“Barokah Ulama” di Meja Ketoprak

by

Wartapilihan.com, Jakarta – Amat (16 tahun) dengan gesit melayani 3 pemesan ketopraknya. Sejak pukul 07:00 pagi tadi, ia mendorong gerobak dari kontrakannya di belakang Terminal Senen menuju Istiqlal. Tepatnya, sebuah ruang di trotoar antara gerbang utama Istiqlal dan halte Transjakarta.

“Kalau hari biasa, saya berjualannya di terminal, nggak boleh di sini,” ujar Amat kepada Warta Pilihan, Jum’at (31/3) malam. Hari itu, ia dan beberapa pedagang lain -sebagian besar tinggal di kontrakan yang sama dengan Amat- lebih leluasa menjajakan dagangan. Tidak ada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang merazia mereka. “Enaknya gini kalau ada aksi,” kata dia. Aksi yang dimaksud adalah Aksi 313 yang digelar FUI, dengan melibatkan banyak umat Islam.

Keberadaan pedagang makanan dan minuman memang menolong kebutuhan para pendemo. “Saya hampir nggak istirahat menyiapkan ketoprak dan mencuci piring,” ungkap pemuda putus sekolah ini. Sejak 2011, Amat memilih meninggalkan kampungnya di Sampang, Madura, untuk mengadu nasib ke Jakarta. “Saya diajak tetangga di kampung, katanya bisa jualan ketoprak atau kopi di Jakarta,” terangnya.

Ia mengaku tak pernah ketinggalan untuk menjajakan ketoprak setiap ada aksi di Istiqlal, seperti Aksi Bela Islam sejak jilid I, 14 Oktober tahun lalu. “Saya setuju dengan apa yang hendak diperjuangkan. Di kampung, saya dididik untuk mengikuti petuah ulama. Maka saya yakin ada barokah ulama kalau saya berjualan di sini,” kata dia dengan nada bangga.

Keuntungan yang didapat Amat saat berdagang di tengah aksi bisa mencapai 7 kali lipat dari hari biasa. “Biasanya untung bersih sehari kisaran 100 ribu, sekarang bisa sampai 700 ribu, bahkan lebih,” ungkapnya.

Agar persediaan bahan ketoprak selalu tersedia, kakak Amat memasok ketupat, tahu, telur rebus, dan bumbu-bumbu di siang hari. “Kakak tetap jualan di sana (terminal Senen-red), sambil masak buat kebutuhan saya,” papar dia.

Kesenangan serupa disampaikan Ati (53 tahun), pedagang minuman kemasan. Ia duduk menjajakan dagangannya di dekat meja Amat, dan memang keduanya berasal dari kampung yang sama.

“Untungnya lumayan, kita niatkan biar yang demo bisa minum, tidak kehausan,” terangnya.
Di hari biasa, sambung ibu 2 anak ini, “…kami diusir-usir dari sini, nggak boleh masuk masjid juga,” ungkapnya. Sejak suaminya wafat 3 tahun lalu, Ati berjualan di sekeliling Istiqlal.

“Padahal kita cuma cari uang halal, dagang minuman halal. Tuh yang ngehina Al-Qur’an yang harusnya diusir,” harap dia, dengan mengacu kepada Gubernur DKI non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang saat ini berstatus tersangka penistaan agama. I

Reporter: Ismail Al-‘Alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *