WARTAPILIHAN.COM, Jakarta. 5 Juni merupakan peringatan hari lingkungan hidup sedunia. Hewan dan tumbuhan ada di antara manusia untuk memudahkan dan melanjutkan kehidupan (survival). Seperti tercantum dalam Al-Quran surat An-Nahl [16] ayat 13 dikatakan, “Dan dia (menundukkan pula) apa yang dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.”
Kita bisa bayangkan, jika pohon meraung-raung ketika diambil buahnya atau kayunya, mungkin kita akan kesusahan memikirkan bagaimana mematikan pohon. Kita juga bisa renungkan, bagaimana jadinya jika air tak berkenan menjadi penyejuk bagi dahaganya kerongkongan. Atau, ikan-ikan di laut, jika ia juga tidak bersedia ditangkap, barangkali manusia akan kekurangan gizi berupa protein hewani. Tetapi sungguh bersyukur, atas izin Sang Pengatur Bumi, segalanya telah ditundukkan bagi manusia.
Mencintai alam ialah suatu yang niscaya bagi seorang insan. Jika rasa cinta tak dipunya, manusia hanya akan menjadi orang-orang yang merusak bumi (fasaadu fil Ardi). Contohnya, seperti sampah-sampah plastik yang menumpuk di kali yang sebabkan banjir, dan pohon-pohon muda yang ditebang tanpa reboisasi. Dua masalah ini jadi permasalahan paling inti, karena berkaitan dengan masa depan generasi penerus bangsa, yang berupa anak-anak–nun kelak akan mewarisi bumi, sebagai generasi penjaga bumi.
Kementrian Kehutanan Republik Indonesia memiliki data, sebanyak 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut per tahunnya. Dari jumlah hutan sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang.
Sedangkan data dari Jambeck menjelaskan (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang.
Mendidik anak untuk mencintai lingkungan ialah hal sangat penting. Perlu untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak tentang lingkungan. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan, agar ia dapat menghargai di mana ia berada.
Cara yang dapat dilakukan beragam, seperti mengajak anak untuk mengurangi budaya konsumtif yang berlebihan. Di bulan Ramadhan ini, keinginan untuk berkonsumsi justru seringkali lebih tinggi daripada bulan biasanya. Sesuai ajaran Islam, anak bisa diajari untuk tidak selalu membeli baru. Pada taraf yang lebih tinggi, anak dapat diajarkan untuk mengurangi penggunaan plastik. Untuk menjelaskan mengapa mesti mengurangi penggunaannya, dapat disisipkan berita lingkungan. Seperti, ikan-ikan di laut yang isi perutnya adalah plastik.
Mengenai permasalahan pohon, ajari anak untuk menghemat buku yang ia pakai untuk menulis. Pasalnya, sang anak perlu mengetahui dari mana asal-usul kertas, sehingga ia bisa lebih peduli terhadap pohon-pohon di muka bumi. Selain itu, anak juga dapat diajarkan menanam bibit-bibit pohon atau tanaman yang dapat berbuah.
Namun demikian, kita perlu mengemas cara pengajaran kepada sang anak agar ia tertarik dan sadar dengan sendirinya. Mendidik dengan kasih sayang dan tanpa paksaan akan membuat sang anak sadar tentang pentingnya merawat alam.
Reporter: Eveline Ramadhini