MEMBELA PALESTINA, HANYA PERLU MENJADI MANUSIA

by

Kekejaman dan kebiadaban tentara Israel terhadap rakyat Palestina, baik di Gaza maupun di Masjidil Aqsha belakangan ini telah dipertontonkan secara nyata ke seluruh dunia. Kalau dulu kita hanya bisa mendengar dan menyaksikan dari berita yang dikutip dari media asing karena tidak punya koresponden di sana, sekarang ini dengan video hp yang direkam live langsung bisa kita saksikan segera melalui channel youtube maupun medsos di hp kita.

Wartapilihan.com, Jakarta— Israel sebagai bangsa penjajah dengan kelakuan biadabnya tidak bisa lagi berperan sebagai korban (playing victim) sebagaimana yang selama ini dipropagandakan kepada seluruh dunia. Mata dunia telah terbuka saat ini. Semua bangsa di dunia, kecuali Amerika Serikat yang menjadi penyokong utamanya, ikut membenci dan mengecam Israel. Itulah kekalahan diplomasi Israel saat ini. Semoga kekalahan diplomasi ini akan segera diikuti oleh kekalahan ekonomi dan militer.

Melihat kekejaman Israel yang sangat nyata di depan mata banyak orang memposting kata-kata Presiden Turki Erdogan, “Tidak perlu menjadi muslim untuk membela bangsa Palestina, cukup Anda menjadi manusia.” Sebab, siapa saja manusia yang masih mempunyai hati nurani niscaya akan tersentuh hatinya melihat penderitaan bangsa Palestina atas penindasan Israel. Kalimat di atas muncul tidak sekarang ini saja. Beberapa tahun lalu ketika Israel menggempur Palestina dengan bom curahnya telah membuat bangsa-bangsa di dunia bersimpati pada Palestina dan mengutuk perbuatan Israel. Hanya saja karena hak veto Amerika Serikat, semua kutukan, kecaman dan embargo kepada Israel kandas di PBB.

Namun, ada saja orang mengambil untung dari penderitaan bangsa Palestina dan simpati bangsa lain terutama kita bangsa Indonesia. Di tanah air, ada kelompok liberal yang membenturkan simpati bangsa Indonesia terhadap penderitaan bangsa Palestina tersebut dengan ke-NKRI-annya. Orang-orang yang bersimpati dan membantu rakyat Palestina mereka anggap kurang ke-NKRI-annya. Lho kok bisa begitu? Bisa saja, wong namanya orang sudah dihinggapi rasa hasut dan benci terhadap solidaritas umat Islam.

Paling tidak, hal itu bisa ditunjukkan dalam sebuah survei yang dilakukan oleh sebuah LSM liberal. Pada kurun waktu antara tanggal 10 September – 5 Oktober 2017 LSM tersebut mengadakan survei potensi radikalisme di kalangan profesional di 6 kota besar di Indonesia, dengan mengambil sampel 1.200 orang dari kalangan ASN, karyawan BUMN dan karyawan swasta. Ada satu pertanyaan di antara pertanyaan-pertanyaan sejenis sbb:

Pertanyaan D5. Bila ada bencana alam di Palestina dan bencana alam di Indonesia Timur yang mayoritas bukan beragama Islam, siapa yang akan Anda dibantu?

Pertanyaan ini jelas menjebak. Sebagaimana kita tahu, jawaban suatu survei tergantung dari pertanyaan yang diberikan padanya. Misal dalam sebuah survei ada pertanyaan, “Mana yang cantik di antara dua wanita berikut ini?” a. Istri pak Lurah b. Raisa. Kalau kita jawab Raisa, bisa jadi jawaban itu akan dipakai orang menjatuhkan kita, “Kata Pak Budi istri Pak lurah tidak cantik.” Kalau dijawab istri pak Lurah, tentu mengingkari kenyataan.

Jadi, pertanyaan survei di atas memaksa seseorang untuk menentukan pilihan yang sebetulnya sama-sama keduanya dia bisa lakukan. Dan jawaban bagai responden yang lebih mengutamakan saudara di Palestina menjadi indikator ker4dikalan seseorang. Ini tentu sangat konyol. Bagaimana bisa masalah kemanusiaan dikaitkan dengan r4dikalisme? Inilah orang jahat dengan makar yang busuk namun dibungkus dengan kesan ilmiah.

Padahal penelitian itu sama sekali tidak ilmiah. Hanya karena mereka menyebar kuesioner lalu menganalisis dengan tabel dan diagram-diagram, dan memasukkan angka margin error 2.8% (mungkin supaya keren ya) lalu dianggap sebagai ilmiah? No! Tidak ada teori yang menunjukkan kedermawanan atau simpati seseorang sebagai bentuk dari r4dikalisme. Kalau kita bikin karya ilmiah, pasti di bab 2 setelah latar belakang, pasti ada kajian teori. Kajian teori inilah yang harus diturunkan dan dipakai untuk menyusun parameter, variabel, sampai pada bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Dan itu harus nyambung. Di sini tidak ada sama sekali kajian teori tersebut.

Dan akhirnya meskipun hasilnya 34.4% membantu Palestina (54.1% membantu Indonesia TImur yang non-muslim, 7.7% tidak tahu, 1.9% tidakpeduli keduanya), mereka inilah dicap sebagai potensi r4dikalisme di lingkungan perkantoran dan harus diwaspadai. Pada kesimpulan disarankan oleh LSM ini bahwa masjid-masjid di BUMN, lembaga pemerintahan dan di kantor-kantor supaya mengganti ustadz-ustadz yang mengisi di sana yang terindikasi r4dikal dan diganti dengan ustadz-ustadz yang moderat dan toleran.

Saya sendiri setelah beberapa bulan hasil survei ini dilansir secara terbuka oleh LSM ini saya ditelpon imam sebuah masjid perkantoran di Jakarta bahwa saya tidak bisa mengisi lagi di masjid tersebut karena perintah dari atas. Saya sih tidak peduli dan malah bangga karena dicekal bersama saya ada ustadz-ustadz lain yang terkenal juga. Namun setelah lembaga pemerintah tersebut berganti pimpinan, saya kembali mengisi di masjid tersebut sampai sekarang bahkan lebih sering dari waktu-waktu sebelumnya.

Di tengah seruan untuk membantu Palestina di berbagai penjuru dunia saat ini, seperti biasa, akan hadir orang-orang yang akan “menggembosi” solidaritas tersebut dengan berbagai alasan. Merekalah orang-orang munafik yang tidak suka dengan soliditas umat Islam seluruh dunia, lalu mengusik dengan membenturkannya terhadap ke-NKRI-an umat Islam di sini. Mari kita waspadai orang-orang ini.

Maka, bersama ini saya menyeru kepada semua rekan-rekan muslim maupun non-muslim untuk terus menggalang bantuan dan solidaritas terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Gemakan kepada seluruh dunia betapa kejamnya Bangsa Israel. Kekejaman mereka sudah luar biasa, sehingga siapapun Anda, asal Anda seorang manusia, patutlah Anda mengecam kekejaman Bangsa Israel. Sembari berhati-hati dan waspada terhadap gerak-gerik orang munafik yang mencari celah melemahkan perjuangan dan dukungan terhadap bangsa Palestina.

Budi Handrianto

Dosen Pasca Sarjana UIKA Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *