Pertengahan bulan suci Ramadhan 1441 H, saya mendapat kiriman istimewa. Sebuah buku indah, berjudul: Jalan Pulang, Mengenai Peta Perjalanan Insan Kembali ke Pangkuan Tuhan, Serta Tugas, Cabaran Luaran dan Dalaman. Buku ini ditulis oleh Prof Wan Mohd Nor Wan Daud. Pakar pendidikan dan pemikiran Islam dari Malaysia.
Wartapilihan.com, Depok— Buku ini adalah karya ketiga yang berbentuk puisi. Sebelumnya, Prof Wan telah menulis dua buku puisi, Mutiara Taman Adabi (2003) dan Dalam Terang (2004). Dilihat dari masa terbitnya, buku ini memiliki rentang waktu yang cukup lama dari dua karya Prof Wan sebelumnya. Enam belas tahun Prof Wan baru menerbitkan kembali karya sastra.
Adapun karya lainnya yang tidak berbentuk puisi, telah terbit beberapa karya. Yang terakhir, tahun 2019 adalah buku Budaya Ilmu, Makna dan Manifestasi dalam Sejarah dan Masa Kini. Karya-karya Prof Wan memang sangat berkualitas, mendalam dan mencerahkan. Tidak heran jika karya-karyanya dibaca secara luas, bahkan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Tentang buku Jalan Pulang, adalah sebuah buku puisi panjang. Berisi tujuh puluh satu bab yg saling berkait dan integrated. Latar belakang penulisannya, karena banyaknya permintaan kepada Prof Wan untuk menerbitkan kembali satu buku puisi. Dengan demikian menjadi semacam Trilogi Puisi Prof Wan Mohd Nor Wan Daud. Tahun 2013, Prof Wan mulai menulis draft awal bab-bab puisi ini di halaman Facebooknya. Belakangan, Prof Wan juga kadang mengirimkan itu kepada sahabat-sahabatnya. Alhamdulillah, saya pribadi pernah mendapatkan kiriman draft puisinya beberapa kali. Setelah sekian lama, tahun 2020, Prof Wan seperti mendapatkan ilham untuk membukukan puisi-puisinya yang ditulis di Facebook itu. Atas izin Allah SWT, dan dorongan banyak pihak, khususnya dari Tuan H Mohd Affandi Hassan, akhirnya terwujudlah buku Jalan Pulang ini.
Tajuk Jalan Pulang yang dipilih Prof Wan untuk bukunya ini juga menarik. Ini adalah hikmah yang diambil dari QS al-Baqarah : 156. Innaa Lillaahi wa Innaa ilayhi raaji’uun. Kita semua adalah milik Allah, dan kita pun akan kembali kepada-Nya. Cepat atau lambat, siap atau tidak, muda atau tua, kita semua akan pulang kepada Allah SWT. Tentu saja, bukan sekedar pulang, tapi pulang dengan mendapatkan keridhaan-Nya.
Banyak tantangan dan rintangan dalam hidup di dunia ini. Oleh karena itu, setiap insan perlu memiliki peta yang jelas, rambu-rambu yang benar sebagai petunjuk ke arah jalan pulang yang diridhai itu. Melalui puisi-puisinya ini, Prof Wan berikhtiyar berbagi pandangan, agar kita memahami hakikat hidup ini, tantangan dan rintangan, kemudian menunjukkan rambu-rambu yang benar, agar kita bisa memilih jalan Pulang yang selamat dan menggapai sa’adah.
Jalan Pulang yang ditulis Prof Wan ini, bukan hanya untuk dirinya pribadi, tapi ditujukan kepada setiap warga umat yang mau berfikir, terutama para pemuda. Kita semua boleh mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung, agar jadi bekal terbaik sebelum kembali kepada Allah SWT. Dalam tulisan ini, saya akan mengambil beberapa penggalan puisinya dengan ulasan yang singkat.
KERUGIAN
Gajah sama gajah berperang
Serigala juga akhirnya menang
Raja dan menteri tidak sehaluan
Belanda Feringgi menjadi tuan
Alim ulama saling bersengketa
Silakan jahil tukil angkuh berbicara
Sekolah University sibuk berniaga
Anak bangsa hilang adab keliru agama
Masjid dan istana ditutup rapat
Sarang maksiat tempat berehat
…….
…….
Yang rugi bukan yang kini zhahir
Tapi umat kita yang belum lahir!
Sebarkanlah kepada semua yang mahu berpikir
Gerak jiwa rasa kesal seorang fakir!
Perhatikanlah, renungkanlah pesan mendalam dari puisi ini. Secara susunannya, mirip dengan Gurindam 12 Raja Ali Haji. Singkat, padat, tapi penuh nasehat yang bermanfaat. Ini adalah gambaran kondisi umat Islam zaman ini. Masalah dalaman (internal) yang kerap terjadi hingga kini. Tampak jelas banyak yang keluar dari jalur tujuan yang benar. Akhirnya, umat ini kahilangan izzahnya. Semua kalangan umat tergelincir dari jalan yang diridhai. Dari orang awam sampai ulama. Baik rakyat maupun penguasa. Lembaga pendidikan maupun tempat pemerintah dan ibadah, bahkan kehidupan dalam keluarga. Prof Wan, dengan kerendahan hatinya, mengingatkan agar kita sadar dan segera berbenah diri. Karena kerugian yang lahir darinya, bukan hanya dirasakan oleh kita, tapi juga oleh generasi berikutnya.
Pada puisi yang lain, Prof Wan mengingatkan akibat hilangnya adab. Yaitu, ketika munculnya orang-orang yang tidak layak, tapi diberikan amanah. Akhirnya berubah mafsadah daripada maslahat. Perhatikanlah pesan indah di balik puisi berikut ini.
KHIANAT AMANAH
Bolehkah tikus menjaga labu
Serigala menjaga lembu?
Bolehkah khinzir dikalungi permata
Kera dihadiahkan mawar berharga?
Pabila ilmu ketandusan makna
Keras suara penentu wibawa
Tepukan kafir idaman hati
Umat sendiri disirami benci
Pabila hati diasap hasad
Sikap sekelumit diingat berabad
Setiap luka disiram cuka
Segunung jasa sengaja dilupa
Pulangkanlah amanah pada yang berhak
Teguhkan jiwa dengan ilmu al-haqq
Tikus serigala kera dijaga mesra
Hanya melambatkan seksa sengsara
Selanjutnya, Prof Wan menyampaikan pesan penting kepada para orang tua. Ada amanah besar yang harus dijaga. Yaitu amanah mendidik anak, agar mereka menjadi anak yang baik (shaleh). Kelak anak-anak shaleh inilah yang akan membahagiakan orang tua ketika mereka sudah pulang ke rahmatullah. Jika abai, maka sesal kemudian tiada guna.
UNTUK ORANG TUA
Wahai orang tua
Jika anak-anakmu terjatuh tangga
Tinggalkan segala yang diusaha
Bersegeralah meringankan derita
Jika anak-anakmu dihambur cerca
Kawali mereka dari amarah, rasa hampa
Tunjukkan mereka benar salah segala kata
Ketepikan pendusta bangunkan jiwa perkasa
Jika anak-anakmu meraih jaya
Tepuklah bahu dan zahirkan bangga
Ingatkan tentang amanah Khalifah dunia
Tentang citra Adam ketika di syurga
………
……….
Jika anak-anakmu mengemis merempat di dunia
Namamu juga akan hancing terhidu manusia
Jika anak-anakmu terhumban ke Neraka
Kalian berkongsi penyesalan bersama.
Berikutnya, kita diingatkan akan dua hal, yang pasti dan yang tak pasti. Yang tak bisa diikhtiyarkan dan yang masih mungkin diikhtiyarkan. Kematian itu laksana pintu, yang setiap insan akan masuk ke dalamnya. Manusia harus sadar, bahwa kehidupan bukan hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat nanti. Jika di dunia banyak pengadilan, tapi kadang tak ada keadilan. Sebaliknya, di akhirat hanya satu pengadilan, tapi semua akan merasakan keadilan Sang Khaliq. Prof Wan mengingatkan kita, cita-cita, mimpi-mimpi dan semua keinginan, jangan sampai membuat kita lupa akan yang pasti. Renungkanlah pesan itu dari puisi di bawah ini.
YANG PASTI
Yang pasti berhenti perjalanan duniawi
Diri akali diregut keras dari kotak haiwani
Mengadap Pemilik Zat, Segala Sifat dan Nama
Kembali kepada Asal Yang Esa
Yang tidak akan pasti
Bagaimana dan bila ditarik pergi
Di kala umur yang lupa segala
Kawan sekolah sudah semua tiada
Di kala badan masih gagah bergerak
……………………..
……………………..
Tiada rasuah dan tekanan di Sana
Tiada dusta dan pembohongan diterima
Tiada lambat hukuman dijatuhkan
Tanpa pilih kasih dan kesilapan
Kenapa yang pasti terlupakan
Tibanya tentu tak terdugakan
Ketidak-pastian menuju kepastian
Paatikanlah persiapan untuk kembali
Agar tidak menyesal nanti
Terakhir, Prof Wan menutup seluruh puisinya dengan satu munajat yang indah. Hal seperti yang dilakukan para ulama ketika menutup karya-karyanya. Doa yang bukan untuk kepentingan pribadi, tapi demi kemaslahatan umat agar sadar akan tugasnya di dunia ini, dan tempat pulangnya di akhirat nanti.
MUNAJAT
Yang Allah Yang Maha Mengetahui, Berkuasa
Sejahterakanlah umat ini semuanya
Lindungilah kami dari malapetaka
Dan sengketa luar biasa
Yang gagal kami memikulnya!
Jadikan kami penegak agama-Mu
Dengan akal sejahtera, kekuatan semua bidang
Beradab pada semua bangsa
Santun pada persekitaran dan binatang
………………….
………………….
Ya Rabb al-Jalil
Maqbulkan doa kami lemah kerdil
Yang dipermainkan setiap ketika
Oleh ketua-ketua sendiri yang degil
Ditertawakan musuh setiap masa
Kami pohonkan Kau hembuskan ketenangan
Ke dalam jiwa-jiwa resah tidak tenteram
Dengan dugaan-Mu tak terfaham
Antara ujian keimanan dan hukuman kemungkaran
Ya Tuhan Pemilik Masa dan Ruang
Dan segala yang terkandung di dalam keduanya
Dan segala himpunan rahsia
Dengan keinsafan mendalam, penuh keredhaan
Kami terima segala yang Kau aturkan
Berbekas dari akibat Sifat dan Nama
Tak terbilang tak terhingga
Tersimpan dalam Dhat-Mu Yang Esa
Sependek bacaan saya terhadap buku ini, ditinjau dari susunannya, puisi-puisi Prof Wan cukup bervariasi. Sebagian seperti Gurindam atau puisi-puisi Raja Ali Haji. Kalimatnya singkat dan rimanya terikat. Sebagian lagi mirip puisi Mohammad Iqbal. Tidak terikat kaidah ilmu arudh dan qawafi, namun mengandung hikmah yang sangat mendalam. Pesan Nabi dan para ulama sejak dulu hingga kini, telah disampaikan melalui untaian puisi-puisinya yang indah. Kalau di Indonesia, puisi semacam ini bisa dilihat dalam karya-karya Taufik Ismail.
Walhasil, melihat gubahan puisi-puisi yang ada, baik di dalam buku Jalan Pulang atau dua buku sebelumnya, Prof Wan memang layak dikatakan sebagian seorang ilmuwan sekaligus sastrawan. Ini sudah jelas terbukti melalui karya-karya Prof Wan, baik berbentuk prosa maupun puisi.
Terakhir, ini sebatas ulasannya singkat dari penikmat puisi. Masih ada enam puluh enam bab puisi ini lagi yang belum diulas. Antara lain bertajuk Nasib Bangsa, Makna Diri, Ilmuan Amilin, Taman Terindah, Bingkisan Dari Rumi, Jiwa Merdeka, Seruan Pemuda, dan puluhan tajuk lainnya. Untuk mengulasnya tentu membutuhkan tempat yang lebih luas, dan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, menurut saya sudah saatnya ada kajian semacam tesis atau disertasi tentang pemikiran Prof Wan yang terkandung dalam tiga buku puisinya. Ini penting untuk ditulis agar mutiara hikmah yang terkandung di dalamnya, bisa dipahami dan diamalkan demi kemajuan umat serta meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Wallâhu a’lam bi al-shawâb.
Cilodong, Senin 2 Syawwal 1441 H / 25 Mei 2020
Dr. Muhammad Ardiansyah M.Pd.I
(Pengasuh Ponpes at-Taqwa Depok)