Allah Ta’ala berfirman dalam Quran Surat Al-Ankabut ayat 56 “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja”.
Wartapilihan.com, Depok – Dalam surat Ali Imran ayat 273, Allah menegaskan, “Katakanlah, ‘sesungguhnya karunia itu di tangan Allah. Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. “Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS al-Nur/24:32).
Tapi mengapa kehidupan masyarakat di negeri ini dalam berbagai segi dililit sempit? Padahal negeri ini berlimpah komoditas, seperti hutan, lautan, berbagai tetumbuhan. Hal itu disampaikan dalam Seri Asmaul Husna, oleh Ustadz Dr. Syamsul Yakin, MA, hari ini (11/7), di Depok.
“Apalagi, kita berpenduduk lebih dari dua ratus enam puluh juta, sebuah potensi besar untuk menegakkan cita membangun bangsa yang sejahtera, berkeadilan, dan berperadaban,” ia mengatakan.
Ia bertanya, mungkinkah karena tingkah kita selama ini melanggar sebuah doa Nabi?: “Ya Allah, siapa saja yang menjadi pengatur urusan umatku, kemudian ia memberatkan mereka, maka beratkan ia. Siapa saja yang menjadi pengatur urusan umatku, kemudian ia bersikap lemah-lembut kepada mereka, maka lemah-lembutlah Engkau kepadanya” (HR. Muslim).
“Kadang kita memperluas yang sebenarnya sempit, dan membuat sempit persoalan yang sebenarnya luas dan mencakup hajat hidup manusia,”
“Inilah buah dari perbuatan kita itu: kesengsaraan, degradasi, kemelaratan, kebodohan, pertikaian, perpecahan, perselisihan, kriminalitas, pembunuhan, kurang gizi dan malnutrisi, hujan musibah dan bencana alam (tsunami, gempa bumi, lumpur menyembur, gunung meletus, aneka rupa kecelakaan baik di darat, laut, maupun di udara). Krisis kepercayaan dan saling-tuduh, beragam konflik yang mengelilingi, di negeri ini adalah buah laain yang biasa dinikmati sehari-hari,” lanjutnya menerangkan.
Ia mengatakan, perlu memahami sifat Allah yang mencakup segala sesuatu, Yang Maha Luas yang tercantum dalam Al-Quran “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja” (QS al-Ankabut/29: 56). “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak” (QS al-Nisaa/4: 100).-Waasi’. Menurut Quraish Shihab, spektrum makna al-Waasi’ dalam al-Qur’an sangat bersegi banyak, yakni: izin arah kiblat salat dalam perjalanan (QS al-Baqarah/2: 115), ihwal Thalut sebagai raja Bani Israil (QS al-Baqarah/2: 247), pelipatgandaan sedekah (QS. al-Baqarah/2: 261), balasan zakat dan sedekah (QS. al-Baqarah/2: 28), petunjuk keagamaan daan kekuatan hujjah (QS Alu Iman/3: 73, QS al-Maidah/5: 54), ihwal kekayaan materi (QS al-Nur/24: 32), pengampunan (QS aal-Najm/53: 32), dan perceraian suami isteri (QS al-Nisa/4: 130).
“Rangkaian ayat ini sejatinya meyakinkan kita bahwa Allah Yang Maha Luas itu adalah: Dia Yang Maha Luas Kedermawanan-Nya, siapapun terlimpahi rizki. Dia Maha Luas Kekayaan-Nya, semua makhluk secara sempurna menikmati kucuran kekayaan-Nya. Ia Maha Luas Ilmu Pengetahuan-Nya, sehingga Allah mustahil keliru dan salah dalam mengatur hajat dan kebutuhan hidup manusia.”
“Dengan semua itu, Allah tidak keliru mengapa manusia harus dibuat kaya atau miskin, sehat atau sakit, sengsara atau bahagia. Manusia saja yang sempit ilmunya sehingga sulit menguak semua Kehendak Allah kepadanya,” paparnya.
Ia menekankan agar menata diri untuk perubahan dan perbaikan pada semesta. “Saatnya kita menata diri, keluarga, masyarakat, termasuk penduduk negeri yang kepadanya kita gantung segantang asa, untuk memulai perubahan dan perbaikan. Kita harus meyakini bahwa segala sesuatu yang Allah berikan senantiasa membesar, seperti ilmu, harta, kebaikan, dan segalanya. Semua itu terjadi karena sifat Allah sebagai al-Waasi’,” pungkasnya. ||
Eveline Ramadhini