Asmat Butuh Pembinaan Keislaman

by
Suasana TPA anak-anak balita di Masjid An-Nur., Asmat. Foto: Zuhdi

Apa artinya bangsa yang mayoritasnya Muslim, jika keislamannya hanya tinggal nama saja?

Wartapilihan.com, Papua –-Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.

Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik, Protestan dan Animisme yakni suatu ajaran dan praktik keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi Suku Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka. Setiap ritual ini diadakan, dapat dipastikan banyak sekali ulat yang dipergunakan. (Kal Muller, Mengenal Papua, 2008, hal 31).

Sejak 1980-an, telah ada dari kalangan suku Asmat yang memeluk Islam. Namun, tidak adanya pembimbing menjadikan Muslim Asmat seolah diabaikan. Menurut Ustadz Fadlan, sampai hari ini sekitar 221 suku di Papua yang sudah memeluk Islam. Jumlah warga tiap suku bervariasi, mulai dari ratusan sampai ribuan.

Ali Hanafiyah yang sebelumnya menjadi Imam Masjid Istiqlal mengatakan dari tahun 1980an, telah ada dari kalangan suku Asmat yang memeluk Islam. Namun, tidak adanya pembimbing menjadikan Muslim Asmat seolah diabaikan.

“Mereka yang masuk Islam lalu mendapat pemberitaan dari media. Tapi setelah itu, tidak ada bimbingan berkesinambungan sehingga mereka tidak menjalankan Islam secara kaffah,” kata Ali seperti dilansir Arrahmah.com.

Ali mengatakan adalah tugas umat Islam untuk bersama-sama memberikan perhatian dan bimbingan kepada Muslim Asmat.  Umat Islam perlu mencontoh Rasulullah SAW saat mendidik para sahabat seperti Abu Bakar, Umat bin Khattab, dan Ustman bin Affan.

“Nabi SAW mengislamkan kota Mekkah dengan mendekati para pemimpin kabilah kota itu. Lalu beliau bentuk Makkah sebagai pusat penyebaran Islam,” papar Ali.

Untuk itu, menurut Ali, kelak suku Asmat dapat menjadi pusat penyebaran Islam di Papua. Ia percaya masuknya Islam ke Papua akan memberikan perubahan pada wilayah itu. “Kita akan buat Papua menjadi lebih bermartabat,” katanya.

Infrastruktur Dakwah di Asmat

Kamis malam (8/2) kami mengunjungi masjid kedua setelah Masjid An-Nur. Yaitu Masjid Saiful Bukhori. Terletak 50 meter dari dermaga Asmat, masjid ini berada di atas lahan seluas 200 meter. Saya jumpa dengan Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Masjid (PKM) Samsul Bahrun.

Ia menceritakan awal pendirian masjid sempat ada penolakan dari saudara-saudara non-muslim pada tahun 2010. Namun dengan dukungan Bupati Kabupaten Asmat Yupensus Abiagai, pada saat itu pendirian masjid berjalan. Seiring waktu, jumlah muslim di Asmat bertambah dan masyarakat mewakafkan lahannya untuk pembangunan masjid.

“Pada saat itu kita ajukan (ke Pemda Asmat) dan muslim di sini sudah memenuhi syarat. Alhamdulillah ada dana dari pemerintah daerah sebesar Rp 200 juta,” tuturnya saat ditemui Wartapilihan.com usai melaksanakan shalat maghrib.

Awalnya, kata Samsul, dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan masjid di Pemda Asmat. Tetapi karena ada pertimbangan lain, niat tersebut diurungkan. Akhirnya dana tersebut mengendap di Bank. Sementara dana hanya untuk pembangunan masjid dan harus memiliki izin dari Bupati.

“Pada tahun 2008, kami mengajukan rencana membuat masjid ke Pemda. Pada saat itu, sudah pembabatan lahan. Karena saudara kita ada dari TNI dan ingin dilibatkan ketika kerja bakti, mereka (TNI) datang untuk kerja bakti. Tetapi ada yang melihat itu sebagai intervensi, sehingga Bupati datang dan menunda pembangunannya,” ujarnya.

Hal itu dikhawatirkan oleh non-muslim di Asmat jika perkembangan muslim bertambah pesat. Namun, jika ada warga Asmat yang masuk Islam, kata Samsul, merupakan kesadaran masyarakat tanpa ada paksaan.

“Kita ingin menerangkan kepada mereka bahwa Islam bukan agama paksaan. Jangankan orang yang mau kita dakwahkan, paman nabi (Muhammad) sendiri tidak bisa jadi muslim kalau bukan hidayah dari Allah SWT,” ungkapnya.

Fenomena yang lumrah terjadi di Asmat, lanjut Samsul adalah ihwal perkawinan antara muslim dan non-muslim. Sang perempuan harus mengikuti agama yang dianut oleh suaminya. Kendati demikian, toleransi masyarakat Asmat cukup tinggi.

Yang terpenting, bagi Samsul muslim di Asmat harus memakmurkan masjid-masjid yang didirikan. Untuk da’i/muballigh di masjid Saiful Bukhori, ia mengkoordinasikan PNS, guru atau masyarakat yang memiliki dasar keislaman.

“Alhamdulillah teman-teman dari (jamaah) tabligh ini gencar datang dan membantu kita. Tapi itu juga satu tantangan bagi kita karena yang datang dari Pakistan, Bangladesh. Masyarakat disini khawatir mereka (Jamaah Tabligh) akan melakukan Islamisasi,” imbuhnya.

Samsul menuturkan, masyarakat Asmat khawatir orang (luar) yang datang ke masjid membawa paham ekstrim. Guna mengantisipasi hal tidak diinginkan, PKM melakukan seleksi dengan merujuk kepada materi-materi yang disampaikan sang da’i.

“Justru kita yang paling bertanggung jawab kalau ada orang luar kesini. Kami juga tidak akan menerima paham itu. Karena mereka tidak hanya membawa paham permusuhan tetapi juga perpecahan di antara umat Islam itu sendiri,” jelas pria asli Asmat ini.

Untuk siraman rohani, setiap bulannya Samsul bersama beberapa rekannya mengadakan kajian rutin. Materi yang dibahas yaitu seputar aqidah, ibadah, fiqih, dan muamalah. Sedangkan untuk dakwah yang dilakukan jamaah tabligh, pengurus masjid Saiful Bukhori memberikan pemetaan antara masyarakat muslim dan non-muslim.

“Jamaah Tabligh ini luar biasa dakwahnya. Mereka bukan organisasi, tetapi sangat terorganisasi. Kita memberikan kesempatan kepada mereka karena sudah membantu saudara kita yang masih enggan ke masjid,” katanya.

Tantangan Kristenisasi

Jurnal Misi Kristen The Modlem World, edisi Oktober 1946, memuat ungkapan J. Christy Wilson, seorang Tokoh Misionaris Kristen, bahwa: “Evangelisme for Mohammaedans is probably the most difficult of all missionary tasks.”

Tokoh misionaris Kristen Samuel Zwemmer juga mengakui, bahwa kekuasaan Islam adalah terletak dalam karakter Islam sebagai agama tauhid. The chief factor in this problem, however is the character of Islam itself as a theistic faith. The strength of Islam is in its tremendous and fanatical grasp on the one great truth monotheism.

Pakar Kristolog Abu Deedat mengingatkan misi Global kristenisasi ialah menargetkan 50 persen penduduk dunia menjadi pengikut Kristus, seperti yang tercantum dalam buku Sejarah Gereja.

“Mereka melihat Indonesia sebagai lahan yang subur, karena mayoritas penduduknya beragama Islam dan merupakan negara Islam terbesar kedua di dunia. Misi kristenisasi di Indonesia menargetkan 160 juta rakyat Indonesia atau sekitar 80 persen dari total penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang, harus menjadi Penganut Agama Kristen,” papar Abu Deedat dalam majalah Modus.

Senada hal itu, dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta Pendeta Dr. Martin Sinaga dalam artikel di majalah Pantau menyatakan, bahwa kristenisasi bukan ilusi dan itu sungguh-sungguh terjadi.

“Pada awalnya misi kristenisasi di bebani oleh pemerintah kolonial yang didukung Belanda, tapi kurang berhasil. Selanjutnya, misi ini dibebani oleh negara-negara terutama Amerika Serikat, yang sulit dipungkiri punya media dan uang untuk melancarkan Missionary itu,” ujar Pendeta Martin Sinaga dalam wawancara dengan majalah Pantau.

Karena itu, masalah aqidah Islamiyah, masalah iman dan masalah pemurtadan perlu senantiasa menjadi perhatian serius dari seluruh kaum muslim, khususnya para ulama dan cendekiawannya. Masalah ini lebih penting daripada masalah syariat Islam atau masalah politik, ekonomi sosial dan sebagainya. Sebab, aqidah adalah fondasi, landasan, dan pijakan dari seluruh bangunan Islam.

“Islam ditegakkan di atas lima hal: persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, penunaian zakat, pelaksanaan haji ke Baitullah, dan shaum Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *