Ukhuwah Islamiyah Sebabkan Eksklusivitas?

by
Ilustrasi ukhuwah Islamiyyah. Foto: khotbahjumat.com.

Benarkah ukhuwah Islamiyah bisa mengganggu semangat kerukunan dan interaksi harmonis di antara umat beragama?

Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut dipertanyakan oleh para santri Sidogiri menanggapi tulisan Said Aqil Siradj di dalam buku ‘Tasawuf sebagai Kritik Sosial’ yang menyangsikan hukum ukhuwah Islamiyah.

Di dalam buku tersebut halaman 310 dikatakan, “Oleh karena itu, patut dipertanyakan seandainya ada sebagian umat Islam saat ini yang mengembangkan visi eksklusif ukhuwah Islamiyah ini, sehingga bisa mengganggu semangat kerukunan dan interaksi harmonis di antara umat beragama.”

Para santri Sidogiri menjawab dalam buku ‘Sidogiri Menolak Pemikiran Said Aqil Siroj’, hal itu jelas tidak benar karena terbangunnya ukhuwah Islamiyah tidak bisa mengganggu siapapun. Imam Al-Ghazali mengatakan, kendati ukhuwah Islamiyah diajarkan oleh agama, umat Islam tetap berkewajiban berbuat baik terhadap tetangga yang beragama lain.

“Ukhuwah Islamiyah tidak menjadi penghalang seorang muslim untuk membangun semangat kerukunan dan interaksi harmonis di antara umat beragama, seperti dengan memberikan hadiah dan sedekah kepada mereka ketika kita mendapatkan nikmat dan anugerah dari Allah,” terangnya.

Tak hanya itu, Said Aqil juga pernyataannya dinilai berbahaya karena pada halaman yang sama, Said Aqil juga menuliskan “jika seseorang memahami betul substansi dan esensi ajaran agama, maka tentu tidak ada ‘benturan teologi’ antar umat beragama. Jika diciptakan seolah ada benturan, sebenarnya itu hanyalah soal perut, politik, atau kepentingan sektarian masing-masing pemeluk agama.”

Atas pernyataan tersebut, santri Sidogiri menilai KH Said Aqil tidak mengakui adanya perbedaan akidah antara agama Islam dan agama lain, atau lebih dikenal sebagai pluralisme agama di kalangan orang-orang liberal. Demikian juga dengan pernyataan bahwa benturan antara umat agama ialah karena persoalan perut, politik maupun kepentingan sektarian, menurut mereka, adalah pernyataan yang sangat riskan dan ironis.

“Pernyataan tersebut sungguh berbahaya, karena dikhawatirkan juga mencakup terhadap benturan teologi yang telah terjadi sejak periode awal Islam, sehingga pernyataan itu bisa dipahami sebagai bentuk penistaan dan penghinaan terhadap Allah, Rasulullah dan terhadap agama yang beliau bawa,” tegasnya.

Para santri menekankan, orang yang menghina ajaran Rasulullah berarti menghina pribadi beliau. Sedangkan orang yang menghina pribadi beliau jelas dihukumi kafir dan murtad menurut konsensus ulama.

“Demikian pula, orang yang menghina ajaran Allah atau menentang sebagian ajaran-Nya, berarti menghina Allah. Dan orang yang menghina Allah atau menentang sebagian ajaran Allah adalah kafir kepada Allah dan ajaran tersebut,” pungkasnya.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *