Usai Tempo membuat sebuah artikel bertajuk ‘Otak-Atik Paket Bansos dan Jatah untuk Pejabat Negara’, (https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/162160/otak-atik-paket-bansos-dan-jatah-untuk-pejabat-negara#) berlanjut ke tagar #TangkapAnakPakLurah menjadi trending topik di linimasa Twitter mulai tanggal 20 Desember 2020.
Wartapilihan.com, Jakarta– Akibat pemberitaan tersebut Tempo dibalas dengan tagar #TempoMediaASU sebagai bentuk balasan atas berita investigasi tersebut karena merasa terganggu. Bagaimana fenomena riilnya di jagat dunia maya, berikut ini analisis big datanya dengan mengambil data dari tanggal 20 – 27 Desember 2020.
Trend Berita Seputar Tangkap Anak Pak Lurah
Apa yang menjadi kekhawatiran awal, bahwa berita tentang hal ini akan meredup seiring dengan berlalunya waktu memang terbukti. Hingga dengan saat penulisan ini, hanya Tempo saja yang berani melakukan investigasi atas kasus tersebut. Media lain, kalaupun memberitakan hanya sebatas mengutip dari Tempo.
Gambar 1. Trend Pemberitaan Seputar Tangkap Anak Pak Lurah
Meski demikian, topik tentang Gibran, bansos dan Sritex masih cukup signifikan di bahas di media online sebagaimana tampak di Gambar 2. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat atas kelanjutan kasus yang sudah diangkat Tempo masih tetap tinggi. Masyarakat kurang berminat atas perseteruan Tempo dengan BuzzeRp terkait dengan Tagar #TangkapAnakPakLurah
Gambar 2. Trend Pemberitaan Seputar Gibran, bansos dan Sritex
Word Cloud
Word cloud adalah representasi visual dari kata-kata yang sering digunakan dari data teks. Biasanya digunakan untuk menggambarkan metadata kata kunci (tag) dari suatu berita atau teks. Terkait dengan kasus di atas, berikut ini adalah kata kunci yang sering muncul dalam pemberitaan seputar bansos sebagaimana bisa dilihat di Gambar 3. Semakin besar huruf yang muncul menunjukkan semakin seringnya kata tersebut muncul. Dari Gambar 3 nampak bahwa Gibran, KPK dan korupsi termasuk kata-kata yang sering terungkap di media online. Nampaknya masyarakat berharap banyak bahwa KPK akan mendalami kasus ini agar terang benderang tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Gambar 3. Word Cloud Pemberitaan seputar bansos
Perang Tagar di Twitter
Nampaknya pemberitaan Tempo telah memicu perang tagar yang cukup ramai di jagat Twitter. Hal ini nampak dari adanya perang tagar #TangkapAnakPakLurah yang diusung oleh @ParyBang di tanggal 20 Des 2020 jam 08:15 PM yang kemudian dilawan dengan #TempoMediaAS* yang diusung oleh @blackspyyder di jam 09:36 PM tanggal 20 Des 2020. Dengan jumlah status yang relatif hampir sama, tagar #TempoMediaAS* mendapat Reply yang lebih banyak dengan interaction rate 4.61 yang setara dengan 1 status mendapat lebih kurang 5 RT/ Reply lebih tinggi daripada tagar #TangkapAnakPakLurah yang mendapat interaction rate 3.95 atau setara dengan 1 status mendapat 4 RT/ Reply sebagaimana bisa dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Percakapan di Twitter seputar #TangkapAnakPakLurah dan #TempoMediaAS*
Perang tagar ini sedemikian sengitnya sehingga rasanya susah dimediasi sebagaimana nampak pada peta SNA di gambar 5. Tidak ada tokoh yang dominan dalam perang tagar tersebut.
Gambar 5. Peta SNA (Social Network Analyzer) seputar #TangkapAnakPakLurah dan #TempoMediaAS*
Namun ada fenomena menarik yang dikemukakan Dandhy Laksono sebagaimana nampak pada Gambar 6. Nampaknya ini yang menjadi alasan kenapa jarak kedua kubu yang cukup jauh sebagaimana terlihat pada peta SNA di atas.
Gambar 6. Komentar Dandhy Laksono terkait tagar #TempoMediaAS*
Frekuensi penggunaan kata-kata dalam perang tagar seputar #TangkapAnakPakLurah dan #TempoMediaAS* bisa dilihat pada Gambar 7. Dari sini nampak betapa kurang beradabnya para BuzzeRp dalam mensikapi sesuatu. Stigmatisasi dan character assasination menjadi hal yang jamak dilakukan. Bahkan dalam banyak kasus terkesan wajib dilakukan dalam rangka pembunuhan karakter. Untung pihak pendukung Tempo tidak terprovokasi sehingga tidak mempertajam situasi menjadi semakin parah. Salut juga dengan Dandhy Laksono yang bisa berfikir positif dalam menghadapi tagar #TempoMediaAS*.
Sebagai catatan akhir, ketika ada dua kubu yang saling bersitegang dalam klaim atas sesuatu, mestinya perlu ada pihak ketiga yang netral dan bisa menjadi titik terang. Dalam kasus perang tagar #TangkapAnakPakLurah dan #TempoMediaAS* nampaknya perlu KPK untuk membuat titik terang bagi semua pihak. Persoalannya, beranikah KPK ? Kita tunggu saja…
Ir. Munawar, MSi, PhD
Dosen & Praktisi IT
Penulis Buku: Adab & Fiqih di Media Sosial
Pemesanan Buku, https://www.tokopedia.com/difabooks/adab-dan-fiqih-bermedia-sosial