Bullying Sebabkan Trauma Psikologis

by
Ilustrasi: Yayasan Kita dan Buah Hati.

Fenomena bullying tidak bisa disepelekan oleh orang tua. Pasalnya, William Copeland dari Duke University mengutarakan bahwa anak yang dibully terancam mengalami trauma psikologis hingga dewasa. Orang-orang yang dibully sewaktu masih kecil sering mengalami depresi, mudah gugup, dan mudah panik.

Wartapilihan.com, Jakarta – Hal itu disampaikan oleh Elly Risman, pakar psikologi parenting. Ia menjelaskan, anak yang tiba-tiba berubah menjadi pemurung, tidak nafsu makan, atau berbagai perilaku lainnya bisa jadi merupakan ciri-ciri anak dibully.

“Dalam masa pencarian identitas, anak-anak sangat rawan bullying. Anak-anak membully karena meniru apa yang ia lihat. Ia melihat orang di sekitarnya menyelesaikan masalah dengan kekerasan verbal dan/atau fisik,” tutur Elly, dilansir dari Facebook Yayasan Kita dan Buah Hati, Rabu, (9/4/2018).

Itulah sebabnya, pada beberapa kasus, pelaku bully pernah atau sedang menjadi korban bullying di tempat lain.

Bullying bisa muncul dalam beberapa bentuk, yaitu (1) Bullying verbal, dimana
anak dibully lewat kata-kata buruk, (2) Bullying fisik, terjadi ketika anak dipukul (seringkali berkali-kali), ditendang, dijatuhkan, didorong, atau disentuh di area pribadi dengan cara yang membuat tidak nyaman, (3) Bullying sosial, dilakukan dengan mengucilkan seorang anak dari kelompoknya, dan (4) Cyberbullying
Menyebarkan ejekan, kebohongan, atau gosip melalui media sosial.

“Copeland juga mengutarakan bahwa permasalahan psikologis tidak terjadi pada pelaku (kecuali pada pelaku yang juga menjadi korban. Namun pelaku bully mudah terjebak dalam lingkaran pergaulan yang buruk dan melakukan berbagai kenakalan remaja,” papar dia.

Menurut Elly, perlu untuk mengajarkan anak untuk mengenali bully, terutama karena ada beberapa anak yang menganggap wajar untuk membully seseorang.

“Lebih parah lagi kalau sampai anak korban bully merasa dirinya memang pantas dianiaya oleh orang lain,” tuturnya.

Elly menegaskan, perlindungan yang baik agar anak bisa mengatasi perilaku bully adalah dengan mengajarkan bahwa setiap orang itu berharga dan tidak pantas diperlakukan dengan tidak baik.

“Biasakan berbicara dengan anak secara sopan, begitu pula anak perlu diajari untuk berbicara sopan dan halus,”

Lebih lanjut Elly mengatakan, perlu untuk menghormati anak beserta hak-haknya, dan ajari ia untuk menghormati orang lain.
Dengan cara inilah harga dirinya akan terisi dan ia akan mampu mengatasi perilaku bully di sekitarnya.

Mengenali perilaku bully bukan hanya penting untuk menghindari anak dari menjadi pelaku atau korban, tapi agar ia bisa bertindak dengan tepat saat melihat perilaku bully di sekitarnya.

“Jika anak melihat perilaku bully, anak perlu mampu mencari orang yang mampu menengahi perilaku tersebut. Ajari untuk meminta tolong pada orang dewasa di sekitarnya untuk mengatasi perilaku bully yang ia hadapi,” tegas lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini.

Elly menekankan, dengan menggenapkan jiwanya dalam kasih sayang yang berlimpah dan kemampuan sebagai orangtua untuk menangkap bahasa tubuh dan perasaannya, anak akan mampu menyelamatkan temannya dari bahaya bullying.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *