Berpelukan 20 Detik

by
Foto: Persalinan cosmomom.net

Ada teknik yang dapat dilakukan untuk menjaga kedekatan emosional antara anggota keluarga, yakni berpelukan selama 20 detik setiap harinya.

Wartapilihan.com, Jakarta –Metode ini dianjurkan oleh para psikolog sejak empat tahun lalu karena menimbulkan rasa nyaman dan kedekatan yang intim.

Pak Ading selaku trainer Childhood Optimizer menjelaskan, teknik berpelukan selama 20 detik ini dapat mendeteksi residu marah atau ketidakpuasan yang ada dalam diri pasangan.

“Kadangkala, ketika ada masalah, kita sudah minta maaf, tapi tetap ada rasa canggung untuk ngobrol seperti kondisi normal. Ada gengsi yang masih tersangkut di hati. Ada rasa tidak nyaman,” tutur Pak Ading, di akun Facebooknya, Jum’at, (8/12/2017).

Pak Ading yang merupakan pelatih para orangtua muda untuk mampu meningkatkan kapasitasnya sebagai orangtua ini menjelaskan, terdapat banyak dampak positif, baik kepada pasangan maupun pada anak.

“Saya mempraktikkan langsung di keluarga kami, dan terbukti banyak manfaat yang kami rasakan sebagai salah satu tools untuk mempercepat redanya kemarahan atau menghilangkan residu kemarahan yang masih menempel di hati,” terangnya.

Selain itu, pelukan 20 detik dapat bermanfaat kepada anak untuk merasa lebih tenang ketika ditinggal bekerja oleh orangtua atau orangtua izin pergi ke suatu tempat, atau izin pergi ke luar kota.

“Sejatinya, kita sedang mentransfer energi positif kepada anak kita, sehingga anak kita bisa lebih tenang karena dari sisi afeksi, ia menerima curahan kasih sayang yang kita simbolkan dalam bentuk pelukan 20 detik,” imbuh Pak Ading.

Ia menyarankan, jika masih ada residu masalah, sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu dengan baik-baik. “Diam, menangis, merusak barang, marah-marah, tidak menyelesaikan masalah karena justru bisa menambah masalah,” tukas dia.

Agar metode ini berjalan efektif, Pak Ading merekomendasikan agar memastikan mata yang bertemu setiap kali hendak berpelukan.

“Semakin bagus bonding (ikatan) antaranggota keluarga, makin solid dan kompak sebuah keluarga. Jika kelak ada masalah, mereka akan saling bantu menyelesaikan tanpa harus marah-marah,” pungkas Alumni Sosiologi UI ini.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *