Wartapilihan.com, Jakarta – Satu tahun kematian Siyono ternyata masih membekas di benak masyarakat sipil Indonesia. Meski telah berjalan satu tahun lamanya, masih banyak persoalan yang belum terjawab.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, kasus Siyono belum tuntas secara hukum, meskipun fakta melalui autopsi telah diungkap Komnas HAM dan Pemuda Muhammadiyah, di mana semua yang disebutkan oleh Polisi dan Densus 88 terkait penyebab kematian Siyono semuanya tidak benar.
“Proses hukum pidana terus akan kita tagih, dan dugaan suap sebesar 100 juta sudah kita serahkan kepada KPK untuk diusut dan akan segera kita tagih penyelesaiannya. Hal ini untuk mengungkap siapa pemain rente terorisme selama ini di Indonesia dan melawan rancang besar stigmatisasi terorisme terhadap Islam,” ujarnya lewat keterangan tertulis kepada Warta Pilihan dari Tokyo, Jepang, Kamis (9/3).
Menurut Dahnil, kasus Siyono adalah bagian terberat dan heroik dari perjuangan dakwah Muhammadiyah. Kasus ini sekaligus menjadi batu loncatan bagi kebangkitan Kokam Pemuda Muhammadiyah memaknai keikhlasan.
“Kasus Siyono menjadi pintu bagi jalan memahami ‘jeroan’ para bandit politik di Indonesia, menggunakan alat negara melakukan stigmatisasi teroris terhadap Islam, demi kekuasaan dan mengejar rente,” ujarnya.
Selama ini, kata Dahnil, narasi terorisme hanya ada di tangan Densus 88. Dengan kekuasaannya, Densus memperlakukan para terduga terorisme dengan semena-mena. “Tangkap. Melawan. Tembak. Mati, berikan sedikit ‘uang duka’ dan itu adalah teroris terkait jaringan bla..bla..bla…Tanpa ada upaya hukum untuk menghadirkan keadilan,” ujarnya.
Lebih lanjut Dahnil mengatakan, ketika negara absen dalam mengusut kasus Siyono, Komnas HAM meminta bantuan Muhammadiyah. Ormas Islam ini kemudian membantu dan menginisasi autopsi terhadap jenazah Siyono. Semua itu dilakukan untuk mencari kebenaran.
Proses autopsi, ujar Dahnil, melibatkan 9 dokter forensik Muhammadiyah dengan semangat yang luar biasa. Dibantu, lebih 1200 pasukan Kokam Jawa Tengah dan DIY dengan modal tauhid, ilmu dan amal, mengawal seluruh proses autopsi dan memastikan Keluarga Suratmi tidak lagi diteror berbagai pihak yang ingin mengubur fakta kematian Siyono.
“Banyak nama yang terlibat dan memberikan inspirasi luar biasa dari Kasus Siyono yang tak kunjung tuntas Ini. Tapi, perkenankan saya menyebut 2 nama, tanpa maksud mengecilkan nama lain. Suratmi dan Busyro Muqqodas,” tukas Dahnil.
Suratmi, kata Dahnil, memberikan pembelajaran yang luar biasa tentang makna integritas dan kehormatan. Di tengah banyak orang Indonesia tunduk dengan uang dan ancaman, Suratmi justru hadir melawannya.
“Perempuan kuat ini, berdiri tegak penuh kehormatan menuntut keadilan. Menolak suap 100 juta, dan menolak kalah dengan ancaman kepala desa dan ancaman lainnya dari berbagai pihak,” tegasnya.
Sementara Busyro Muqqodas tampil sebagai tokoh yang mengadvokasi untuk mencari keadilan. Menurut Dahnil, mantan Ketua KY dan Ketua KPK itu integritasnya melangit. Wataknya profetik, kesederhaannya membumi, dan keberaniannya membaja. “Di tengah itu semua, pria ini humoris level Bintang 5,” terang Dahnil.
Menurut Dahnil, Busyro menginspirasi dan memimpin upaya mencari keadilan terhadap Suratmi, sedangkan Dahnil dan rekan-rekan hanya melaksanakan semua instruksi dari Ketua Muhammadiyah tersebut.
“Tekanan dan teror tidak menyurutkan Pak BM, mau ngancam BM hehehe, hidupnya Sudah Bersahabat dengan ‘teror’ sejak muda. Dan Saya banyak belajar dari beliau,” pungkas Dahnil.
Reporter: Pizaro