Kita sering mendengar orang menulis di media sosial “Jejak digital memang kejam”. Kalimat ini untuk menunjukkan orang-orang yang berubah pikiran, pandangan, perbuatan dan ucapan. Misalkan, dulu si A mendukung si Ini sekarang mendukung si Itu.
Wartapilihan.com, Jakarta– Pada saaat A mendukung di Ini maka banyak kata dan perbuatan yang memuja muji Bapak Ini, sekaligus ia mencaci maki Bapak Itu. Kemudian, terjadi perubahan. Si A ini akhirnya mendukung Bapak Itu. Maka oleh orang-orang di sosmed diangkat kembali pernyataan-pernyataan masa lalunya yang mencaci maki Bapak Itu. Jadi terasa aneh karena terekam caci maki terhadap Bapak Itu yang sekarang didukungnya. Maka gambar-gambar dan kata-kata itu di-upload lagi dengan tambahan kata-katan sindiran, “Jejak digital memang kejam!”
Ada juga seseorang mengirim sebuah tulisan yang bagus yang diakui sebagai karyanya. Ternyata ada seseorang mendapatkan tulisan lain yang mirip yang muncul lebih dulu. Kemudian kedua tulisan di-capture dan disandingkan sehingga pembaca bisa melihat bahwa sang penulis menjiplak (plagiat) tulisan lain. Lalu di bawahnya tertulis “Jejak digital memang kejam!”
Ada lagi seseorang yang bercoba menarik perhatian netizen atau follower-nya dengan pencitraan, padahal foto yang dia pasang menunjukkan berbeda. Sebagai contoh, ada seorang pria sedang mengendarai mobil dan mengeluh jalanan macet. Padahal di foto tersebut terlihat di kacamata hitam yang dia pakai -apabila di-zoom, terpantul pemandangan jalanan kosong di depannya. Lalu ada komentar di bawahnya, “Why are you lying, Bro?” Jejak digital memang kejam!
Dengan hadirnya dunia digital yang mudah diakses siapa saja, maka semua data yang pernah tersimpan bisa diupload dan dilihat ulang oleh banyak orang. Sekarang ini, dengan sedikit pengetahuan tentang hacking (membajak) maka seseorang bisa membobol database seseorang di hape maupun komputer. Semua yang terpapar oleh gadget disimpan dengan rapi dan sewaktu-waktu bisa ditayangkan kembali sesuai kebutuhan.
Kemampuan otak manusia juga tidak kalah luar biasa daripada jejak digital. Ingatan seseorang bisa tersimpan dengan rapi bertahun-tahun. Sekedar memberikan contoh, suatu ketika saya ditelpon seseorang kawan, kenalan lama satu perusahaan dulu. Sudah belasan tahun saya tidak kontak dengan dia. Nama itu hampir hilang dari ingatan saya tapi tidak mungkin saya lupakan. Ya, dia pernah melontarkan sebuah guyonan di depan banyak orang yang menyinggung perasaan saya. Kejadiannya tahun 1996 saat saya baru masuk perusahaan itu. Tapi ketika dia telpon beberapa tahun lalu, kata-kata yang menyinggung saya puluhan tahun lalu itulah yang kembali terangkat. Apalagi dia telpon minta kerjaan, jadi apa saja mau, katanya. Bukan, ingin bales dendam, tapi memang tidak ada lowongan untuk kompetensi yang dia miliki, jadi saya tolak dengan halus. Jejak ingatan memang kejam!
Kalau manusia bisa menyimpan semua rekam jejak melalui media digital, baik data pribadi maupun umum seperti camera cctv, apalagi Allah Sang Maha Kuasa. Ia dengan mudah menyimpan semua “file” perbuatan manusia karena semuanya disimpan pada diri manusia itu sendiri. Allah telah menarik malaikat Rakib dan Atid untuk mencatat semua perbuatan manusia yang mereka lakukan, baik itu amal shalih maupun thaleh (kejahatan). Lalu Allah menjadikan bagian tubuh yang melakukan perbuatan sebagai saksi yang ketika nanti di akhirat merekalah yang akan berbicara dan bersaksi.
Dan apabila semua tercatat maka Allah akan mudah menampilkan kembali perbuatan-perbuatan manusia yang telah mereka lakukan. Sama dengan seorang akuntan yang melakukan pencatatan terhadap uang masuk dan uang keluar. Kalau catatan rapi tentu akan MUDAH menampilkan laporan keuangan di akhir bulan. Namun jika catatan tidak rapi maka sulit menampilkannya. Allah berfirman, “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan’. Yang demikian itu adalah MUDAH bagi Allah.” (QS at-Taghabun: 7)
Dan di akhirat kelak, di yaumil hisab, ketika masing-masing manusia tanpa terkecuali akan dihisab dan dimintai pertanggungjawabannya di sana maka mereka akan menerima setiap amal perbuatannya berupa buku. Setiap sesuatu, sekecil apapun perbuatan yang dilakukan semasa di dunia, buku itu akan mencatatnya. Allah berfirman, “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya,” dan mereka dapati apa yang elah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun. (QS al-Kahfi: 49)
Maka, takutlah akan rekam jejak yang Allah tampilkan apabila kita berbuat jahat -termasuk niat yang tersembunyi. Allah Maha Melihat. Malaikat pun telah mencatatnya, dan anggota tubuh kita yang melakukannya pun kelak akan bersaksi. Semoga peringatan ini akan membantu kita untuk mencegah perbuatan buruk atau membuat kita bertaubat atas kejahatan apa-apa yang telah kita lakukan.
Dr.Ir Budi Handrianto
(Konsultan, trainer dan advisor yang mempunyai spesialisasi di bidang Human Capital dan Spirituality. Selain itu ia adalah seorang dosen dan peneliti. Ia berpengalaman memimpin departemen dan divisi pengembangan sumber daya manusia selama 20 tahun di perusahaan besar skala nasional.)
Link Asli: https://www.budihandrianto.com/jejak-digital-memang-kejam/