Adian Husaini: Indonesia 2045

by

WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Cendikiawan Muslim DR. Adian Husaini memaparkan, umat Islam harus menyadari bahwa Indonesia ini dengan mayoritas Islam terbesar di dunia sedang menjadi sorotan dan mendapatkan perhatian yang sangat serius. Hal itu disampaikan Adian kepada Warta Pilihan karena melihat Indonesia hampir menuju satu abad tahun 2045.

“Peradaban kita sedang memiliki persoalan besar, karena persoalan Ahok saja PBB sampai ikut bicara. Urusan seorang pendeta di Bekasi saja seorang Menlu Amerika ikut berkomentar. Bicara tahun 2045 itu tidak panjang, tinggal sekitar 28 tahun lagi satu generasi, jadi sudah dari sekarang kita memulai perubahan peradaban,” katanya

Sebab, lanjut Adian, perubahan peradaban dimulai dari kepemimpinan politik dan dimulai dari satu generasi. Para ulama dahulu telah melahirkan generasi yang bernama generasi Salahudin, generasinya lahir dari madrasah dan sekolah-sekolah Islam.

“Sesungguhnya kita semua memiliki tanggung jawab besar, jutaan massa yang dikumpulkan dalam satu waktu aksi Bela Islam itu apakah tidak digunakan dengan maksimal?,” tanyanya.

Menurutnya, salah satu peradaban yang menang ingin menguasai dunia, seperti Barat ketika komunisme sudah runtuh, dia kembali menguasai dunia. Setelah Barat menang, mereka yakin setelah itu tidak ada sistem demokrasi liberal baru. Tetapi apabila tidak terbukti kenapa mereka takut sekali Islam itu muncul. Mereka yakin yang bisa mengalahkan peradaban Barat hanya Islam, sesuai analisis dalam buku the Clash of Civilization tulisan Samuel P Huntington.

“Samuel P Huntington pernah menulis The Clash of Civilization, cara pandang Donald Trump mirip sekali dengan isi buku ini dan dia sangat takut sekali dengan peradaban Islam. Dalam buku itu dunia di kotak-kotakkan menjadi 8, salah satunya adalah peradaban Islam,” lanjut dosen pemikiran Islam di UIKA Bogor ini.

Pendiri INSIST ini melihat, isu global yang menarik bukan komunisme, tetapi isu Islam radikal, namun isu tersebut hanya masalah politik dan militer. Secara substansi, makna filosofis dari hal itu karena menyangkut keilmuan.

“Jadi, konflik antara Barat dengan komunis itu hanya konflik sebentar saja. Tetapi konflik peradaban antara Barat dengan Islam merupakan konflik yang mendasar, besar dan berlangsung panjang. Sebenarnya kita bisa melihat dalam sejarah setidaknya Islam mengalahkan Barat dua kali. Islam menaklukan Andalusia 800 tahun, memegang Constantine 1453, memenangkan perang salib, dan itu tidak bisa hilang. Permusuhan itu abadi kata Huntington,” Adian menerangkan.

Semua orang di dunia ini, jelas Adian, mereka mengaku hidup di zaman modern, modern menurut mereka adalah rasionalitas. Artinya agama sudah tidak berlaku lagi menentukan ini baik atau buruk, ini salah atau benar, agama tidak berlaku lagi. Isu pemisahan antara agama dan politik contohnya merupakan isu lama yang sudah di gembor-gemborkan Barat.

“Kalau kita mau mulai membangun peradaban maka konsep ilmunya dulu harus islami. Konsep ilmu lah yang membedakan kata Prof. Naquib Al-Attas, karena peradaban dimulai dari situ, termasuk cara pandang berpikir,” terang mantan Sekretaris Jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI).

Seorang Yahudi yang masuk islam dia mengatakan peradaban barat ini jelas tidak manusiawi. Sir Iqbal mengatakan peradaban Barat itu merupakan peradaban yang menghilangkan keyakinan. “Jadi jangan heran kalau pendidikan kita sekarang itu hilang dari keyakinan, padahal Keyakinan itu lebih buruk daripada perbudakan,” tukas dia.

Peraih gelar doktor di Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) ini melihat, kunci menjauhkan Islam dari peradaban itu ada dua, pertama keyakinan atau kebanggaan dan kedua hilangkan masa lalu (sejarah). “Belanda dari dulu telah berhasil membelokkan kita tentang pendidikan dari keyakinan. Jadi kita tidak tersambung lagi mulai dari sejarah Nabi Adam, Nabi Nuh hingga Rasulullah itu putus,” tambahnya.

“Contohnya tentang asal usul penciptaan atau sejarah manusia, masih saja ada yang berkeyakinan bahwa kera itu merupakan moyang manusia, heran sekali. Pemutusan sejarah dari nabi Adam ini sangat serius, karena nanti tentang kebutuhan manusia, tujuan hidup manusia, dari beribadah sampai cari makan itu lain, nanti konsep pembangunannya juga beda lagi,” ucapnya.

Sejarah Nabi Adam melawan iblis akhirnya terputus. Tidak heran anak sekolah ikut bingung, yang satu kebenaran agama, yang satu kebenaran sains. “Anak-anak SMA sudah kadung di cekoki dengan ilmiah palsu. Orang Yahudi Itu tinggal bilang Alquran bukan sumber ilmu, jadi kamu tidak usah mempelajari Al-Quran. Sehingga ketika Quran berbicara tentang alam semesta dibilang tidak ilmiah,” tandasnya.

Terakhir, Adian mengulang tamsil teori kebutuhan manusia, di Madrasah Ibtidaiyah Solo, ia memberikan soal kepada siswa yang tidak termasuk kebutuhan primer; apakah makan, minum, pakaian atau berdzikir. Akhirnya sang guru sadar bahwa berdzikir merupakan kebutuhan primer.

“Inikan merupakan cara pandang peradaban bahwa kita harus mengekor ke Barat. Kesadaran hukum, kesetaraan gender dan penghormatan terhadap HAM dijunjung tinggi. Padahal seharusnya negara maju itu adalah negara yang paling Taqwa,” tutupnya sambil membacakan surat Al-A’raf ayat 96.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَاتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ وَلٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ ﴿الأعراف:٩٦﴾

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Reporter: Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *