Mendukung Rohingya dalam Perspektif Pancasila

by
Bono B Priambodo ketika sedang mengisi materi, di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Senin, (3/9/2017).

Belakangan sering terdengar pembelaan Rohingya dari perspektif agama, juga perspektif ras. Sebagai bangsa Indonesia,  kita patut mendukung Rohingya karena adanya nilai-nilai luhur dalam Pancasila.

Wartapilihan.com, Depok –Bono B Priambodo selaku Kabid Organisasi dan Pengkaderan Masyarakat Pancasila mengatakan, dengan mengaku ‘Saya Pancasila’ seharusnya membela Rohingya. Pasalnya, dalam Pembukaan UUD 1945 mengandung nilai budi pekerti yang tidak Indonesia-sentris saja, tetapi bahkan untuk seluruh bangsa.

Dalam alinea pertama dikatakan, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Frasa ‘kemerdekaan ialah hak segala bangsa’ sudah merupakan cermin bahwa bangsa Indonesia harus berjuang untuk kedamaian sejati untuk seluruh bangsa dimanapun berada.

“Jika menghayati nilai-nilai Pancasila, kita sudah bisa seharusnya melakukan aksi untuk Rohingya. Ini bukan masalah ‘itu mah urusan si dia’ bukan ranahnya kita. Menurut saya justru itu aneh,” ungkap Bono, dalam Diskusi Publik Rohingya bertajuk ‘Apa, Mengapa dan Bagaimana?’, di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Senin, (2/10/2017).

“Tidak masuk akal jika mengaku Pancasila tapi cenderung antagonis terhadap kasus Rohingya.” Lanjut Bono.

Ia juga heran dengan orang yang mengaku Pancasila, tetapi justru asuh pada isu kemanusiaan yang mengancam ratusan ribu nyawa ini. Bono menambahkan, Indonesia mesti memiliki sikap politik luar negeri yang bebas dan aktif. Yang dimaksud dengan bebas aktif, Bono mengungkapkan, bukan hanya sikap terhadap Blok Timur dan Blok Barat pada masa perang dingin dulu. Tetapi, tata dunia yang bukan hanya mengajak, menghimbau, mengecam, tetapi juga aktif.

“Jika kita menghayati maka kita akan sadar bahwa yang dimaksud politik untuk mewujudkan tata dunia seperti ini. Maka kita harus aktif melakukannya. Bukan sekedar mengajak, menghimbau, mengecam, tapi juga aktif, teman-teman,” imbuh dia.

Sejatinya, desain negara Indonesia sudah sangat kokoh konsepnya, yakni juga ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

“Bareng-bareng merdeka sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. World order harus berdasarkan kemerdekaan yang sejati, harus berdasarkan perdamaian abadi yang bukan sementara. Ini semua hanya bisa dijamin dengan keadilan sosial,” pungkasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *