatasi masih diprotes. Shalat berjarak dianggap bidah, karena bukan dari 4 madzab yang kita kenal tapi dari madzab WHO.

Bahwa mungkin ada yang bertanggung jawab atas musibah sedunia ini, kita bisa minta pertanggung jawabannya nanti. Itu pun kalau bisa dan mampu. Sekarang fokus saja pada menghentikan pandemi ini. Jangan biarkan orang2 terkasih meninggalkan kita karena tidak tertangani saking banyaknya kasus. Semakin lama menyelesaikan dengan tuntas semakin mahal biayanya.

Maka, stop diskusi berkepanjangan. Pandemi ini sudah berlangsung setahun lebih. Mengapa belum selesai belajarnya? Dalam sejarah Islam, pandemi bukan kali pertama terjadi. Sudah sering dan sudah banyak kitab-kitab ulama klasik maupun modern meresponnya. Sekarang ini yang berbahasa Arab sudah banyak diterjemahkan. Tinggal mengikuti fatwa mereka saja. Kita ini kok seperti baru saja mengalami kondisi ini. Padahal kalau kita mau membaca karya-karya ulama tentang pandemi itu, sudah cukup. Ditambah dengan ilmu kedokteran modern, insya Allah pandemi cepat berlalu.

Satu hal lagi, ikhtiyar itu memang penting. Tapi berserah diri kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya, itu tidak kalah penting. Kelakuan-kelakuan kita yang membuat Tuhan tidak berkenan juga mungkin membuat pandemi ini enggan berlalu. Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.

Coba kita bertanya pada diri sendiri, jangan pada rumput yang bergoyang…

Pekayon Jaya, 22 Juni 2021

Budi Handrianto

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *