Infeksi Gigi Menyebabkan Penyakit

by
Foto: Flickr.

Tahukah Anda? Membiarkan anak giginya mengalami infeksi dapat menimbulkan penyakit ke bagian tubuh lainnya, salah satunya gatal-gatal pada seluruh tubuh.

Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan oleh seorang dokter gigi, Husnul Khatimah. Ia mengatakan pernah mengalami kedatangan pasien yang seluruh tubuhnya gatal, terutama pada tangan dan kaki hingga menjadi koreng dan kudis.

“Sang ibu berkisah. Sudah berkali-kali berobat hasilnya nihil. Hingga terakhir dibawalah si anak ke RSCM. Dokter SPKk disana menyarankan agar ke dokter gigi,” kata Khusnul, dalam Grup WhatsApp ‘Anak dan Keluarga’, Kamis, (5/7/2018).

Setelah diperiksa, rupanya ada cukup banyak gigi si anak yang berlubang cukup dalam. Perawatan pun dilakukan. Menurut pengakuan dr. Husnul, putri kecil itu kini tak perlu kembali lagi untuk perawatannya. Senyum kembali menghias wajahnya.

“Fokal infeksi dari karies gigi, itulah yang dialami si putri cantik tadi. Pada beberapa pasien infeksi fokalnya bisa di jantung, ginjal, mata bahkan otak. Infeksi fokal ini adalah salahsatu efek samping dari kesehatan gigi yang terabaikan. Dan ini masih banyak terjadi di negeri kita,” tutur Husnul prihatin.

Pada anak usia 3 hingga 12 tahun disekitar kita dianggap biasa punya gigi yang rusak, berlubang, ataupun habis. Dengan asumsi “Ah nanti juga giginya akan ganti”. Tanpa disadari, hal ini memicu beberapa kerugian pada anak, terang Husnul.

“Tumbuh kembang anak bisa terganggu (gigi sakit-anak malas makan-tumbuhkembang terganggu) dan juga dapat menghambat kecerdasan otak anak karena asupan nutrisi otak anak yang berkurang akibat makan yang kurang nyaman,” tegasnya.

Belum lagi, kepercayaan diri anak menurut dia dapat menurun karena susunan gigi yang kurang rapi dan perkembangan wajah yang bisa terganggu.

“Fokal infeksi yang dapat mengancam jiwa anak, jika infeksi sampai ke otak,” imbuh dia.

Maka dari itu, Husnul menyarankan agar menjaga kesehatan gigi dengan memberikan teladan pada anak.

“Tanggungjawab orang tua adalah memberi contoh yang baik pada anak sebelum mendisiplinkannya. Tentu saja disesuaikan dengan usia dan psikologi perkembangannya. Menggosok gigi minimal 2x sehari. Ciptakan suasanan yang menyenangkan,” imbuh dia.

Ia juga menekankan agar membiasakan menggosok gigi pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Sikatlah dengan cara yang benar dari arah gusi ke gigi menjangkau semua sisi gigi.

“Gunakan sikat gigi dengan ujung kepala kecil dan bulu sikat yang lembut. Aplikasikan pasta gigi sebesar biji jagung khusus anak, terutama untuk anak yang belum bisa berkumur,” terangnya.

Khusus pada anak usia 2 hingga 6 tahun, anak sebaiknya masih digosokkan gigonya oleh orang tua. Menginjak 7 tahun baru diberi tanggungjawab menyikat gigi sendiri.

“Disarankan juga agar makan makanan bergizi seimbang, perbanyak buah-buahan, sayuran dan minum air putih. Didisiplinkan anak dalam jajan. Kurangi makanan manis dan lengket. Biasakan berkumur setelah makan makanan tersebut,” tekannya.

Hal yang terakhir, ia menyarankan agar rutinkan kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali. “Untuk mencegah gigi rusak tanpa ketahuan dan segera dapat dilakukan tindakan jika diperlukan untuk menjaga tubuh anak tetap sehat,” pungkasnya.

Ia pun menutup perbincangan dengan merenungkan soal Rasulullah shalallahu alaihi wa Sallam yang tidak pernah sakit. Salah satu rahasianya, menurut Husnul adalah dengan menjaga pola makan dan rajin membersihkan gigi.

“Setiap sebelum beribadah 5 kali sehari dicontohkannya membersihkan gigi dengan sikat dari kayu siwak karena memang belum adanya sikat gigi pada masanya. Sangat patut kita teladani,” tukasnya.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *