Dilema Game dan Uang

by
Bermain game bisa hasilkan ratusan juta rupiah tetapi di sisi lain kecanduan game diindikasikan sebagai gangguan mental. Foto: CNBC Indonesia.

“Saya nggak tanya karena pasti rahasia. Tapi yang jelas saya pastikan ratusan juta. Yang dulu mungkin orangtua-oranfgtua kaya saya ini kalau anak main (game) pasti saya tegur. Seharian main mobile legend pasti saya marahi. Tapi sekarang bisa datangkan uang ,” kata Jokowi, saat membuka acara Young On Top National Conference (YOTNC) di Balai Kartini, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Wartapilihan.com, Jakarta – Di era industri 4.0 yang notabene merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik yang mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif telah membawa banyak perubahan sosial pada masyarakat, salah satunya game. Kini, dengan bermain game terdapat kompetisi yang akan menghasilkan jutaan rupiah.

Bagi Reza Indragiri Amriel selaku aktivis Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mengimbau agar hati-hati dengan pernyataan yang dibuatnya kepada khalayak. Pasalnya, karena hal ini LPAI dan Johnson & Johnson membuat rangkaian acara “Jam Main Kita” sebagai respon atas kegelisahan yang Joko Widodo sampaikan saat LPAI datang ke Istana Negara beberapa bulan lalu.

“Saat itu Bapak katakan tak habis pikir melihat anak-anak begitu lengket dengan gawai mereka. Juga Bapak utarakan betapa Bapak rindu melihat pemandangan anak-anak bermain di tanah lapang,” demikian kesaksian Reza, yang disampaikan kepada Warta Pilihan, Selasa, (16/10/2018).

Menurut dia, adalah hal yang positif bahwa Jokowi telah membuka mata akan realitas baru dunia kerja. Tetapi ia menekankan, jangan sampai masyarakat berhenti pada penafsiran bahwa bermain game adalah hal yang lumrah dan justru baik.

“Tapi hati-hati lho, Pak. Jangan sampai masyarakat, apalagi anak-anak, kita berhenti pada tafsiran bahwa nge-game dalam waktu lama adalah oke karena itu laksana mengisi curriculum vitae sebelum menjadi hartawan,” tegas psikolog forensik ini.

Ditambah lagi, dia melihat, semakin banyak kalangan internasional yang kini tengah mengupayakan video game addiction masuk ke dalam daftar psychological disorder (gangguan psikologis).

“Tanpa harus menjadi terma ilmiah pun akal sehat kita sudah bisa menangkap gelagat bahaya ketika anak-anak menjadikan gawai sebagai ‘teman setia’ mereka,” tutur dia.

Tak hanya itu, banyak video game yang sarat dengan agenda kekerasan dan seksual, seperti Mobile Legends dan permainan lainnya. “Nah, kengerian itu menjadi sempurna tatkala anak-anak menjadi pecandu game dan bukan game sembarang game, melainkan game kekerasan. Antiklimaks ya, Pak Presiden,” pungkas Reza.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *