Maggot, Solusi Sampah Organik

by
Zaky, penggagas Maggie Farm. Foto: Eveline.

Maggot atau belatung yang sering dianggap menjijikkan dan dinilai tak berguna, ternyata memiliki segudang manfaat bagi kehidupan manusia.

Wartapilihan.com, Depok –Pada tahun 2016, per harinya jumlah sampah mencapai 65 juta ton di Indonesia. Tidak berbeda signifikan dengan setahun sebelumnya, tahun 2015, dimana jumlah sampah mencapai 64 juta ton. Bisakah Anda bayangkan, berapa jumlah sampah dalam setahun? Jika dibiarkan terus-menerus tanpa diolah, lama-kelamaan seluruh pulau Indonesia bahkan lautannya dapat dipenuhi dengan tumpukan sampah.

Dalam mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah berupaya membangun insinerator, berupa teknologi pengolahan sampah dengan cara dibakar, yang melibatkan pula pembakaran bahan organik. Namun jika dirunut kembali, ternyata ide tersebut dinilai kurang efektif karena (1) mahalnya biaya investasi di kota kecil, dan (2) efek polusi udara saat dan pasca pembakaran sampah.

Solusi akan selalu ada bagi orang-orang yang jeli melihat peluang, serta kreatif dan inovatif. Salah satunya, pemuda asal Depok penggagas Maggie Farm, Ahmad Izzudin Alqosam, atau yang sering disapa Zaky.

Zaky mengaku tertarik soal dunia perbelatungan ini karena awalnya sudah bosan bekerja dan ingin berwirausaha. Niatnya berdagang dimulai dari ikut berjualan di pasar dengan kakaknya. Rupanya, ia tak hanya belajar soal bagaimana harga barang dan menawarkan pada konsumen, melainkan juga mengamati lingkungan sekitar.

“Saya melihat di pasar, ketika sayur-sayuran dikeluarkan dari truk (untuk dijual), langsung dipisahkan antara yang masih segar (layak untuk dijual) dan dibuang. Ternyata, sampah yang dibuang banyak sekali. Saya mulai berpikir dari situ, bagaimana caranya, kan sayang jika dibuang begitu saja. Apalagi tukang sampah pun tidak ada yang mau memungutnya,” cerita Zaky dengan antusias, kepada Warta Pilihan, beberapa waktu lalu.

Sejak itu, ia mulai makin tertarik soal sampah organik. Zaky menjelaskan, jumlah sampah organik adalah sampah terbanyak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yakni sebanyak 41% dibandingkan jenis sampah lainnya.

“Kenapa TPA itu baunya busuk? Karena pembusukan dari sampah organik. Kalau plastik, mau sampai berapa tahun pun tidak akan bau. Yang membuat bau adalah dari sampah organiknya,” tukas pemuda kelahiran tahun 1994 ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *