Pada usia 0 hingga 6 tahun, terdapat banyak perkembangan pada anak yang wajar tetapi sering dianggap nakal sehingga berpeluang menyimpangkan fitrah tersebut.
Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan Harry Santosa, pakar parenting berbasis fitrah. Ia mengatakan, pada dasarnya ada 10 perbuatan yang biasa dilakukan anak-anak usia 0 hingga 6 tahun; kendati terlihat nakal, padahal hal tersebut adalah fitrah.
“Yaitu suka bergerak atau tidak bisa diam. Lalu, gejala ego Sentris, merasa dirinya psat semesta.
“Jadi, anak seringkali tak mau berbagi miliknya atau tak mau mengalah. Juga anak suka bicara, suka memimpin, suka banyak ide, waspada dan juga teliti (curigaan),” tutur Harry.
Tak hanya itu, kadang anak banyak melakukan eksplorasi yang sering merusak mainan, perabotan dapur, dan bongkar barang di sekitar rumah.
“Anak sering meniru apa yang dilakukan orangtuanya, seperti memakai dasi milik ayah dan juga daster bundanya. Anak juga nampak melawan, membalik balikan ucapan atau nasehat,” tukas dia.
Anak di usia tersebut juga menyukai kreasi, abstraksi dan imajinasi, cari perhatian atau suka disayang dan suka keindahan dengan mencoret dinding, buku, wajah dan apapun.
“Cara menyiasati sepuluh kondisi tersebut tanpa mencederai fitrah anak ialah dengan bersukur dan menerima kondisi itu sebagai perkembangan fitrah yang sehat.
“Banyak syukur adalah cara terbaik banyak sabar. Rileks dan optimis. Jangan tanggapi dengan emosional, sedih apalagi frustasi,” tegas dia.
Harry menekankan untuk menerima dan hargai keunikannya dan tidak tergesa untuk memberikan apa yang mereka mampu, tetapi memberikan yang dibutuhkan.
“Yakinlah bahwa ananda pasti punya peran istimewa di masa depan, namun kini belum nampak buahnya,”
Harry menyarankan agar adab ditanamkan bukan dalam bentuk tertib dan disiplin, namun dalam bentuk keseruan dan gairah melakukan kebaikan walau tak sempurna.
“Yakinlah tiada anak nakal, tiada anak yg dilahirkan jahat. Kenakalan adalah potensi yg belum nampak buahnya, atau jeritan hati yang belum ketemu jalan keluarnya,” tegas dia
Ia menekankan agar jangan langsung marah dan berlaku kreatif untuk menarik hati anak.
“Bangkitkan motivasi anak dari dalam dirinya, ciptakan kegiatan yang mempesona dan jatuh cinta kpd Allah, Rasulullah SAW dan semua kebaikan kebaikan. Jangan membuat mereka membenci kebaikan,” terang dia.
Jika ada perilaku yang dianggap berlebihan, tutur Harry, maka temukan dahulu “mengapa” anak begini begitu, bukan tergesa “bagaimana mengatasi” karena setiap solusi tanpa menggali maka akan lebih banyak mudharatnya.
“Motivasi anak akan bangkit jika 3R, yaitu kegiatan yg kita berikan itu relevan dengan usia dan keunikan dirinya, lalu ada Relasi ikatan cinta yang kuat, dan upayakan memuaskan aqalnya (nalarnya) atau Reason yang bagus,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini