Wartapilihan.com, Yangon – Sekelompok kecil demonstran menyambut kapal yang berlayar dari Malaysia ketika berlabuh di Myanmar pada Kamis (9/2). Kapal tersebut membawa bantuan negara bagian Rakhine, tempat minoritas Muslim Rohingya.
Kapal berlabuh di pinggiran pusat Kota Yangon. Sebanyak 500 ton makanan dan persediaan darurat dibongkar muat dan sebanyak 2.200 ton kargo menuju Bangladesh tenggara.
Hampir 69 ribu etnis Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dalam empat bulan terakhir karena tindak kekerasan pasukan keamanan.
Pengiriman bantuan dari Malaysia telah menimbulkan pertentangan di mayoritas Buddha Myanmar. Mereka melihat Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh.
Malaysia menyatakan kritik keras terhadap Myanmar atas krisis di negara bagian Rakhine yang meletus setelah sembilan polisi tewas dalam serangan di pos perbatasan pada 9 Oktober.
Pejabat PBB yang bertugas mengurusi pengungsi di Bangladesh mengatakan kepada Reuters, korban tewas dalam operasi keamanan Myanmar bisa lebih dari seribu orang.
Puluhan biksu dan nasionalis berdemonstrasi di luar terminal pelabuhan pada Kamis (9/2).
Mereka membuat poster untuk menolak penggunaan nama Rohingya—nama sebagian besar umat Islam di utara negara bagian Rakhine yang digunakan untuk menggambarkan diri mereka.
“Kami tidak keberatan bahwa mereka ingin mendukung orang-orang yang menderita,” kata Biksu U Thuseiktha kepada Reuters (9/2).
“Tapi kami tidak ingin ada eksploitasi politik terhadap masalah ini dengan memanggil mereka Rohingya. Nama Rohingya tidak ada.”
Para pejabat Myanmar juga menuduh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak memanfaatkan kasus Rohingya “untuk mempromosikan agenda politik tertentu”.
Kelompok-kelompok Muslim dan organisasi bantuan berharap untuk memberikan pasokan langsung ke Rohingya di negara bagian Rakhine, tetapi mereka malah dipaksa untuk menyerahkan bantuan kepada pemerintah Myanmar di Yangon.
Myanmar juga telah menegaskan, bantuan dibagikan secara merata antara umat Buddha dan Muslim di negara bagian Rakhine.
Reezal Merican Naina Merican, Wakil Menteri Malaysia untuk Urusan Luar Negeri yang ikut dalam rombongan memuji Myanmar karena telah menyetujui untuk menerima pengiriman. Ia mengatakan, hal tersebut dibangun oleh kepercayaan antara masyarakat internasional dan Myanmar.
Win Myat Aye, Menteri Myanmar untuk Kesejahteraan Sosial, Bantuan, dan Pemukiman Kembali, mengatakan, Rakhine adalah “negara kedua termiskin di Myanmar, daerah rawan bencana alam dengan lokasi geografis, dan sayangnya diperparah oleh konflik komunal”.
Myanmar telah dikritik karena menghambat kerja badan-badan bantuan termasuk Program Pangan Dunia PBB yang mencoba untuk memberi makan orang-orang di daerah dengan tingkat malnutrisi yang tinggi sebelum konflik.
Pemerintah Myanmar telah memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak di Rakhine Utara “tanpa diskriminasi”. Win Myat Aye menambahkan, Myanmar akan “mengatur distribusi bantuan ini kepada masyarakat di daerah bencana pada waktu yang cepat mungkin”. | Sumber: Reuters
Reporte: Moedja Adzim