INSISTS: Dakwah Harus Terencana dan Terukur

by
Syamsuddin Arif. Foto: Indra Supono

Wartapilihan.com, Jakarta – Direktur Eksekutif INSISTS, Syamsuddin Arif, menyampaikan evaluasinya terhadap lembaga dan gerakan dakwah di Indonesia saat ini. Ditemui Warta Pilihan di kantornya di Kalibata, Selasa (21/3) sore, pria yang akrab disapa Ustadz Syam ini menyebut 5 hal yang harus diperhatikan para penggiat dakwah. “Kelimanya adalah (1) penyampai, (2) penerima, (3) pesan, (4) sarana, dan (5) strategi,” kata Ustadz Syam.

Tentang butir yang pertama, Ustadz Syam mengatakan adanya keluhan sebagian masyarakat terhadap beberapa da’i. “Banyak yang mengeluhkan gaya hidup ustadz yang seperti selebritas, bahkan pelawak, namun ilmunya masih kurang,” kata doktor filsafat Islam ini. Hal tersebut dapat diperbaiki jika penggiat dakwah memperhatikan butir kedua, yakni penerimanya. “Masyarakat kita tidak seragam sehingga kita tidak perlu menyamakan segmentasi. Ada ustadz yang cocok untuk ibu-ibu, ada yang cocok untuk mahasiswa, dan sebagainya,” kata Ustadz Syam. Kalau segmentasi tersebut dirancukan, sasaran dakwah akan mengalami kerancuan juga.

Hal inilah yang menjadi perhatian di butir ketiga. “Pesan atau isi dari dakwah harus tepat,” tambahnya. Pendakwah tidak bisa menyampaikan pesan yang terlalu berat untuk masyarakat umum, sebagaimana juga tidak boleh menyampaikan hal yang terlalu sederhana kepada masyarakat terdidik seperti mahasiswa.

Saat menjabarkan butir keempat, Ustadz Syam mengungkapkan hal menarik. “Kalau berbicara sarana dakwah, kita saat ini sudah bersentuhan dengan internet, sehingga ada istilah ‘dakwah medsos’ (media sosial-red). Isi dakwah di ruang seperti itu tidak mesti selalu eksplisit,” ucap Ustadz Syam. Apa yang tidak eksplisit adalah isi dakwah yang tidak terpaku pada penjabaran dalil seperti di tempat mengaji, tetapi tidak kehilangan hakikat dakwah Islam sehingga tidak bernilai pesan kebaikan belaka.

Bagian terakhir yang menjadi perhatian adalah soal strategi dakwah. “Jangan sampai dakwah terkesan sporadis dan reaksioner,” kata dosen Pascasarjana Universitas Darussalam, Gontor, Ponorogo ini. Ia mencontohkan ungkapan seperti maraknya perkembangan Syi’ah di Jawa Barat. “Harus ada penelitian dan pendataan, berapa persebarannya dari waktu ke waktu, wilayah mana saja yang menjadi tempat penyebarannya, seperti apa latar belakang sosial budayanya, dan sebagainya, sehingga benar-benar menjadi rujukan pendakwah dalam menyusun perencanaan,” terangnya.

Dengan penelitian dan data yang diperoleh, segala usaha dapat dijalankan dengan lebih baik. Pakar pemikiran Ibnu Sina ini memberi contoh lain. “Jika di suatu daerah terdapat data jumlah perokok, perusahaan rokok akan menggunakan data itu untuk merencanakan pemasaran dan peningkatan jumlah (perokok). Sebaliknya, lembaga seperti Yayasan Kanker Indonesia akan menggunakannya untuk mengurangi jumlah perokok,” kata dia sambil tertawa kecil.

Kelima butir itu menunjukkan, dakwah harus berlangsung dengan terencana dan terukur. “Kita butuh koordinasi dan organisasi dalam mewujudkannya,” ungkap Ustadz Syam.

Reporter: Ismail-Al ‘Alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *