”Ya Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta hindarkanlah kami dari siksa neraka!”
(QS. al-Baqarah/2: 201)
Wartapilihan.com, Depok – Doa di atas disebut doa sapu jagat. Abduh Zulfidar Akaha dalam karyanya 165 Kebiasaan Nabi SAW, berpendapat bahwa dikatakan demikian karena doa ini paling ringkas, paling sering dibaca Nabi SAW. Hal ini disampaikan Dr Syamsul Yakin dalam edisi Doa Harian, Jum’at pagi, (4/8/2017), Depok.
“Biasanya doa ini dibaca sebagai penutup segala doa baik yang panjang maupun pendek. Tak hanya itu, doa ini juga kerap dibaca pada saat jamaah haji atau umrah yang tengah thawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Secara historis memang doa ini terkait dengan pelaksanaan ibadah haji,” ucap Dr Syamsul.
Bersumber dari Anas bin Malik, disebutkan: ”Doa yang paling banyak dibaca oleh Nabi SAW, yaitu: ”Allaahumma Aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ’adzaaban naar” (HR Bukhari dan Muslim). Disebutkan dalam riwayat Muslim ditambah, ”Anas (bin Malik) sendiri jika hendak berdoa dengan suatu doa, dia bermohon dengan doa ini.
“Ini adalah salah satu doa yang diawali dengan ”Rabbana” yang dimuat dalam al-Qur’an dan diidentifikasi sebagai doa Nabi Muhammad SAW. Muhsin Labib dalam bukunya, Kamus Doa mengatakan, di antara tata-krama berdoa di dalam Islam, dianjurkan berdoa dengan menggunakan teks-teks yang termaktub di dalam al-Qur’an.”
“Argumentasinya, kita ingin berkomunikasi dan mengungkapan keinginan kepada Allah SWT dengan menggunakan ungkapan yang Allah ajarkan di dalam al-Qur’an,” lanjutnya.
Dari delapan belas doa yang diawali dengan kata ”rabbana”, doa Nabi Muhammad SAW di atas, salah satunya. Ada juga doa Nabi Adam (QS al-A’raf/7: 23). Doa Nabi Ibrahim (QS al-Baqarah/2: 128; Ibrahim/14: 41; Mumtahanah/60: 4-5; al-Syu’ara/26: 83-87). Doa Nabi Isa (QS al-Maidah/7: 114). Doa Nabi Musa (QS al-Furqon/25: 74). Doa Nabi Yunus (QS Yunus/10: 85-86). Doa Nabi Sulaiman (QS al-Hasyr/59: 10). Kata ”Rabbana” itu sendiri adalah kata seru sekaligus pujian yang berarti ”wahai Tuhan kami!”, ia menuturkan.
Dosen Pascasarjana FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menambahkan, dalam konteks sosio-historis, doa ini berkaitan dengan ibadah haji. Jalaluddin al-Suyuthi dalam Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul, menuliskan asbab turunnya ayat ini (QS. al-Baqarah/2: 201). Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dai berkata. ”Sebagian orang Arab dulu datang ke tempat ibadah haji, lalu mereka berdoa, ’Ya Allah jadikanlah tahun ini tahun hujan, tahun subur, dan tahun kebaikan’. “Mereka sama sekali tidak menyebutkan tentang hari akhir. Artinya, yang mereka minta kepada Allah adalah urusan dunia saja,” papar Dr Syamsul.
Lalu, Allah merespons mereka dengan menurunkan firman-Nya: ”Maka di antara manusia ada yang berdoa, ”Ya Tuhan kami, berilah kami(kebaikan) di dunia, dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apapun” (QS al-Baqarah/2: 200). Lalu datang setelah mereka orang-orang beriman yang berdoa, ”Dan di antara mereka ada yang berdoa, ’Ya Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta hindarkanlah kami dari siksa neraka!” (QS. al-Baqarah/2: 201). “Tampak jelas bahwa komunikasi doa kaum beriman sangat visioner. Mereka meminta dunia dan akhirat,” tandasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Indonesia ini menjelaskan, Syaikh Nawawi Banten dalam magnum opusnya, Tafsir Munir, berpendapat bahwa kebaikan dunia yang dimaksud adalah ilmu, ibadah, terpelihara dari dosa-dosa, mati syahid, ghanimah (harta rampasan perang), kesehatan, kecukupan, dan taufik untuk kebaikan. Sedangkan Wahbah Zuhaili dalam judul tafsir yang sama, yakni Tafsir Munir, ”hasanah” adalah pertolongan, kesehatan, dan nikmat (atau rezeki). “Bagi Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, inlah contoh permohonan manusia yang ada pada setiap generasi dan semua tempat. Uniknya, saat menghadap Allah yang mereka mohon hanya dunia, tidak akhirat,”
Sedangkan kebaikan akhirat, Dr Syamsul menjelaskan, Syaikh Nawawi Banten berpendapat itu adalah surga dan kenikmatannya. Dalam hadits qudsi, disebutkan; ”Aku sediakan untuk hamba-hambaku yang shaleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak tebersit dalam hati manusia ….” (HR Muslim). Yang dimaksud dengan ”sesuatu” dalam hadits ini adalah surga.
Inilah doa tahajud yang indah dan menggetarkan hati itu: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkaulah penegak langit dan bumi dan alam semesta serta segala isinya. Bagi-Mulah segala puji. Engkau raja penguasa langit dan bumi. Bagi-Mulah segala puji, Pemancar cahaya langit dan bumi. Bagi-Mulah segala puji, Engkaulah yang hak, dan janji-Mu adalah benar, dan perjumpaan-Mu itu adalah hak. dan firman-Mu adalah benar, dan surga itu adalah hak, dan neraka adalah hak, dan nabi-nabi itu hak, dan Nabi Muhammad adalah benar, dan saat hari Kiamat itu benar.”
“Semoga doa yang kita panjatkan menghantarkan kita kepada kenikmatan surga, baik material maupun immaterial,”
“Siapapun kita, saatnya kita berpikir keras untuk membuat proyek untuk menyelamatkan diri kita dari azab dan sengsara baik dalam kehidupan kini di sini yang serba nisbi, maupun dalam kehidupan nanti di sana yang kekal abadi. Semoga!” Pungkasnya.
Eveline Ramadhini