Dilema Orangtua Millenial

by
Foto: erafone.com.

Berbagai riset membuktikan, orangtua millennial lebih berat dalam mencari nafkah, namun mereka ditenggarai menjadi orangtua yang mandiri belajar parenting via internet walau kadang kebanjiran informasi dan malah menjadi kebingungan sendiri.

Wartapilihan.com, Jakarta –Hal tersebut disampaikan Harry Santosa, pakar parenting berbasis fitrah. Ia mengatakan, berdasarkan riset, orangtua millennial lebih peduli pada anak anaknya, bahkan tiap anak diberi hashtag sehingga membantu menemukan jati diri anak mereka.

“Sebagian keluarga over peduli, karena khawatir lingkungan yang buruk, penculikan dan lainnya, sehingga sebagian disebut sebut bergaya helicopter parenting. Ini bisa menghambat kemandirian dan ketangguhan anak anaknya,” kata Harry, Rabu, (19/9/2018).

Di sisi lain lagi, ternyata orangtua millennial juga berusaha ingin kembali kepada kehangatan keluarga masa lalu.

“Banyak keluarga muda mulai menyepakati mematikan gadget ketika sedang makan atau bercengkrama bersama keluarganya,” jelas dia.

Sayangnya, keluarga keluarga muda ini umumnya tak punya pendamping baik pendamping dalam parenting maupun dalam menjalani bahtera rumah tangga.

“Di kota kota besar, tiada yang peduli pada keluarga muda ini apabila terjadi krisis rumahtangga seperti KDRT, pengasuhan yang salah, pertengkaran sampai perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, phk atau kesulitasn ekonomi, depresi istri atau depresi suami, dan segudang masalah lainnya,” tegas Harry.

Ia memisalkan, ada sebuah keluarga. Arief dan istrinya, keluarga muda dengan 3 orang anak usia 11, 7 dan 4 tahun, telah mendiami sebuah perumahan di pinggiran kota besar. Ia dan istrinya dulu adalah anak anak daerah yang merantau kuliah di Bandung, lalu Allah mempertemukan mereka dalam pernikahan.

“Sebagaimana keluarga muda lainnya, tanpa warisan orangtua, memulai hidup mandiri setelah menikah, bekerja di kota besar, tentu saja hanya mampu tinggal di daerah pinggiran. Arief harus berangkat pagi gelap sebelum anak bangun tidur dan kembali malam hari setelah anak sudah tidur,” cerita dia.

Anak anak keluarga muda seperti anak anak keluarga Arief di atas tentu saja mengalami Parentless. Harapannya, menurut Harry tentu ditumpukan pada komunitas atau Masjid untuk mendidik bersama.

“Jika tidak ada komunitas dan masjid, maka pilihannya sudah tentu sekolah formal. Namun banyak orangtua kelahiran 80-90an yang berfikiran maju nampaknya tak lagi percaya dengan sekolah, tetapi sayangnya mendidik anak sendiri tak yakin juga,”

Melihat permasalahan di atas, Harry menegaskan, obyek dakwah hari ini sesungguhnya adalah generasi masa depan, yaitu mereka yg pada hari ini berusia 0 – 25 tahun.

“Itu artinya bahwa obyek dakwah kita adalah generasi kelahiran 1995 – 2018. Generasi ini disebut generasi Z dan generasi Alpha,” terang dia.

Perusahaan perusahaan yg berorientasi masa depan membidik anak anak muda berbakat Gen Z dan Gen Alpha. Sebuah jargon disepakati, “Barangsiapa bisa mengambil hati Generasi Masa Depan maka akan Memenangkan Masa Depan”.

“Sayangnya kita masih tergagap merangkul GenZ dan Gen Alpha, bahkan orangtua merekapun yaitu Gen Y luput dari pembinaan dan pendampingan. Lihatlah masjid masjid kosong dari pembinaan pemuda dan pendampingan keluarga keluarga muda,”

Lihatlah masjid dan perumahan kosong dari pembinaan pemuda. Lihatlah anak anak TPA atau PAUD penuh di masjid, orang orangtua juga memenuhi masjid namun masjid kosong dari pembinaan GenZ, anak anak SMP, SMA, juga mahasiswa.

Menurutnya, para pemuda tumbuh tanpa sentuhan komunitas dan masjid. Masjid tak lagi menjadi tempat mendewasakan dan pusat belajar para pemuda, tempat mereka dibesarkan dan diaqilbalighkan atau dimukalafkan.

“Generasi pemuda kita tak lagi mengatakan, ‘Dulu aku dibesarkan oleh komunitas atau jamaah Masjid, Surau, Meunasah…'” ia prihatin.

Maka dari itu, Harry mencoba merumuskan solusi yakni dengan merintis program gerakan mengAqilBaligh kan Pemuda berbasis Masjid dan Merintis Program Pendampingan Para Orangtua Muda.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *