Lambang ‘Laa ilaaha illallah’ Hanya Milik HTI?

by
Foto: haloislam.com.

Ustadz Abdul Somad beberapa waktu lalu membatalkan jadwal kajian di wilayah Jawa Timur. Pihak GP Ansor sendiri mengatakan, pembatalan tersebut dilakukan karena ada beberapa kru-nya uang menggunakan atribut berlambang ‘Laa ilaaha illallah’ yang merujuk kepada HTI. Benarkah lambang ini hanya milik HTI?

Wartapilihan.com, Jakarta — Menanggapi hal tersebut, Syaifulloh Yusuf selaku Ketua GP Ansor pada tahun 2000-2010 turut berbicara.

Hal ini menurut dia sangat disayangkan karena yang ia ketahui, selama ini safari dakwah cenderung berjalan lancar dan tidak memiliki masalah yang berarti.

“Maka itu jika dibatalkan saya merasa prihatin, maka saya berharap UAS bisa bersafari ke Jawa Timur lagi,” kata lelaki yang akrab disapa Gus Ipul ini.

Mengenai tuduhan yang diafiliasikan dengan salah satu organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia, ia menyarankan agar teman-teman dari pihak Ansor segera mengklarifikasi langsung kepada Ustadz Abdul Somad.

“Kalau ada yang menimbulkan pertanyaan bisa terjawab secara langsung tidak menggunakaan sumber lain. Kalau dirasa di lapangan ada kejanggalan, bisa disampaikan ke polisi ke pihak berwenang.

Saya paham apa yang jadi kegelisahan teman-teman Ansor, tapi ini juga seakan Banser menghalangi dakwah, apalagi sudah dianggap melakukan persekusi dan perlu Ansor klarifikasi,” tegas dia.

Ia menekankan, komunikasi atau melakukan Tabayyun merupakan tradisi dari NU yang harus ditonjolkan dan dijadikan acuan untuk bertindak.

“Kita harus jelas menunjukkan cinta kepada NKRI, namun demikian dalam kondisi dan situasi sepeti ini, anshor harus bisa menunjukkan sebagai santri yang benar, yang baik,” lanjut Gus Ipul.

Ke depannya ia berharap, agenda di Jawa Timur dilanjutkan sebagaimana ustadz yang lainnya.

Sementara itu, Anwar Abbas selaku Sekjen MUI mengatakan, negara ini merupakan negara demokrasi, sehingga semua orang berhak untuk menyampaikan sikap dan pandangannya.

“Tetapi mengapa dia diusik dan diganggu. Saya pengagum Ustadz Abdul Somad, tindak nampak pemikiran beliau yang anti NKRI, anti bhinneka, bahkan yang terlihat bagi saya beliau ingin menanamkan cinta Pancasila dan cinta NKRI,” tegas Anwar.

Kalaupun ada yang menuduh anti Pancasila, pada ceramah beliau, menurut Anwar tidak ditemukan hal yang demikian.

“Kalaupun muncul simbol-simbol organisasi terlarang mengapa yang dilarang UAS yang tidak diperbolehkan (ceramah), bukan orang yang menggunakannya?” Terang dia.

Dia melihat, belum ada tabayyun sehingga terjadi kesalahpahaman. Ia menekankan agar jangan berburuk sangka karena dosa dan membuat celaka.

“Saya rasa tidak ada masalah, orang Islam harus menulis itu (lambang ‘Laa ilaaha illallah’). Mengapa dihubungkan dengan itu? Kalau saya bawa bendera tersebut sebagai sekjen MUI masa saya juga HTI? Dan itu bukan tugas Abdul Somad tetapi tugas negara, jangan dia yang diintimidasi,” tukasnya.

Anwar beranggapan, adanya carut-marut seperti ialah karena tahun ini merupakan tahun politik. Ia mengira, hal itu terjadi karena jamaah Ustadz Abdul Somad yang begitu besar.

“Dia jelas orang yang sangat gembira, karena dengan dibatalkannya di Jatim, ia diundang ke Sulawesi dan Kalimantan. Dibatalkan di Jatim bisa diterbangkan di Papua.

Dia adalah da’i yang dicintai oleh jamaahnya yang bukan ribuan, bukan juga puluhan juta. Magnetnya luar biasa, kita sebaiknya mengembangkan kebaikan ini sebagai kebaikan bersama,” pungkasnya.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *