“Kita mengapresiasi penolakan (keputusan Trump) yang dilakukan oleh negara-negara Eropa seperti Jerman dan Prancis,” kata Waketum PP Persis Jeje Zainuddin.
Wartapilihan.com, Jakarta –Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) Jeje Zainuddin mengatakan, pihaknya sangat mendukung keputusan pemerintah RI yang tegas menolak keputusan Donald Trum. Sebab, kata Jeje, amanat konstitusi Indonesia dengan gamblang menyatakan segala bentuk penjajahan di dunia ini harus dihapuskan, dan pendudukan Israel atas Palestina adalah bentuk nyata penjajahan.
“Keputusan Trump jelas bertentangan dengan resolusi dan prinsip-prinsip HAM PBB yang dipegang serta jadi acuan seluruh negara di dunia. Sebab itu, kita mengapresiasi penolakan yang dilakukan oleh negara-negara Eropa seperti Jerman dan Prancis, juga mengecam negara yang ikut mendukung keputusan keji Donald Trum, semisal Filipina,” ujar Jeje kepada Warta Pilihan (wartapilihan.com) di Jakarta, Jumat (8/12).
Dia berharap, pernyataan Trump menjadi pembangkit spirit negara Arab dan dunia Islam pada umumnya, untuk mengukuhkan persatuan dan menghentikan konflik internal yang berkepanjangan serta telah menghancurkan segala kekayaan maupun kekuatan umat. Sebab, lanjutnya, tidaklah mungkin Trump mengambil sikap frontal dan terang-terangan mendukung Israel untuk menjadikan Al Quds sebagai Ibukotanya, kecuali ia memandang bahwa saatnya sudah tepat.
“Yaitu disaat dunia Islam sudah kehabisan jiwa, raga, harta, benda, kekayaan, dan kekuatannya disebabkan peperangan yang membinasakan bangsa dan negaranya sendiri, dimana hal itu tidak mungkin lepas dari skenario dan konspirasi yang melibatkan Amerika dan Zionis Israel,” imbuh Jeje.
Jeje menandaskan, indikasi mencari momentum yang tepat, sangatlah jelas, ketika pernyataan itu diumumkan setelah Irak, Suriah dan Yaman hancur lebur dengan perang sektarian dan memancing Saudi membangun koalisi Arab terjerumus ke dalam perang yang menghancurkan kekuatan dunia Islam itu. Terlebih, ketika kekuatan perlawanan rakyat Palestina melalui gerakan Hamas telah dihancurkan secara psikologis dengan ditetapkannya sebagai Organisasi teroris, kemudian ditekan dengan kekuatan politik International untuk mau berkoalisi dengan Fatah dan seluruh persenjataannya harus dilucuti.
“Sekarang kekuatan itu tinggal ada di hati nurani masyarakat dunia. Akankah penduduk bumi ini bersekutu dalam penghianatan terhadap keadilan dan kemanusiaan dengan membiarkan bangsa Palestina menghadapi penderitaannya sendirian tanpa ada yang membelanya,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengutuk keras keputusan provakatif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mempersiapkan pembukaan kedutaan AS di Yerusalem. Menurutnya, apa yang dilakukan Trump adalah noktah hitam sejarah peradaban manusia karena tindakan tidak bertanggungjawab ini bukan hanya menginjak-nginjak upaya perdamaian di Timur Tengah dan melukai hati umat Islam di seluruh dunia, tetapi juga berpotensi melahirkan bencana besar bagi kedamaian dunia.
“Bencana dunia itu bernama Trump. Jika dia tetap ngotot merealisasikan keputusan provakatif ini, kelak lembaran sejarah dunia akan mencatatkan namanya sebagai salah satu tokoh yang menjadi noktah hitam dalam perabadan modern manusia. Warga dunia harus melawan keputusan ini,” tegas Fahira Idris di sela-sela Kunjungan Kerja di Biak, Papua (7/12).
Fahira mengungkapkan, provokasi yang dilakukan Trump menunjukkan bahwa Presiden Amerika ke-45 ini bukan hanya mengoyak-ngoyak kesepakatan Dewan Keamanan PBB, tetapi juga memungunggi perjuangan dan komitmen negara-negara muslim dan negara-negara lain di dunia dalam membantu kemerdekaan Palestina.
“Trump sama sekali tidak memperdulikan sikap tegas negara-negara muslim terbesar di dunia seperti Indonesia, Turki, dan banyak negera muslim lainnya yang selama ini memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Bahkan dia menutup telinga atas penolakan negara-negara besar seperti Rusia dan China serta negara-negara di Uni Eropa. Orang seperti ini benar-benar akan menjadi bencana besar bagi dunia,” tukas Senator Jakarta ini.
Menurut Fahira, Pemerintah Indonesia harus mengambil peran besar dalam menghentikan rencana tidak bertanggungjawab Presiden Trump ini, bukan hanya kerena Indonesia negara muslim terbesar di dunia tetapi karena ikut memerdekakan Palestina merupakan amanat konsititusi. Konstitusi yang dibuat para pendiri bangsa ini, lanjut Fahira, mengamanatkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak boleh tinggal diam selama masih ada penindasan dan penjajahan di atas dunia.
“Ini saatnya Presiden Jokowi ambil peran besar sebagai kepala negara terdepan yang menekan Amerika mengurungkan niatnya tersebut. Ini momentum bagi Presiden Jokowi untuk menjalankan komitmennya saat kampanye untuk berdiri bersama rakyat Palestina menuju kemerdekaan. Jika nanti keputusan Trump ini benar-benar direalisaikan, Indonesia harus mampu yakinkan dunia, bahwa tidak boleh ada satupun negara yang mengikuti jejak Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” tandas Fahira.
Ahmad Zuhdi