Oleh : Imam Hasan al Bana
Wartapilihan.com – Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Kita sampaikan shalawat serta salam kepada penghulu kita Nabi Muhammad, para keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyuarakan dakwahnya hingga hari kiamat.
Amma ba’du. Salamullahi alaikum warahmatuhu wa barakatuh.
Pada pertemuan sebelumnya, kami pernah mengatakan kepada kalian bahwa ada dua macam nikmat diantara nikmat-nikmat Allah atas para hamba Nya yang tidak terhitung banyaknya. Kedua macam nikmat itu tidak dapat diraih dengan menggunakan harta, tidak bisa didapatkan dengan cara tipudaya dan juga tidak bisa pula didapatkan dengan upaya sekeras apapun. Namun keduanya merupakan bagian dari nikmat dan anugerah Allah yang paling besar. Keduanya adalah iman dan cinta. Sebanyak apapun seseorang itu mencurahkan hartanya untuk mendapatkannya, dan tipu daya atau cara apapun yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat meraihnya, sesungguhnya ia tak akan bisa mendapatkannya kecuali dengan taufiq dari Allah SWT. “Walaupun kalian membelanjakan semua kekayaan kalian yang ada di bumi, niscaya kalian tidak akan dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah lah yang telah mempersatukan hati mereka.” (Al Anfal 63).
Iman dan cinta merupakan bagian dari anugerah Allah SWT yang dimasukkan ke dalam hati para hamba yang dikehendaki olehNya. “Tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (al Hujurat 7).
Diantara karakteristik kedua nikmat ini adalah bahwa keduanya merupakan amalan hati, sedangkan hati itu berada di ‘Tangan Allah SWT’ yang dibolak-balikkan olehNya sekehendakNya.
Allah juga telah menganugerahkan kepada kita kenikmatan dakwah, kenikmatan bekerja di ladang dakwah, dan kenikmatan mengikhlaskan diri untuknya. Hal itu dapat membuka mata hati dan menguasai perasaan kita. Kita hidup di atasnya dan mati karenanya. “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (Ibrahim 24)
Demikian juga Allah SWT telah memberikan nikmat kepada kita berupa kenikmatan cinta karena-Nya. Dengan cinta seperti ini ruh kita tersambung dan ikatan kita menjadi kokoh. Tak seorangpun yang akan dapat meraihnya. Kita bertemu hati sekalipun berpisah badan, kita bersambung ruh sekalipun jauh fisik. Apapun kondisinya, masing-masing dari keimanan dan kecintaan akan menjadi kuat dan memancar serta bersinar di dalam hati, karena itu merupakan karya cipta Allah SWT yang telah membuat segala sesuatu secara sempurna.
Waba’du.
Pembicaraan kita kali ini memang kita awali seperti ini. Kita tidak akan melupakannya. Ini sebagai pengantar saja dan setelah itu akan lahir semangat baru, insya Allah.
Kita ingin menimbang antara realitas kehidupan kita dengan apa yang sesungguhnya diserukan oleh Islam. Mengenai hal itu, kita siapkan beberapa kajian. Kita mempunyai keyakinan yang tak mengandung keraguan bahwa nikmat Allah yang terbesar adalah nikmat iman kepadaNya. Iman itulah yang menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (al Maidah 3). “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (oleh Allah SWT), dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran 85).
Allah telah mengutus sebaik-baik Rasul untuk kita. Allah mengutusnya dengan membawa hidayah dan agama yang benar, agar agama yang benar itu dapat mengalahkan agama-agama lain (yang batil). Rasul saw pun telah menyampaikan risalahNya dengan terang. Beliau bersabda,”Tidaklah pernah aku biarkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah melainkan hal itu telah aku perintahkan kepada kalian. Dan tidaklah aku biarkan sesuatu pun yang dapat menjauhkan kalian dari Allah melainkan aku telah melarang darinya.”
Keberuntungan dan kemenangan diperuntukkan bagi orang-orang yang mengikutinya, beramal dengan petunjuk dan keteladanannya serta mencontoh perilakunya. “ Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al A’raf 156-157).
Kita membaca Al Qurán sebagai bacaan yang segar sebagaimana para sahabat Nabi Muhammad saw membacanya, sehingga ia akan bersaksi di dalam jiwa kita, membangunkan perasaan-perasaan kita, dan mengarahkan hati kita. Kita telah beriman tanpa ada keraguan bahwa Allah SWT telah menurunkan Al Quran ini dan melanggengkannya sebagai syariat bagi manusia hingga hari kiamat, sehingga Allah mewariskan bumi ini dan siapa saja yang ada di atasnya Allah tidak menurunkan Al Quran ini secara man-main. “Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya).” (Al Anbiya 17)
Kita beriman bahwa Allah SWT adalah al Haq (Maha Benar), kitabNya berisi kebenaran, ajaran-ajaran agamaNya adalah kebenaran dan bahwa kebenaran itu akan selalu langgeng , sementara selain kebenaran itu adalah buih yang segera akan musnah. “Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (ar Raád 17).
“Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).” (QS Anbiya’ 18)
Sebagaimana juga kita beriman bahwa ajaran-ajaranNya datang untuk membentuk kehidupan amaliah yang nyata, yang kaum Muslimin berjalan di atasNya.
Pada pertemuan yang lalu telah saya katakan bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk melakukan kajian mengenai ajaran yang dibawa oleh Islam. Jika kita dapati bahwa amal-amal perbuatan kita sejalan dengan ajaran-ajaran tersebut, kita patut memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Alhamdulillah. Dan jika ternyata dapati sebaliknya, kita harus berusaha keras untuk bisa berjalan di atas cahayaNya.
Kami katakana bahwa hati itu adakalanya sangat peka. Diantara kepekaannya adalah ia merasa senang terhadap kebaikan dan keindahan, serta merasa sedih terhadap keburukan dan kejelekan Dia bisa membedakan antara yang benar dan salah.
Yang ingin kami kemukakan pada malam hari ini, yang selalu kami renungkan, adalah tentang Islam dan Waktu.
Islam datang berbicara tentang waktu. Islam menjelaskan tentang nilai waktu dan nikmatnya. Ia juga menjelaskan kepada umat manusia bahwa ajal mereka terbatas. “Tiap-tuap umat itu ada ajalnya sendiri-sendiri.” (al A’raf 34)
Islam datang memperingatkan kita agar kita jangan sampai lengah. Islam menjelaskan bahwa yang paling berarti dalam kehidupan ini adalah waktu. Nabi saw bersabda,”Tidak ada satu haripun yang fajarnya menyingsing kecuali ia pasti mengatakan,”Wahai anak Adam aku adalah ciptaan baru yang menjadi saksi atas amal perbuatan kalian. Berbekallah dengan menggunakan kesempatan yang ada, karena sesungguhnya aku tidak akan pernah kembali hingga hari kiamat,”
Waktu itu terbatas dan perbuatanmu setiap waktu akan dihitung. “Para malaikat siang dan malam secara bergiliran senantiasa mengawasimu.” Putaran siang berakir hingga ashar dan putaran malam berakhir hingg shubuh. Segala amal perbuatanmu yang baik maupun yang buruk akan dihitung dan dicatat. “Sebenarnya Kami selalu mendengar, dan utusan-utusan Kami pun senantiasa mencatat di sisi mereka.” (az Zukhruf 80). “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (al Anaam 61)
Islam datang untuk menolehkan pandangan manusia agar melihat bahwa sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepada mereka sekian banyak hari dan waktu untuk diisi dengan perbuatan yang bermanfaat. Jika mereka mau memperhatikan hal ini, mereka pasti berbahagia dan beruntung. Jika tidak mau, mereka pasti akan sengsara dan merugi. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (al Anaam 44)… |
Sumber : Ceramah-Ceramah Hasan al Bana (Haditsuts Tsukatsa’ lil Imam Hasan al Bana), Ahmad Isa Asyur, Era Intermedia, 2000).