Gerakan Reformasi 2.0

by
foto:istimewa

Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMM) menggelar Silaturahmi Reformasi. Dalam acara tersebut PP KAMMI menghadirkan tiga narasumber yang selama ini menjadi ikon besar tokoh Reformasi yakni Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dan Fadli Zon.

Wartapilihan.com, Jakarta – Ketua Umum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi mengatakan, KAMMI menggelorakan reformasi 2.0 sebagai tanda bangsa menuju titik krisis.

“KAMMI gelorakan Reformasi 2.0 ini sebagai tanda kepada pemerintah bahwa bangsa ini sedang menuju krisis, sehingga perayaan 20 tahun atas Reformasi ini menjadi momentum yang tepat mengingat kondisi bangsa saat itu juga berada dalam krisis. Gelora 2.0 ini hadir juga untuk menjadi tanda kepada rekan-rekan mahasiswa bahwa kita harus bersiap-siap,” kata Irfan, (24/5/2018), di Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Amien Rais sangat mendukung gerakan Reformasi 2.0 ini. Ia mengatakan, mahasiswa saat ini semestinya sama dengan 20 tahun lalu yang memiliki kekuatan moral yang tinggi.

“Saya ingin ingatkan, bahwa 20 tahun yang lalu ketika saya gabung sama mahasiswa jaket kuning, jaket biru, jaket coklat, apapun lah ya, mereka dianggap sebagai kehadiran masyarakat makanya mereka disebut moral force atau kekuatan moral, dan mahasiswa sekarang harusnya seperti itu,” kata Amien Rais.

Sementara itu, Fadli Zon juga menyatakan mendukung inisiatif KAMMI.

“Kehadiran KAMMI ini memang untuk melakukan aksi, maka namanya saja kesatuan aksi. Kalau KAMMI sudah tidak melakukan aksi tapi lebih menjadi pengamat makan namanya diganti saja menjadi kesatuan pengamat.

Kita bicara ekonomi secara makro saja bahwa selama ini Indonesia tidak mengalami pertumbahan, selama ini target pertumbuhan 7% hanya menjadi mimpi saja bahkan target tahunan pun tidak tercapai, sehingga mahasiswa harus semakin kritis terhadap persoalan bangsa kita,” terang dia.

Hal senada juga diungkapkan Fahri Hamzah yang turur mendukung inisiatif Reformasi 2.0 yang digelorakan KAMMI.

“Masa depan bangsa dan masa depan teman-teman semua juga menjadi masalah. Kalau tidak ada pekerjaan tercipta karena kekacauan ini distracted ekonomi, puji-puji dekat millenial, dekat digital, dekat e-commerce, dia gak tahu kalau ini menyembelih peluang kerja dengan digital yang ngawur ini, yang tidak tertata terjadi deindustrialisasi,” ungkapnya.

Belum lagi persoalan impor Tenaga Kerja Asing (TKA) dengan berbagai alasan, sehingga tenaga kerja Indonesia tidak dioptimalkan.

“Dan TKA itu bekerja disektor besar yang kita tidak tahu terutama penyedotan Sumber Daya Alam (SDA).

Orang asing datang untuk nyedot SDA, jadi ini ada pesta pora dirumah kita rakyat kita tidak dapat apa-apa, itu buruh masih demo sampai hari ini,” pungkas Fahri.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *