Bagi jamaknya Emak, perjalanan hidupnya bisa pragmatis sekaligus visioner.
Wartapilihan.com, Bogor– Pragmatis saat Ia menghadapi kondisi ketatnya masalah ekonomi. Apalagi emak senantiasa berfikir bagaimana Ia senantiasa menghidupkan “kehangatan” dapur dengan aktifitas kompornya.. Apapun itu akan berujung pada nyamannya perut penghuni rumahnya.
Ketika Emak terbiasa mendapat “jatah” dapur yang rutin hadirnya, pada satu ketika jatah tersebut tidak hadir makai a akan mengkonfirmasikan kondisi tidak biasa tersebut.
Saat ia mendapatkan jawaban, “ Dana itu ada dan sudah direncanakan untuk keluar pada waktunya”, begitu pesan terdengar sambil menunjukkan bukti tertulis rencana tersebut. Namun ketika dana rutin itu tidak kunjung hadir, maka apakah Emak kemudian tetap mengatakan dan meyakini dana itu ada sesuai dengan bukti tertulis yang ditunjukkan??
Itu pertanyaan pertama.
Bolehkah kemudian seorang Emak pun beretorika terhadap fungsi dapurnya misalnya, saat salah seorang penghuni rumah menanyakan keberadaan sesuatu untuk melepaskan dahaga atau nyanyian perut yang seringkali susah dikendalikan dengan mengatakan , “ya sudah direncanakan, sambal menunjukkan list belanjanya?”
Emak cerdas shalehah pasti akan melanjutkan keterangannya..mari kita shaum dan bersabar…
Suatu waktu, Emak menitipkan dana sisihannya yang dikumpulkannya rupiah demi rupiah demi untuk biaya Pendidikan buah hatinya. Emak sangat disiplin menyisihkan dana bukan dalam hitungan hari, tapi tahun. Betapa visioner dan tegarnya sang Emak.
Lalu kemudian ketika tabungan itu sudah cukup berarti, kerabat atau bisa jadi pasangannya atau bisa jadi emak sendiri meniitipkan pada orang yang dipercayanya untuk menyimpan dana tersebut. Sembari dia tetap melakukan aktifitas menabung , hingga pada saatnya dia akan menggunakannya untuk Pendidikan sang buah hatinya.
Emak cukup baik hati menitipkan tanpa pesan apapun. Yang penting bagi Emak, ketika jumlahnya tercukupi pada waktu yang diperlukan, maka Ia bisa menggunakan titipannya itu.Emak focus pada Momentum.
Tapi saat momen itu hampir tiba, dan Emak mengkonfirmasinya lalu yang dititipi menjawab
Okay, dana Emak masih ada, masih utuh hanya kami belum bisa mengeluarkan pada momen tersebut. Apakah sampai disini Emak harus juga meyakini dana titipannya ada?? Itu pertanyaan selanjutnya
Apa Emak lugu ini kemudian harus dipersalahkan ketika dia tidak mendapatkan hak melalui amanah yang dititipkan? Salahkah ketika emak emak tersebut kemudian menyampaikan bahwa Dana itu Tidak ada saat ini.. Pada saat yang disepakati dan diperlukan!
Momentum! Itu kata kunci bagi Emak. Waktu yang hilang tidak mungkin bisa kembali.
Masih laikkah pada kondisi ini lalu kita memberikan hiburan..sabar dan berdoa..
Sabar dan Berdoa itu wajib bagi mukmin,,
Permasalahannya apakah orang yang berkompeten disekitar emak emak itu akan diam menyaksikannya tanpa berbuat sedikit perlawanan untuk membela hak Emak tersebut?
Sabar dan Doa jadi sahabat rutinnya dalam mengelola hidup. Mengatur hal hal yang pragmatis dan visioner sekaligus.
Emak adalah bagian dari hamba Allah yang lemah, tapi ucapannya mampu menggelegar di langit, membuat penduduk langit terkesiap menghantarkan doa pada sang Khaliq..
Namun apa kemudian upaya saudara saudara disekitar emak menyaksikan hal ini?
Cukup mengatakan Sabar dan Doa?
Jika hari ini sudah masanya kita sebagai muslim tidak bisa melakukan apa apa selain sabar dan doa maka semoga tindakan kita saat ini adalah tepat..
Tapi bagaimana kita masih menyaksikan ulama ulama yang melakukan nahi mungkar.
Apa kita punya dimensi pemahaman tentang waktu yang berbeda?
Emak emak itu mewakili rakyat kecil papa..
Yang dari lempengengan rupiah demi rupiah dicemplungkan ke celengannya dalam hitungan Tahun lamanya
Untuk satu tujuan…ke Baitullah pada saatnya..
Namun ketika itu tidak terjadi, maka beribu satu alas an bisa dibuat
Insha Allah bagi mereka dicatat sudah niatnya
Lalu bagaimana dengan kita yang menyaksikan dan mengetahui ada kezaliman terjadi
Cukupkah kita hanya Sabar dan Berdoa?
Wallahu’alam
Penulis:
Elvina
Konsultan Halal, Tinggal di Bogor