BUNUH DIRI

by

Bunuh diri dengan sadar memang ada dan terbilang banyak di kota-kota besar dan justeru di negara-negara maju, tapi bunuh diri tanpa sadar lebih banyak lagi.

Wartapilihan.com, Depok– Memang, tak dapat dihindari, persaingan dan pertarungan hidup yang keras di kota-kota besar semakin hari semaķin sengit.

Menyempitnya tanah pertanian dan perkebunan membuat orang kota tumplek pada usaha industri dan jasa. Pada wilayah ini jelas tak ada daun hijau, kicau burung dan kecipak air di batu lagi untuk menghibur hati.

Panas udara buangan pabrik dan asap knalpot menghalau kesejukan sejak pagi-pagi.

Dan dada pun kian sesak di siang hari karena oksigen yang terasa berkurang dan persoalan hidup yang membuat orang gampang meradang (marah).

Konon lima atau empat puluh tahun silam menurut mertua saya, kota Depok adalah desa rimbun nan sejuk penuh pohon bambu di mana minyak goreng membeku di subuh hari. Ada banyak orang Jakarta yang tertawa ketika mendengar ada tetangganya yang ngungsi ke Depok setelah tergusur dari Jakarta karena kemudian menempati area “Jin buang anak” menurut celoteh mereka.

Tapi, menjelang tahun 2000 Depok mendadak ramai. Pembangunan gedung, toko swalayan, perumnas dan rumah-rumah elit menderu seperti lajunya kereta listrik dari Bogor menuju Jakarta.

Banyak orang yang tiba-tiba kaya raya mendadak karena harga tanah melonjak mahal dan usaha berkembang pesat.

Tapi banyak pula orang yang merasa terhimpit dan terjepit karena kalah bersaing. Ada yang stres, ada yang gila dan ada juga sampai bunuh diri. Di kampung Cikumpa ada dua orang tetangga saya usianya belum genap 35 tahun bunuh diri. Saya merasa terpukul karena sebagai makhluq sosial sudah semestinya peduli.

Dan disamping itu ada juga yang berkeluh kesah dan terburu-buru mengejar waktu. Pernah vespa saya ditabrak honda dari belakang dengan kecepatan tinggi, saya jatuh terkapar kemudian pingsan, dan yang menabrak saya seorang pemuda dengan tulang rusuk patah empat.

Seminggu kemudian saya mengambil vespa saya di kantor polisi, hanya lecet sedikit. Tapi saya melihat ratusan bangkai sepeda motor di belakang kantor itu. Menurut polisi, penunggangnya banyak yang tewas atas nama kecelakaan lalu lintas. Bukan bunuh diri.

Di suatu ketika ada anak muda yang menunggang sepeda motor melewati saya dengan kecepatan yang sangat tinggi sekali. Saking terkejutnya saya, terlontar ucapan, ” Mau kemana sih dia ?! “
Ada yang menjawab dari pinggir jalan ; ” Dia mau ke rumah sakit pak ! “
Maksudnya mau masuk ke rumah sakit.
Tapi banyak juga yang masuk kuburan.

Itulah bunuh diri tanpa sadar yang selalu disebut ” kecelakaan lalu lintas “.

Ada lagi bunuh diri atas nama sakit paru-paru dan sakit jantung dalam usia muda yang mulutnya tak putus ngebulkan asap rokok.

Di kota-kota besar di negara maju seperti di Amerika, Eropa dan Jepang, lebih banyak lagi orang muda yang bunuh diri baik secara sadar maupun tanpa sadar. Bukan hanya akibat kalah bersaing dan karena kemiskinan tapi lebih karena tidak kenal Tuhan.

Sementara negara miskin seperti Iraq dan Afghanistan yang diperangi AS dan sekutunya, orang yang bunuh diri nyaris tidak ada.

Justeru tentara AS dan Inggris yang pulang dari sana sebagai pemenang perang malah ramai-ramai bunuh diri… dengan nama stres !

Tapi yang sebenarnya adalah karena berperang demi uang yang jadi Tuhan.

Ustadz Iwan Hasanul Akmal (Dewan Dakwah Kota Depok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *